Memuliakan Diri Sendiri (Menjadikan Diri Mulia)
Melalui proses memuliakan orang lain terlebih dahulu bisa mendapat kemuliakan diri sendri. Jika kita ingin mulia di hadapan Allah maka memulikanlah Allah, apabila kita dimuliakan Rasul maka memuliakanlah Rasul, apabila kita ingin dimuliakan orang lain, maka memuliakan dulu orang lain niscaya kita akan dimuliakannya. Kecuali kalau diantara orang lain itu terdapat atau memiliki penyakit hati seperti sifat dengki.
Diri sendiripun mempunyai hak-hak yang harus dimuliakan dan dipenuhi hak-hak itu, dengan itu kita harus memperhatikan dan mengerjakan hal-hal diantaranya seperti menjaga kesehatan tubuh dengan memberi asupan gizi yang cukup, sehat, thayib, dan halal, istirahat yang cukup, banyak latihan untuk memperoleh keterampilan, tidak mendzalimi dan menganiaya diri sendiri dan sebagainya.
Dengan memberi asupan rohani seperti mempelajari agama dan memelihara kesehatan jiwa sehingga kita mempunyai akhlakul karim yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, menghindarkan diri dari penyakit hati seperti sombong, dengki, dusta dan jauhkan prasangka buruk dan sebagainya. Menjaga pikiran kita, agar selalu memiliki pikiran yang positif, serta di hindarkandari pikiran negatif yang bisa melemahkan semangat, berusaha untuk selalu menambah ilmu. Senantiasa “muroqobah” dan “muhasabah” dan moho kepada Allah SWT ampunan dan petunjukn-Nya, serata senantiasa berusaha agar bermanfaat bagi orang lain.
Perhatikan firman Allah dan hadits Rosullulah berikut ini:
….. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya…..(Al Muzzammil (73): 20)
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (QS. Al-Qashash: 77) ( Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas : kebaikan kepada seluruh makhluk Allah swt. )
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Malik bin Abi Kariimah, dari Ibnu Juraij, dari ‘Athaa’, dari Jaabir, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
الْمُؤْمِنُ إِلْفٌ مَأْلُوفٌ، وَلا خَيْرَ فِي مَنْ لا يُأْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa diterima orang lain. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.
Hadits ini shahih.Dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 2/574-576 no. 906.