Di masa mudanya, Pak Dirman bekerja keras untuk memenuhi menghidupi istri dan anak-anaknya. Di masa tua ketika tenaga sudah tak sekuat dulu, dia masih kuat mengayuh becak. Lama-kelamaan becak terasa lambat dan berat, kalah dengan angkutan bermotor. Bergantilah Pak Dirman mengganti becaknya dengan Kendaraan roda tiga. Selama ini Pak Dirman sudah memiliki langganan di pasar, terutama untuk mengangkut dagangan.
Karena salah pola makan dan sedari muda adalah pecandu rokok, jatuh sakitlah Pak Dirman yang membuatnya harus opname di rumah sakit. Ternyata dia terserang stroke dan diabetes militus, dia harus mengontrol asupan gula dan dilarang merokok lagi.
Setelah keluar rumah sakit, dia masih bisa beraktivitas seperti biasa meskipun wajahnya terlihat tidak sehat. Rupanya pantangan makan dilanggarnya, gula darah naik yang mengharuskannya opname lagi di rumah sakit. Masuknya Pak Dirman ke rumah sakit kedua kali akhirnya mengubah hidupnya. Pandangan matanya kabur, kaki kanannya susah digerakkan yang mengharuskannya berjalan dengan tongkat.
Dia merasa hancur, tidak bisa bekerja lagi. Hari-hari dijalani dengan hampa, ditambah istrinya yang dirasanya berubah setelah dia sakit. Pak Dirman merasa sekarang istrinya yang menjadi kepala rumah tangga, memerintah dan melarang dia melakukan sesuatu.
Istri Pak Dirman menyuruhnya latihan berjalan tiap pagi dan sore, menyuruh berjemur di bawah sinar matahari. Meskipun Pak Dirman merasa capek, tetap dipaksa untuk berjalan lagi. Pak Dirman tidak bisa membantah, berkata saja sudah sulit, akhirnya sebagai bentuk protes Pak Dirman tiduran di pinggir jalan.
Tiap hari dibentak istri, Pak Dirman tetap diam percobaan bunuh dirinya gagal. Anak-anaknya pun diam tak membantu. Dulu Pak Dirman dikenal sering membaca kitab suci, setelah sakit shalat Jum’at pun tidak karena tidak ada yang mengantar. Para tetangga hanya bisa mengusap dada, tidak ada yang berani mengingatkan istri Pak Dirman, malang nian nasibmu Pak Dirman.
Diantara tanda istri shalihah adalah istri yang membantu suaminya dalam kehidupannya, dan tidak menyakiti suaminya. Masih ada kesempatan menjadi istri shalihah sebelum ajal menjemput satu diantara keduanya.
Seorang suami yang disia-siakan istri akan merasa dririnya tidak berguna lagi. Percuma hidup bila di dunia hanya disuruh dan dibentak. Mau melawan tapi tidak punya daya, hanya ada tiga pilihan yang ada di pikiran suami seperti ini. Istrinya berubah menjadi perhatian dan merawatnya tanpa pamrih, istrinya meninggal lebih dahulu, atau dia saja yang meninggal duluan supaya bebas dari bentakan istri.