92% anak SD kelas 4-6 sudah pernah melihat pornografi
Itulah hasil survey Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap lebih dari 2.500 anak SD di daerah Jakarta pada tahun 2014. Memang ada yang sengaja mengakses karena pergaulan yang buruk. Namun lebih banyak lagi dari anak-anak ini yang ternyata tidak sengaja mengakses konten-konten tersebut.
Ada yang sedang mengakses internet untuk mengerjakan PR dari sekolahnya. Ternyata situs yang memberi tahu jawaban PR-nya itu mengandung iklan pornografi. Ada juga yang sedang bermain gamedi gadget-nya lalu tidak sengaja masuk ke aplikasi berbau pornografi.
Anak-anak ini umumnya masih polos. Tidak ada niatan dalam benak mereka untuk melihat pornografi. Namun dunia internet yang tanpa batas menyajikan berbagai macam hal. Mulai dari ilmu yang positif sampai hal-hal yang bagi anak, seperti pornografi.
Mengapa pornografi berbahaya bagi anak?
Mungkin ada yang berpikir, “Gapapa lah kalau anak saya sesekali melihat pornografi. Itu kan salahsatu pendidikan seks yang diperlukan anak. Daripada dia melihat dengan temannya sehingga pemahamannya salah, lebih baik kita temani sehingga dia faham dan tidak akan tertarik dengan pornografi”.
Kenyataannya, seberapa pun kadarnya, pornografi adalah pintu masuk ke jurang kerusakan yang sangat dalam. Sekali saja rasa suka terhadap pornografi menyala pada diri seorang anak, itu sangat sulit untuk dibendung dan dimatikan. Dan perlu kita ketahui, masa anak-anak adalah masa peletakkan fondasi psikologis, intektual dan spiritual manusia. Jika masa ini diisi oleh pornografi, rusaklah hidup sang anak.
Dampak pornografi meliputi semua sisi kehidupan manusia. Pornografi merusak tubuh, perasaan, perilaku, kecerdasan, dan sudah pasti juga keimanan manusia. Pada artikel ini, kita akan bahas dulu mengenai bagaiman dampak pornografi pada otak.
Dalam otak, ada senyawa kimia di otak bernama dopamin. Dopamin akan aktif ketika seseorang merasa senang.
Ada banyak aktivitas yang bisa merangsang dopamin. Anak yang senang berolahraga mengaktifkan dopamin dalam otaknya saat bermain bola dengan teman-temannya.
Orang yang workaholic mempunyai dopamin yang sangat aktif ketika dia bekerja. Orang yang senang membaca, dopaminnya aktif saat dia punya waktu luang dan melahap buku-bukunya.
Secara umum, dopamin ini adalah motivator internal dalam tubuh. Motivator yang membuat kita ‘menikmati’ sesuatu yang kita senangi. Sayangnya, dopamin tidak membeda-bedakan hal yang bisa merangsangnya. Semua hal yang menyenangkan bagi seseorang bisa mengaktifkan dopamin.
Hal berikutnya yang perlu ditekankan dari dopamin adalah : senyawa kimia ini membuat kita ketagihan. Ketika aktivitas yang membuat kita senang dilakukan secara berlebihan, kita menjadi sulit untuk mengontrol efek dopamin dalam diri kita.
Bekerja itu hal yang positif dan bernilai ibadah, namun jika dilakukan berlebihan bisa jadi workaholic dan membuat kehidupan pribadinya terbengkalai. Orang yang senang berolahraga itu sangat baik, namun jika berlebihan akan membahayakan kesehatannya.
Hal positif saja berbahaya apabila dilakukan berlebihan dan bukan pada waktunya, apalagi hal-hal yang negatif, yang sedikitnya pun sudah merusak.
Seperti bekerja atau berolahraga, pornografi juga mengaktifkan dopamin dalam otak. Jika seorang anak melihat konten pornografi, anak akan merasa tidak nyaman dan langsung menutup isinya. Namun pada saat yang bersamaan, dopamin dalam otaknya aktif. Otak merespon dengan memunculkan rasa penasaran, meski dalam kadar yang masih sangat rendah.
Pada kali yang kedua anak tidak sengaja membuka situs porno, atau justru mulai ada kesengajaan karena rasa penasaran, bisa jadi rasa tidak nyaman masih mengganggunya. Namun dopamin yang aktif dalam otaknya membuat anak merasa sedikit senang saat melihat konten tersebut.
Jika anak semakin sering mendapat akses pornografi, rasa senangnya akan semakin bertambah. Dopamin dalam otaknya akan semakin aktif saat mengakses konten berbau porno. Lama-kelamaan, anak akan merasa ada yang kurang jika tidak mendapat rangsangan pornografi. Dopamin dalam otaknya yang tidak aktif membuat anak gelisah. Saat inilah anak sudah ketagihan.
Pornografi sama berbahayanya dengan narkoba
Jika melihat orang sakau ketagihan morfin ataupun narkoba jenis lainnya, hal inilah yang terjadi juga pada anak yang ketagihan pornografi. Ya, otak tidak membeda-bedakan rangsangannya. Ketagihan narkoba, nikotin (merokok), alkohol, semuanya terjadi karena dopamin dalam otak butuh rangsangan agar tetap aktif.
Ini juga yang terjadi pada anak yang ketagihan pornografi. Itulah sebabnya Elly Risman menyebut pornografi itu Narkolema alias Narkoba Lewat Mata. Dampak pornografi sama persis dengan morfin, heroin, pil ekstasi, atau nikotin.
Orang yang ketagihan narkoba mulanya merasa cukup dengan satu suntik saja setiap bulannya. Namun lama-kelamaan dopamin dalam otak butuh rangsangan yang lebih besar lagi. Sampai akhirnya ada yang sakau kalau tidak disuntik hanya satu hari saja.
Begitu pula efek pornografi. Lama-kelamaan anak butuh lebih banyak rangsangan pornografi untuk memenuhi kebutuhan dopamin dalam otaknya. Bukan hanya lebih banyak, tapi juga yang lebih porno.
Hingga akhirnya anak akan merasa tidak cukup hanya dengan melihat. Dopamin akan memaksa anak untuk melakukan tindakan yang bisa merangsangnya. Anak menjadi butuh pornoaksi. Inilah yang membuat anak terjerumus dalam kebiasaan naked selfie, masturbasi, bahkan terdorong untuk melakukan dengan orang lain. Jika sudah sampai di sini, hidupnya sudah begitu jauh terperosok.
Saat dampak negatif pornografi sudah membekas di otak seorang anak, seluruh aspek hidupnya terpengaruh. Dalam kadar permulaan mungkin dampaknya belum begitu terlihat oleh orang lain, seakan hidupnya masih baik-baik saja.
Namun bekas di otak tidak bisa dihilangkan sekedar seperti kita mencuci kotoran yang melekat di lantai atau seperti melupakan sebuah ide. Bekas fisiologis di otak yang juga berjalin kuat dengan pengaruh emosional berpengaruh jauh lebih kuat dan lebih mengikat sehingga arahan-arahan yang bersifat rasional dan spiritual bisa tak berpengaruh sama sekali.
Adiksi pornografi tentulah sesuatu yang bisa diterapi. Namun jika kita bisa mencegahnya sejak awal, itu lebih baik. Andaikan kita tahu gambaran kehidupan seorang anak atau pemuda yang mengalami adiksi pornografi bisa dipastikan tidak ada satu pun orangtua yang sanggup menyaksikan anaknya mengalami hal tersebut.
Bagaimana melindungi anak dari pornografi?
Setelah tahu bahayanya pornografi, apa yang bisa kita lakukan untuk anak-anak kita? Haruskah kita melarang anak mengakses internet? Yang perlu orang tua lakukan adalah memastikan kalau hanya konten positif saja yang diakses oleh anak.
Mencegah anak mengakses pornografi jauh lebih mudah daripada mengobati otak anak yang sudah kecanduan.
Selain itu, kita mesti lebih peka dari sebelumnya. Sesungguhnya, di sekitar kita jauh lebih banyak objek-objek atau pesan-pesan visual yang menanamkan minat seksual pada anak.
Pesan tersirat yang menstimulasi dorongan seksual paling banyak kita temukan di media audiovisual. Oleh karena itu tampaknya akan lebih sehat jika anak sesedikit mungkin terpapar dengan layar, baik layar televisi, laptop, ataupun gadget. Pastikan hanya konten positif yang anak dapatkan jika mereka menggunakan layar-layar tersebut.