Belanja memang kegiatan yang menyenangkan. Tapi ada kalanya kegiatan itu mengundang sesal kala kita pulang dan baru sadar beberapa barang sebenarnya tak benar-benar kita butuhkan. Inilah yang disebut para pengamat keuangan pribadi sebagai belanja impulsif.
Sebenarnya, wanita-wanita pada saat berangkat berbelanja ke supermaket, mereka cukup cermat dengan berbekal daftar belanja. “Tapi, begitu sampai, suka sering ambil barang yang enggak ada di daftar juga. Sadar sih sebenarnya,” kata mereka. Alhasil tak urung, anggaran belanjanya pun bisa membengkak sampai di depan kasir
Belanja yang tak direncanakan bukan hanya merugikan secara ekonomi, tapi juga membiasakan para pelanggan mengusir suasana hati mereka yang negatif, seperti stres dan marah, dengan cara yang kurang tepat. Berikut fakta-fakta pembelanja impulsif
- 88% dari pembelanja impulsif membeli barang hanya karena sedang ada sale atau didiskon.
- Perhiasan lebih sering dibeli berdasarkan impuls sesaat dibanding perawatan tubuh.
- Pembelanja yang pergi ke swalayan atau department storedengan mobil 44% lebih mungkin melakukan pembelian tak terencana dibanding saat mereka pergi dengan jalan kaki.
- 14% lebih dari barang yang dibeli secara impulsif adalah jenis makanan.
- Bukan karena membeli barang yang dibutuhkan, pembeli impulsif umumnya membeli sebuah barang karena itu membuat mereka merasa lebih baik.
- 60% perempuan pernah mengalami kondisi sebagai pembelanja impulsif pada masa lalu.
- Orang rata-rata membuat tiga pembelian tak terencana dalam 40 persen dari kunjungan ke semua toko.
- Rumah tangga yang terdiri atas orang dewasa yang belum menikah dengan pendapatan yang tinggi melakukan 45% lebih pembelian tak terencana dibanding orang yang lebih tua dan menikah.
- Pembelanja impulsif biasanya membeli sesuatu karena mereka merasa marah, stres, bersa-lah, atau bosan.
- Perempuan selalu distereotipekan sebagai tukang belanja. Tapi faktanya tidak demikian. Laki-laki ternyata punya persentase yang sama dalam urusan menjadi si tukang belanja.
Kita sebaiknya memiliki prinsip yang perlu dipegang sehingga tidak asal membeli sesuatu. Sebelum membeli, yang utama adalah mempertimbangkan fungsi barang yang disesuaikan dengan kebutuhan. setelah itu, membuat anggarannya, lalu mencari diskonannya. Dengan membiasakan membuat pertimbangan tersebut dan mendisiplinkan diri, seseorang akan terhindar dari kebiasaan berbelanja impulsif dan anggaran belanjamu tak membengkak.