Cinta itu buta, katanya begitu. Tapi kenyataannya, tak buta-buta amat, khususnya ketika menyinggung soal uang dan utang. Bagaimana jika, setelah meyakininya sebagai pasangan terbaik untuk sehidup semati, si dia ternyata membawa persoalan utang dalam pernikahan?
Uang adalah sumber konflik nomor 1. Dalam sebuah penelitian, sejumlah pasangan ditanya masalah apa yang paling mudah memicu pertengkaran: pertama adalah uang, kedua adalah anak-anak, dan ketiga adalah pekerjaan rumah tangga.
Kamu geram? Kamu menuntut cerai? Atau Kamu merelakan seluruh pendapatan untuk berbagi penderitaan melunasi utang-utangnya? Apalagi dalam suatu hubungan, katanya, berbagi penderitaan adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan.
Coba simak fakta berikut ini. Berdasarkan survei situs CreditCards. 55 persen perempuan akan memutuskan pasangan saat mengetahui pasangannya banyak utang sedangkan untuk pria Hanya 37 persen yang melakukannya.
Sebagian besar wanita sebenarnya ingin mengetahui kondisi keuangan pasangan mereka sebelum memutuskan menikah atau berhubungan serius. Ada 57 persen wanita yang menyebut hal ini dan hanya 47 persen pria yang menyinggungnya.
Hubungan pria wanita saat ini sudah banyak mengalami pergeseran nilai. Mau tidak mau kita harus menghadapi kenyataan bahwa dunia semakin materialistis dan setiap orang menjadi semakin individualis.
Sampai saat ini uang masih saja dianggap sesuatu yang jahat dan lambang keserakahan. Begitulah kalau kita takut membicarakan tentang uang, sehingga tidak heran jika kemesraan hubungan antara pria dan wanita bisa berubah 180 derajat setelah menikah (yang dulu lembut jadi keras), karena begitu banyak kejutan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Salah satunya adalah mengenai kebiasaan penggunaan uang yang sebelumnya tidak diketahui.
Jadi sebelum kamu berdua memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan ada beberapa hal tentang uang yang harus kamu tahu sebagai pasangannya.
Ada 5 Cara Agar Pasangan Rukun dalam Soal Uang:
1. Mengatur waktu secara reguler untuk membicarakan soal uang saat gajian, sebelum masalah keuangan datang.
2. Menghargai kontribusi masing-masing. Pendapatan pasangan semestinya tidak mempengaruhi cara kita memperlakukannya.
3. Berlatih berkompromi. Belajarlah menghormati pasangan dan mengabaikan masalah kecil yang tak berarti.
4. Berbagi tugas finansial. Jangan membebankan tugas finansial hanya kepada satu orang. Lakukan manajemen yang adil.
5. Buat tujuan bersama. Membangun investasi bersama, dana darurat bersama, atau tabungan bersama sebagai tim bukan dua pribadi yang terpaksa bersatu.