Melihat pertumbuhan bayi seperti menemukan diri kita, diantaranya adalah adanya satu hukum mutlak yang berlaku pada pertumbuhan. Misal bayi mau tumbuh gigi, ia mengalami panas serta gatal-gatal di gusinya dan ia akan menangis terus-menerus hingga gigi baru akan tumbuh. Hukum pertumbuhan adalah “ setiap manusia yang akan memiliki pertambahan kemampuan, ada rasa sakit yang harus dilaluinya terlebih dahulu”. Apabila hukum pertumbuhan ini dapat kita ingat terus, mungkin kita tak akan meratapi dan menghujat derita melainkan akan mensyukurinya dengan rasa harap-cemas, “ kemampuan baru apalagi yang akan diberikan tuhan kepadaku?”.
Kesalahpahaman kita terhadap penderitaan membuat kehidupan kita bertambah runyam. Alkisah ada seorang yang sangat membenci penderitaan melihat sesuatu yang aneh di sebuah pohon. Ada kepompong yang bergerak-gerak, “apakah itu?” ternyata secara perlahan ada gerakan lembut dari kupu-kupu yang hendak keluar dari kepompong itu. Rupanya ini saat kelahirannya setelah mendekam lama di dalam sleeping bag alami itu.
Calon kupu-kupu itu tampak susah payah, tubuhnya yang masih lemah harus berjuang membuka kulit kepompong yang cukup keras. sesekali calon kupu-kupu itu berhenti sejenak, seperti merasakan kesakitan atau sedang mengumpulkan tenaga agar bisa menerobos keluar dari kepompong.
Sahabat kita yang sangat baik dan menentang semua jenis penderitaan ini merasa iba. Dia ingin menolong bayi kupu-kupu itu untuk segera keluar dari kepompong. Dia lalu mengambil gunting dan mengiris permukaan kepompong itu dengan hati-hati. Alhasil bayi kupu-kupu itu kini tak lagi harus menggunakan tenaganya untuk keluar dari kepompong. Semua permukaan kepompong telah dikupasnya. “kini terbanglah!” ujar sahabat kita ini.
Apa yang terjadi? Bayi kupu-kupu itu tak bisa terbang. Bahkan setelah ia ditunggui sekian lama, bayi kupu-kupu itu tetap tak bisa terbang. Rupanya sahabat kita ini salah duga. Kesusahan yang dialami bayi kupu-kupu pada saat melahirkan diri adalah cara dia menguatkan sayap-sayapnya, sedangkan gerakan yang terhenti dari kupu-kupu adalah cara dia menyesuaikan diri dari udara luar. Begitu proses yang penuh penderitaan itu dipercepat, kupu-kupu itu menjadi cacat. Otot-otot sayapnya tak kuat untuk terbang, dan tubuhnya tak bisa menahan udara alam yang sangat dingin.
Sesungguhnya hadiah penderitaan bagi bayi kupu-kupu adalah kemampuan terbang dan warna-warni yang indah. Jika ia tiak mau menderita, ia tetaplah ulat yang cacat serta aneh.
Sebuah pisau tajam asalnya sebuah besi. Karena ia bersedia ditempa, dipanaskan, dan diasah (digosokkan secara keras) disebuah batu asahan, besi itu menjadi pisau tajam. Lihatlah, kesusahan atau kegagalan yang terasa sakit adalah sebuah proses perjalanan yang menentukan siapa diri kita.