Sekitar 314 orang Muslim keluar bersama dengan Rasulullah dengan membawa sebanyaknya 70 ekor unta yang dikendarai bergantian sejumlah dua hingga tiga orang Muslim. Kaum Muslimin tidak mengetahui bahwa para kafir Qurays keluar dari Makkah dengan tujuan untuk berperang.
Rasul berserta sahabatnya berjalan menuju Badar dan mengambil posisi yang menguntungkan. Saat kedua pasukan sudah dapat saling melihat, kemudian Rasul berdoa dengan sangat tulus dan ikhlas, membuat Abu Bakar terharu dan memberikan motivasi kepada Rasul bahwa janji kemenangan dari Allah akan segera didapatkan.
Rasul berdiri diantara pasukan-pasukan kaum Muslim seraya menyampaikan nasehat bahwa kemenangan akan segera didapatkan, dan mengabarkan kepada pasukannya bahwa janji mati syahid tidaklah seimbang kecuali mendapatkan imbalan syurga.
Pada peperangan ini, Rasul lebih memperbanyak berdoa agar diberikan kemenangan oleh Allah SWT. Salah satu doa beliau adalah “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan Rasul-Mu.
Ya Allah, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari.”
Perang ini terjadi pada tahun kedua Hijriyah bertepatan pada bulan ramadhan tahun tersebut. Ketika berperang, Rasul mengambil segenggam kerikil, lalu dilemparkannya kepada kaum Qurays seraya bersabda “Hancurlah wajah-wajah mereka!”, kemudian kerikil-kerikil tersebut tepat mengenai mata dari pasukan kafir Qurays.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan, saat seorang sahabat mengejar seorang musyrik yang ada di depannya dengan penuh semangat, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang menghentakkan kudanya.
Lantas sahabat tersebut mengetahui bahwa orang musyrik itu tewas terkapar dengan kondisi hidung dan wajahnya mengalami luka berat karena pukulan keras. Hal tersebut ia sampaikan kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda, “Kau benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” (H.R.Bukhari dan Muslim).
Perang Badar ini sangat berarti besar bagi agama Islam. Andai saja tentara Islam kalah pada perangan ini maka selesailah riwayat orang muslim serta agama Islam itu sendiri.
Kemenangan ini juga memperkuat kedudukan Islam di Madinah dan menambahkan keyakinan bahwa mereka berada pada pihak yang benar. Mereka mulai disegani dan ditakuti oleh kabilah-kabilah Arab lain. Sebaliknya dominansi orang Quraisy Makkah mulai lemah dan merosot.