Masa kecil yang membawa seorang pria menjadi gay
Luca Di Tolve pernah mengalami pergumulan batin yang berat. Ia sempat tumbuh menjadi seorang homoseksual. Tolve mengungkapkan bahwa homoseksualitasnya ini disebabkan oleh perceraian orang tuanya pada saat ia masih kecil. Hal ini membuat Tolve hidup tanpa ayah. Dalam satu wawancara Tolve berkata, “Saya berada di lingkungan yang feminine, bermain boneka. Salah kalau percaya bahwa ada orang yang terlahir gay. Kamu jatuh cinta pada sesama pria karena dalam diri pria itu ada sosok yang kamu idam-idamkan.”
“Pengalaman homoseksual itu pengembaraan emosional yang fanatik,” kata Tolve, “Hal ini dapat dimengerti, siapa pun mencari sesuatu yang berbeda dari dirinya. Jika dalam diri orang lain mereka menemukan hal yang sama, hubungan menjadi hanya sebatas fana dan terasa hanya seperti kewajiban saja. kemantapan dan kesetiaan tidak bisa eksis di dunia gay.”
Bertahun-tahun Luca tidak pernah tertarik pada wanita. Sementara itu lelaki yang lebih tua bisa membuat hasratnya memuncak. Walau begitu, identitas gay membuatnya merasa tidak nyaman. Ia pun terus mencari jati dirinya yang sebenarnya.
Ia bertemu Dr. Joseph Nicolosi, pakar terapi reparatif untuk orang-orang homoseksual yang ingin sepenuhnya menjalani hidup heteroseksual. Nicolosi membantu Luca untuk menemukan sisi maskulin yang selama ini tertutupi. Sampai akhirnya Luca bisa mengubah orientasi seksualnya hingga akhirnya menikah dengan seorang wanita yang benar-benar ia cintai. Pada tahun 2009, Tolve mengumumkan kisah hidupnya ini dan menggegerkan masyarakat, terutama dunia gay.
Kisah berubahnya orientasi seksual menginspirasi dan menjadi lagu
Kisah hidup Luca Di Tolve ini menginspirasi penyanyi Italia, Giuseppe Povia, untuk menciptakan sebuah lagu berjudul Luca Era Gay (Luca Dulunya Seorang Gay). Sang pencipta lagu ini sendiri pernah menjalani hidup sebagai gay selama 7 bulan. Namun akhirnya dia dapat mengakhiri fase ini, bahkan Povia sudah membantu 2 temannya yang mantan gay untuk dapat menikah.
Dalam satu wawancara, Povia mengungkapkan, “Seseorang itu tidak terlahir gay, tapi menjadi gay itu tergantung teman-teman di sekitar orang tersebut. Saya juga pernah melalui fase homoseksual, tapi saya berhasil melaluinya.”
Lagu yang dibuat Povia ini mendapat banyak kritikan, terutama dari aktivis LGBT. Selain itu, Tolve juga dianggap telah berbohong akan kisah hidupnya. Dalam buku Anakku Bertanya Tentang LGBT, Sinyo Egie, menuliskan, “Para aktivis gay menginginkan Povia dilarang menampilkan lagu tersebut di depan publik. Povia juga mendapat ancaman mati karena dianggap menyerukan homophobia kepada masyarakat. Namun, usaha tersebut sia-sia karena Povia tetap melaju dengan lagunya.”
Lirik lagu Luca Era Gay ini sangat menggambarkan dilema seorang homoseksual. Bagi orang yang mengalami same sex attraction (SSA) namun tidak ingin menjadi gay, lagu ini dapat membuatnya merasa ditemani. Pergumulan dalam batinnya terasa diakui, yang mungkin orang-orang di sekitarnya tidak siap untuk menghadapi kenyataan di dalam batinnya.
Bagi orang-orang heteroseksual alias menyukai lawan jenis, lagu ini akan sangat membantu untuk memahami cobaan yang dialami orang-orang homoseksual, yang bisa jadi ada di dekat kita. Walau mereka homoseksual, bukan berarti mereka ingin menjadi gay. Kita perlu membantu mereka, merangkul mereka, mempercayai mereka, bahwa mereka bisa menjalani hidup dengan harga diri yang tinggi. Bahwa mereka bisa melampaui orientasi seksualnya dan membangun keluarga yang sehat.
Luca Dulunya Seorang Gay (terjemahan dengan perubahan dari lagu Luca Era Gay)
[youtube http://www.youtube.com/watch?v=583GBge-U-c]
Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya
Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya
Luca bilang, “Sekarang aku ini pria yang berbeda”
Luca bercerita,
“Sebelum aku berbicara tentang perubahan seksualitasku
Izinkan aku memperjelas satu hal
Karena aku percaya pada Tuhan, aku tidak bisa bergantung pada manusia untuk mencari jawabanku
Pemikiran manusia akan hal ini berbeda-beda
Oleh karena itu aku tidak pergi ke psikolog, psikiater, pendeta, atau ilmuwan
Aku pergi ke masa lalu aku, menggalinya dalam-dalam
Dan menemukan banyak sekali hal tentang diriku
Ibuku mencintaiku, terlalu mencintaiku
Cinta yang menjadi sangat obsesif
Cinta yang penuh akan pendiriannya
Aku sulit bernapas karena kebutuhan ibuku akan perhatian dariku
Ayahku adalah pria yang tidak membuat keputusan
Aku tak pernah bisa berbicara dengannya
Ayahku bekerja sepanjang hari
Walau aku menduga kebenarannya itu sedikit berbeda
Faktanya, saat usiaku 12 tahun
Ibuku bilang padanya kalau dia ingin berpisah
Aku tidak mengerti
Tapi ayahku bilang, “Yah, itu keputusan yang tepat”
Setelah itu ayahku mulai sering minum-minum
Ibuku tidak pernah sekalipun mengatakan hal yang baik tentang ayah
Ibuku dulu sering bilang,
“Terserah kamu mau berbuat apa, tapi jangan pernah menikah”
Ibuku cemburu akan pacarku
Sangat tidak sehat
Dan identitasku menjadi semakin membingungkan
Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya
Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya
Luca bilang, “Sekarang aku ini pria yang berbeda”
Sekarang aku ini pria yang berbeda tapi saat itu aku butuh jawaban
Aku merasa sangat malu, kucari jawaban diam-diam, secara rahasia
Ada orang-orang yang berkata padaku, “Itu alamiah”
Tapi aku mempelajari karya Freud, dan dia tidak menganggap seperti itu
Aku lulus SMA, masih tidak tahu apa itu kebahagiaan
Pria yang lebih tua membuat hatiku berdegup kencang
Dan saat itulah aku berpikir, “Aku ini homoseksual”
Bersamanya, aku tidak menahan diri
Dia menghujaniku dengan perhatian
Dan kukira itulah cinta
Tentu, dengannya aku bisa menjadi diriku sendiri
Tapi kemudian hubungan seks menjadi persaingan
Aku merasa kalau akulah yang bersalah
Aku kira mereka akan menangkapnya cepat atau lambat
Tapi aku bisa menutupi kebenaran agar dia tidak mendapat masalah
Aku mencari pria yang bisa menggantikan sosok ayahku
Aku mengencani pria agar tidak mengkhianati ibuku
Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya
Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya
Luca bilang, “Sekarang aku ini pria yang berbeda”
Luca bilang, “Selama 4 tahun
Aku hidup bersama pria lain
Terkadang ada cinta, terkadang ada kebohongan, sering berselingkuh
Aku masih mencari kebenaranku
Cinta agung yang abadi
Lalu satu malam aku bertemu dengan seorang wanita
Dia ada di sana, di kerumunan orang
Dia tidak tahu maslaah yang sedang kualami
Tapi dia mendengarkanku
Memahamiku
Yang kuingat
Keesokannya, aku merindukannya
Jadi itulah ceritaku, hanya cerita
Tidak ada penyakit, tidak ada penyembuhan
Ayah, aku memaafkanmu
Walaupun kamu tidak pernah kembali pulang
Ibu, aku selalu memikirkanmu
Dan aku tidak pernah berhenti peduli padamu
Terkadang aku masih melihat wajahmu
Tapi sekarang aku sudah menjadi seorang ayah
Dan hatiku milik satu-satunya wanita yang pernah kucintai
Luca dulunya seorang gay, tapi sekarang dia hidup bersama istrinya
Saat Luca berbicara, ia genggam hatinya di telapak tangannya
Luca bilang, “Sekarang aku sudah menjadi pria yang berbeda”
Literatur
http://blog.practicalethics.ox.ac.uk/2009/02/in-search-of-lost-heterosexuality/
Egie, Sinyo. 2014. Anakku Bertanya Tentang LGBT