Penderita AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) kerap mendapat perlakuan yang diskriminatif. Banyak orang yang merasa enggan berdekatan dengannya karena merasa jijik. Padahal belum tentu apa yang disangkakan orang akan penyebab AIDS yang dideritanya itu benar.
Ya, kebanyakan orang mungkin akan menduga kalau penderita AIDS itu adalah pelaku seks bebas. Sebab penularan AIDS yang tertinggi memang lewat seks bebas. Tapi itu juga tidak selalu tepat. Sebab ada banyak penyebab lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya AIDS. Seperti yang dialami oleh Nurul, sebut saja namanya begitu. Perempuan berusia 25 tahun itu harus mengalami pengalaman dikucilkan karena mengidap AIDS.
“Sangat menyakitkan saat melihat orang lain merasa jijik di dekat saya hanya karena saya menderita penyakit ini, banyak tuduhan negatif yang harus saya hadapi setiap harinya,” kata Nurul, seperti dituturkan pada brilio.
Sebagai penyakit yang mematikan, AIDS memang sangat berbahaya. Karena penyakit ini belum ada obatnya dan mampu menyerang sistem kekebalan tubuh. Belum lagi, sifat penyakit ini yang bisa menular. Mungkin karena itu kemudian masyarakat banyak yang enggan berdekatan dengan penderita AIDS.
Tapi Nurul menderita AIDS bukan karena melakukan hubungan seks bebas. Ia terjangkiti virus itu karena faktor keturunan. Orang tuanya penderita AIDS, sehingga ia pun terkena virus mematikan itu.
Ibu Nurul pernah bekerja sebagai pekerja seks. Ayahnya sendiri ternyata memiliki penyakit itu. Maka, jadilah Nurul ikut harus menderita terkena AIDS.
Nurul merasa marah dengan keadaan dirinya itu. Sempat juga dirinya merasa depresi karena harus menanggung penderitaan itu. Ia juga ingin marah pada kedua orangtuanya. “Apa salah saya, tapi saya tidak bisa memarahi mereka, bagaimanapun juga mereka tetap orangtua saya,” tambah Nurul.
Lalu Nurul mencoba hidup dengan normal. Perempuan yang tinggal di Medan itu sudah menyelesaikan kuliahnya dan kemudian bekerja di sebuah perusahaan swasta. Tapi lantaran ia diketahui mengidap AIDS, maka ia pun mengalami pemecatan.
Kemudian ia mencoba membuat usaha. Tapi usahanya itu tidak laku karena banyak orang yang tahu kalau dirinya mengidap penyakit AIDS. Lalu ia pun mencoba untuk bekerja sebagai penulis lepas.
“Saya tidak paham dengan masyarakat yang mengucilkan saya, di mata mereka saya dipandang seperti sampah, tapi saya tidak boleh menyerah, saya harus bertahan dan buktikan ke mereka bahwa penderita AIDS juga mampu berkarya,” curhatnya.
Walau tak henti cobaan menderanya, tapi Nurul pantang menyerah. Ia terus berupaya berkarya untuk bertahan hidup. Walau banyak lingkungan yang menolaknya, ia tidak menyerah untuk terus hidup. Sebab ia yakin kalau penyakit yang ada dalam tubuhnya itu merupakan cara Tuhan untuk menguji kesabaran dan imannya. Ia percaya kalau Tuhan tidak akan memberi cobaan melampaui kemampuan umatnya.