Kamu sudah berteman lama dengannya, tapi baru setahun “berteman” dengannya. Satu hari kamu melihat “teman” kamu mengobrol akrab dengan lawan jenis. Di lain hari kamu membaca pesan pribadi di akun media sosial miliknya, banyak sekali pesan-pesan mesra dia dan beberapa teman media sosialnya. Wajah kamu memerah dan marah padanya. Kamu menuduh dia telah berselingkuh, kamu menuduh dia telah menduakan, mentigakan, atau melimakan kamu.
Kamu menangis, demikian dia juga ikut menangis. Suasana berubah bak cerita sinetron dan telenovela, kamu ingin putus tapi dia ingin bertahan menjadi “teman” kamu. Apa yang seharusnya kamu lakukan?
Siapa kamu?
Instropeksi diri, kamu itu siapa? Suami bukan, istri bukan, saudara juga bukan, kok kamu bisa marah dengan dia? Dia punya hak untuk bergaul dengan siapa saja, dan kamu tidak punya hak atas dia, kecuali kamu punya perjanjian yang bisa menjadi jaminan hukum. Sadarlah kalau kamu bukan siapa-siapa, kamu salah kalau memarahi dia!
Melanggar privasi
Kamu telah melanggar privasi orang lain dengan membaca pesan pribadi di media sosial miliknya. Meskipun kamu orang tuanya kamu harus izin bila membuka media sosial miliknya (baca tulisan Haruskah Pasangan Tahu Password).
Nikahin!
Daripada “temenan” membuat sakit hati mendingan menikahlah dengannya. Suka-duka akan dilalui bersama, menangis dan gembira bersama dalam suatu ikatan. Kamu tidak akan takut berbuat tak senonoh karena kalian sudah sah suami-istri. Bila dia selingkuh, kamu boleh marah kepadanya tapi dengan kelembutan. Tidak boleh marah membentak, keluar kata-kata kotor, melempar motor, atau menyakiti fisik. Hidup penuh resiko yang harus dihadapi, bila kamu menunda menikah dengannya, kamu cemen!
Pisah saja
Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi, lebih baik lagi bila sendiri. Pisah saja dengannya dan menikahlah dengan orang yang kamu anggap tepat. Percuma kamu mempertahankan “pertemanan” dengannya karena kamu suka baper dan insekiur. Carilah calon suami dan istri yang sesuai keinginanmu.