Tiba-tiba saja istri marah besar kepada suami sesaat setelah pulang kerja. Suami yang lelah bekerja seharian bingung kenapa istri marah hingga minta cerai. Si suami tidak merasa bersalah karena pagi sebelum berangkat masih baik-baik saja. Pertengkaran pecah hingga akhirnya diputuskan untuk pisah ranjang.
Usut punya usut ternyata istri cemburu dengan percakapan suami di Facebook. Secara tak sengaja istri membaca chatting suami dengan wanita lain, lantaran suami lupa logout dari Facebook. Sedangkan hari itu laptop suami tidak dibawa ke kantor.
Keadaan semakin memburuk, istri sempat pulang ke rumah orang tuanya tapi kembali lagi ke rumah karena lebih dekat ke tempat kerja. Sebaliknya, suami malah meninggalkan rumah dan tidur di ruko yang dikontraknya sebagai studio foto paruh waktu. Mediasi pun dilakukan tapi istri tetap kalap dan mengajukan gugatan cerai di pengadilan agama.
Tidak ada maksud suami untuk menceraikan istri, dia meninggalkan rumah karena situasi belum kondusif. Istri masih terbalut emosi dan menghindar bertemu agar tidak terjadi pertengkaran.
Mediasi yang dilakukan beberapa kali membuahkan hasil. Istri mencabut gugatan cerai. Mereka sadar masih saling cinta dan sudah memiliki buah hati, mereka juga akan kesulitan mengurus perceraian karena mereka pegawai negeri sipil.
Mereka membuat kesepakatan, harus tahu password Facebook pasangan. Istri berharap tidak ada rahasia lagi di antara mereka, meskipun suami berat menerima kesepakatan ini.
Gaya berkomunikasi tiap orang berbeda-beda. Ada yang selalu menjaga jarak, ada juga yang selalu menyapa hangat teman-temannya. Si suami adalah orang yang cara berkomunikasi selalu hangat kepada orang lain, terkadang terlalu hangat dan menimbulkan persepsi negatif orang yang tidak mengetahui gaya komunikasinya.
Apakah sebuah keharusan mengetahui password pasangan? Tentu saja tidak! Bila password kartu debet (PIN) suami diketahui istri, bisa habis terkuras semua tabungan. Bila suami bekerja sebagai intelejen, bisa mati sekeluarga ketika rahasia yang harus disimpannya disampaikan kepada istri. Tidak semua rahasia harus diketahui pasangannya.
Yang perlu dilakukan pasangan adalah sedari awal pernikahan membuat satu perjanjian atau komitmen, apakah mereka akan saling berbagi password atau saling percaya tanpa mengetahui password masing-masing. Hidup di zaman teknologi tidak bisa lepas dari password, kartu (PIN) ATM, email, media sosial, safebox, dan masih banyak lagi hanya bisa dibuka dengan menggunakan password.
Bila sepakat mengetahui password pasangan masing-masing, suami-istri harus rela semua rahasia dan masa lalu terbongkar. Tapi semua harus lapang dada melihat kenyataan ini dan bersikap dewasa dalam menyikapinya.
Bila tidak ingin pasangan mengetahui password masing-masing, sisihkanlah satu password diketahui pasangan, yang hanya boleh dibuka jika terjadi keadaan darurat. Kesepakatan ini jangan pernah dilanggar karena bisa menjadi prahara rumah tangga.
Sebagai penutup, ada kutipan bagus dari Budina “Mengenali pasangan apa adanya, bersikap terbuka dalam berkomunikasi dengan pasangan, bisa dijadikan pegangan mengatasi hal-hal negatif yang sebenarnya bisa dihindari.”