Bintan, pulau indah yang telah menjadi alternatif tujuan bagi wisatawan yang mencari pasir dan sinar matahari. Tiap tahunnya, ada sekitar 500 ribu orang pergi berlibur ke Bintan. Sebagai pulau yang berada di kawasan Selat Malaka, Bintan punya potensi besar untuk menjadi destinasi berlibur internasional.
Namun jika dibandingkan dengan dua saudaranya, negeri ini belum mendayagunakan Bintan secara optimal. Singapura dan Phuket yang berada di kawasan yang sama lebih dikenal dunia daripada Bintan.
Untuk Singapura memang tidak bisa dibandingkan apple to apple dengan Bintan, Singapura bukan hanya pusat wisata tapi juga pusat perdagangan di Asia Tenggara. Namun Phuket seharusnya bisa menjadi acuan mengenai potensi besar yang dimiliki pulau indah di kawasan Malaka ini.
Tiap tahunnya, Phuket kedatangan lebih dari 3 juta turis dan angka ini terus bertumbuh. Angka ini setara dengan Bali, yang pada tahun 2012 memiliki 3 juta wisatawan juga. Jumlah ini sepertiga dari total turis asing yang datang ke Indonesia, yang kini 9 juta orang. Dengan potensi yang sama, Bintan tampak seperti prajurit kecil, Daud, yang mencoba menantang raksasa, Jalut.
Apa yang membedakan Bintan dan Phuket? Melirik dekade 80-an, Phuket belumlah dikenal banyak orang. Namun begitu satu juta orang berkunjung ke Phuket dalam satu tahun. Boom. Pulau terbesar di Thailand ini menjadi tujuan wisata favorit orang-orang Asia maupun Barat.
Angka satu juta wisatawan ini menjadi kunci, alias critical mass, yang Indonesia perlukan untuk menjadikan Bintan bisa berdiri sejajar dengan Phuket. Permasalahannya, bagaimanakah cara memperoleh critical mass ini?
Dari 500 ribu wisatawan asing yang ke Bintan, setengahnya merupakan orang Singapura, yang menempuh perjalanan selama satu jam dengan menggunakan kapal feri. Selain lewat jalur laut, ada pula yang menggunakan pesawat terbang, mendarat di Tanjung Pinang.
Sayangnya bandara ini masih skala kecil. Keterbatasan menampung penumpang dan juga tak bisa mendaratkan pesawat besar menghambat datangnya turis asing ke Bintan. Wisatawan harus transit dulu ke Singapura atau ke Jakarta untuk mengunjungi Bintan. Pertumbuhan wisatawan akhirnya ikut tersumbat.
Bintan butuh bandara yang lebih besar. Lebih dari itu, Bintan butuh bandara internasional untuk memudahkan wisatawan mancanegara menikmati keindahan kekayaan alam Indonesia ini. Tak perlu kita membuat wisatawan repot dengan transit ke sana-sini untuk berlibur di Bintan.
Bandara internasional inilah yang akan membuat tercapainya critical mass di Bintan. Bandara ini yang akan membuat Bintan mampu bersaing imbang dengan Phuket.
Untungnya, Garuda Indonesia sudah jauh-jauh hari memikirkan hal ini. Hari ini sedang dibangun bandara internasional seluas dua ribu hektar (ditambah kawasan industri seluas 2.000 hektar juga menjadi total 4.000 hektar). Dengan bekerja sama dengan Gallant Venture, sebuah perusahaan Singapura, Bintan mendapat investasi sebesar US$ 300 juta untuk membangun landasan sepanjang 3 kilometer dan juga hangar untuk maintenance pesawat-pesawat besar.
Bandara yang terletak di Busung, dekat Pelabuhan Lobam, ini akan mampu menyambut 10 juta tiap tahunnya. Dalam waktu setahun setelah bandara ini dibuka, Bintan ditargetkan sudah mendapat 1 juta wisatawan. Dua kali angka saat ini.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan bandara internasional di Bintan ini akan selesai tahun 2017. Besar kemungkinan akhir 2018, Bintan akan menjadi buah bibir mancanegara.
Sektor pariwisata ini seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Potensi yang dimiliki oleh Negeri Zamrud Khatulistiwa ini sangat besar. “Dibandingkan dengan Malaysia, turis yang datang per tahun bisa sampai 24 juta orang. Indonesia hanya 8 juta orang. Padahal potensi pariwisata di Indonesia bisa 10 kali lipat,” kata Presiden Joko Widodo. Tentunya dengan Bintan melampaui Phuket, potensi itu bisa selangkah lebih dekat menuju realisasi.
Namun ada PR juga selain menyejahterakan rakyat. Saat ini turis-turis datang ke Bintan untuk menikmati keindahan dan keasrian alamnya. Jangan sampai dengan bertambah banyaknya turis yang mengunjungi Bintan, alam pulau ini jadi rusak. Bukan hanya masalah lingkungan yang timbul jika ekosistem Bintan tidak terjaga. Ekonomi masyarakat pun terpengaruh. Bisa-bisa turis jadi enggan datang dan memilih tempat wisata lain yang alamnya lebih terjaga. Tentu saja, bersama-sama kita pasti bisa melakukannya.
Karena bangsa Indonesia itu besar bukan karena kekayaan yang kita miliki, itu adalah karunia Tuhan. Bangsa Indonesia itu bangsa yang besar karena keluhuran nilai-nilai dan perilaku orang-orangnya.