Menikah. Seringkali kata ini menimbulkan bayangan yang indah-indah. Meski tidak bisa dipungkiri memang demikian, namun kamu harus siap menghadapi 101 hal ujian di dalamnya. Menikah tidak hanya akan mengubah statusmu menjadi suami atau istri, tetapi juga akan menjadikanmu sebagai menantu! Nah, inilah salah satu ujian bagi pasangan yang sudah menikah, berhadapan dengan ayah/ibu mertua.
Sejatinya, menikah tidak hanya melibatkan dua orang manusia. Menikah juga berarti menyatukan dua keluarga. Bahkan bisa jadi dua kebudayaan, sebab masing-masing keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda. Tidak hanya istri, suami juga perlu mempersiapkan diri bertemu ayah/ibu mertua.
Perbaiki niat, menikah adalah bentuk ibadah
Sebagian besar masyarakat, beranggapan bahwa menikah adalah sebuah bukti dua orang saling mencintai. Lebih dari itu, hakikat pernikahan adalah sebuah bentuk ibadah yang bernilai pahala. Dengan demikian, kedua orang yang menikah akan menjalani kehidupan pernikahan yang mulia. Pemikiran ini akan membuat sepasang kekasih menjalani kehidupan pernikahan mereka dengan penuh rasa tanggung jawab.
Perbaiki diri dengan menambah kadar keimanan
Lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Lelaki yang buruk untuk wanita yang buruk. Wanita yang buruk untuk lelaki yang buruk. Mertua mana yang tidak menginginkan menantu yang baik? Jadikan dirimu menjadi pantas untuk bersanding dengan yang baik. Caranya, tingkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan. Sebab, agama akan menjadi cahaya penerang jalan sepasang kekasih yang mengarungi bahtera kehidupan.
Berprasangka baik dan buang jauh pikiran buruk bahwa mertua itu menyeramkan
Prasangka baik. Inilah jurus ampuh untuk mengatasi segala macam kekhawatiran, termasuk khawatir terhadap masa depan yang serba tidak menentu. Beberapa pasangan yang hendak menikah juga terkendala dengan pikiran buruk mereka kepada calon mertua. Padahal, bisa jadi sifat galak mereka hanya gertak sambal. Mereka ingin melihat seberapa serius kamu ingin memasuki gerbang pernikahan.
Belajar menjadi pendengar yang baik
Mendengar jauh lebih sulit daripada bicara. Pendengar yang baik akan lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini diperlukan dalam kehidupan berumah-tangga, misalnya ketika terjadi perbedaan pendapat antara mertua dan menantu. Akan lebih baik jika menantu banyak mendengar daripada bicara.
Sisihkan sebagian uang untuk tabungan pernikahan
Sebaiknya saat masih bujang, kamu rajin menabung. Kelak ketika terjadi masa kritis keuangan dalam pernikahan, kamu yang menjadi suami akan mengurangi kekhawatiran istri, dan kamu yang menjadi istri akan membantu meringankan beban suami. Misal saat butuh uang untuk biaya kontrakan atau membeli rumah baru, dan sebagainya. Dengan demikian, kamu juga tidak akan merepotkan mertua.
Belajar ilmu ke-rumah tangga-an karena segala sesuatu ada ilmunya
Sebelum berubah status menjadi menantu, sebaiknya jangan bosan mempelajari ilmu yang berkaitan dengan rumah tangga seperti seni mengatasi problem awal pernikahan, cara mendidik anak, dan lain-lain. Kini telah ada banyak buku yang mengulas seluk beluk pernikahan. Pandai-pandailah memilahnya sebagai bekal hidup berumah-tangga.
Akrab dengan calon mertua layaknya akrab dengan orang tua kandung
Mertua adalah kedua orang tua yang telah membesarkan pasangan hidupmu. Tanpa mereka, mungkin kamu tidak bisa bertemu dengan kekasih yang mendampingi selama hidup. Sudah sepantasnya kamu juga memberi perlakuan terhadap mereka seperti kamu memperlakukan kedua orang tua kandungmu. Tentu akan lebih baik jika kamu akrab kepada mertua sama seperti keakrabanmu dengan orangtua sendiri.
2 keluarga akan menjadi 1, maka bersedialah mengenal calon mertua dan keluarganya lebih dalam
Kelak, keluarga pasanganmu tidak lagi menjadi orang asing bagimu. Akan bermanfaat bagi masa depan pernikahanmu jika kamu mengenal baik seluruh calon keluargamu. Saat sedang dalam masa sulit, keluarga adalah orang-orang yang akan membantumu meskipun dalam jarak yang jauh.
Tidak usah sungkan memberi hadiah karena ia dapat mempererat hubungan antarmanusia
Sekotak hadiah dapat mempererat ikatan yang menautkan dua hati manusia. Tidak usah sungkan dicap sebagai penjilat ketika memberi hadiah kepada keluarga pasanganmu. Di antara sesama manusia memang dianjurkan untuk saling memberi.
Buang jauh ego pribadi, lalu belajar menghargai pendapat orang lain
Ego yang dipaksakan kepada orang lain hanya akan menimbulkan perdebatan tiada akhir. Bukan hanya menghargai pendapat pasanganmu tetapi kamu juga harus menghargai pendapat keluarganya. Sebab, setiap keluarga memiliki kebiasaan masing-masing.
Meyakinkan orang tua pasangan bahwa kamu bisa menjadi pendamping yang baik untuknya
Anak adalah harta paling berharga orang tua. Sebelum mengambil anak orang lain dari rumah mereka dan membawanya ke rumahmu, kamu harus pandai meyakinkan orang tuanya bahwa kamu bisa menjadi orang yang melindungi dan mendukung anaknya berkembang baik di kehidupan mendatang.
Gali hikmah dari pernikahan orang lain, sebab pengalaman adalah guru terbaik
Bertanya kepada ayah, ibu, paman, bibi, atau tetangga yang sudah menikah akan menambah wawasan kamu sebagai gambaran kehidupan berumah-tangga kelak. Kamu juga bisa belajar bagaimana hubungan mertua-menantu yang baik dari mereka. Atau, kamu juga bisa mencontoh kehidupan tokoh-tokoh publik yang sukses menjalani rumah tangganya.