Mereka yang menjadi pahlawan namun mereka yang terkadang diremehkan. Mereka juga kerap terlupakan. Kini, mereka hanya tinggal nama dan lukisan sejarah semata. Inilah mereka dan jasa-jasanya yang abadi sepanjang masa.
Soe Hok Gie
Pemuda Tionghoa ini meninggal diusia 26 tahun saat akan berulang tahun ke-27. Orang memanggilnya Gie. Gie adalah aktivis Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia pada tahun 1962-1969.
Keberanian dan tajamnya kritikan Gie terhadap pemerintahan Soekarno yang dituangkannya melalui tulisan membuat namanya melesat naik. Semua orang mengenal Gie sebagai aktivis yang memiliki pemikiran fenomenal dan idealis.
Gie menghabiskan masa kecil dan remajanya dengan banyak sekali buku bacaan. Pintu hati Gie merasa diketuk dengan penderitaan rakyat Indonesia sehingga lahirlah tulisan-tulisannya yang tajam mengkritik pemerintah, terutama Soekarno dan PKI.
Artikel-artikel Gie pernah dipublikasikan di berbagai media massa, di antaranya Harian Kami, Kompas, Sinar Harapan, Indonesia Raya dan Mahasiswa Indonesia. Bahkan buku harian Gie pun kini dibukukan dengan judul Catatan Harian Seorang Demonstrans.
Lalu pada tahun 2005 menyusul buku tentang Gie yang berjudul Zaman Peralihan. Saking fenomenalnya, Dr. John Maxwell sampai menuliskan buku tentang Gie yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Buku yang berjudul Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani itu banyak menggugah hati para pemuda terutama mahasiswa. Sepanjang hidupnya, Gie pernah menulis sebanyak 35 artikel dan skripsi yang berjudul di Bawah Lentera Merah.
Ahmad Wahib
Tidak jauh berbeda dengan Gie, sosok Ahmad Wahib pun menjadi idola para aktivis mahasiswadan pemuda. Ia melahirkan pemikiran-pemikiran yang revolusioner di dunia Islam. Sayangnya, sebuah kecelakaan misterius merenggut nyawanya di umur 30 tahun.
Ahmad Wahib meninggalkan banyak bekas sepeninggalannya, seperti catatan hariannya yang diangkat menjadi buku Pergolakan Pemikiran Islam (2004). Buku tersebut sangat kontroversial sekaligus unik.
Dalam buku tersebut, Ahmad Wahib mempertanyakan tentang Tuhan, ajaran Islam dan beberapa ilmu pengetahuan yang membuatnya mencetuskan pemikiran baru. Sebelum meninggal, Ahmad Wahib sempat menjadi wartawan Tempo dan mengikuti kegiatan diskusi.
Chairil Anwar
Ingat puisi berjudul Aku? Puisi tersebut sering kamu temui di buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia atau di majalah tempo dulu. Pencipta puisi indah itu tidak lain adalah Chairil Anwar.
Chairil adalah penyair angkatan 45 yang memelopori lahirnya puisi modern. Chairil Anwar telah mencetak 94 karya dan 70 diantaranya berupa puisi. Karya-karya Chairil dimuat di berbagai media massa dan sejak saat itu ia menjadi terkenal.
Pengaruh Chairil Anwar sanga besar di masanya. Ia menjadi penyair yang kontroversial dan fenomenal. Puisi-puisinya membuat banyak perubahan dan melahirkan pemikiran-pemikiran baru.
Sayangnya, Chairil harus menghembuskan nafas terakhirnya di usia 27 tahun karena TBC. Usia yang masih sangat muda dan terlalu cepat meninggalkan dunia ini.
Raden Ajeng Kartini
Siapa yang tidak kenal RA Kartini? Seorang wanita keturunan ningrat yang berjasa bagi dunia pendidikan Indonesia. Dialah yang memelopori kebangkitan perempuan Indonesia.
Atas perjuangannya, perempuan Indonesia dapat mengenyam dunia pendidikan sampai sekarang. Ia ingin semua perempuan Jawa menjadi manusia yang maju dan berpendidikan. Semua pemikiran Kartini tertuang dalam buku Habis Gelap, Terbitlah Terang.
Namun, pada usia ke-25 tahun, Kartini meninggalkan dunia untuk selamanya. Meskipun demikian, jasa-jasa Kartini masih membekas di hati para perempuan di era kekinian.
Pattimura
Nama Pattimura tentunya begitu membekas di hati rakyat Indonesia. Entah sekarang, mungkin nyaris terlupakan. Pattimura adalah pahlawan yang memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda.
Pahlawan yang nama kecilnya Thomas Matulesi ini pun meninggal di usia yang masih muda, yaitu 34 tahun. Namun, jasa Pattimura tetap dikenang rakyat Indonesia.