Jika dulu ketika anak menghadapi masalah, penyelesaiannya cukup dengan menangis. Saat masuk ke usia sekolah anak-anak punya lebih banyak solusi untuk memecahkan permasalahan.
Salah satu contoh adalah apa yang dilakukan kedua anak dari Liza Permasih, seorang ibu dan pemerhati dunia anak. Bunda Liza dikaruniai dua anak Rofa (10) dan Boni (7).
Rofa dan Boni ini suatu ketika ingin sekali memiliki tablet game seperti yang dipunyai teman-temannya. Namun, Bunda Liza dan ayahnya tidak mengabulkan keinginan anaknya tersebut.
Sampai di situ mereka tidak berputus asa dan tetap mencari solusinya. Mereka pun memiliki ide untuk menjual mainan-mainan yang mereka miliki dan menabung sebanyak mungkin sampai cukup untuk membeli tablet.
Dan benar, setelah berbulan-bulan mereka menunggu, Rofa dan Boni berhasil membeli tablet yang diinginkan dengan uang hasil menjual mainan dan menabung.
Ternyata anak di usia sekolah seperti Rofa dan Boni, kemampuannya sudah lebih luas dan obyektif. Mereka bisa menyelesaikan permasalahan dengan pola pikir baru.
Mereka sadar bahwa tidak mungkin lagi merengek kepada orang tua untuk meminta sesuatu yang dianggap tidak penting.
Pada kasus Rofa dan Boni, mereka berpikir logis bahwa dengan menjual mainan dan menabung akan terkumpul uang. Jika terkumpul uang maka tablet bisa terbeli.
Artinya, kedua anak ini sudah pada tahap sintesa logis dilihat dari kasus itu. Selanjutnya bagaimana tahapan-tahapan mereka dalam memecahkan masalah?
Santrock membaginya ada lima tahapan anak usia sekolah bisa menyelesaikan masalah, berikut ini penjelasannya.