Perang saudara Libya merupakan perang yang terjadi karena tidak puasnya suatu pihak atas pemerintah yang dianggapnya rapuh.
Perang ini diawali oleh demonstrasi di Benghazi pada tanggal 15 Februari 2011 untuk menuntut mundur pemimpin Libya saat itu yaitu Muammar al-Qaddafi yang sudah berkuasa selama kurang lebih 42 tahun.
Akibat dari tindakan pemerintah yang represif terhadap para demonstran, maka demonstrasi ini berubah menjadi perang saudara.
Pasuka oposisi dan pasukan pemerintah saling serang pada akhir Februari 2011 silam. Perang ini menyebabkan banyak warga Libya mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kronologi Perang Saudara Libya
- 16-20 Februari 2011
Terjadi bentrokan antara demonstran pro-pemerintah dan petugas keamanan dimulai di kota Benghazi yang merupakan kota kedua terbesar di Libya. Bentrokan ini lalu menyebar ke kota-kota lainnya.
- 21-23 Februari 2011
Sebuah surat kabar pro pemerintah yang bernama Quryna melaporkan adanya penembakan warga sipil oleh tentara bayaran Afrika di Tajouraa.
- 24-25 Februari 2011
Pertempuran besar antara pendukung dan anti pemerintah menyebar ke kota lainnya seperti Zawiya, Tajura, MIsrata dan Tripoli. Menurut seorang dokter di rumah sakit Zawiya, ada 150 orang luka dan 17 orang tewas pada pertempuran disana.
- 26-28 Februari 2011
Pasukan anti pemerintah berhasil mengambil alih kota Nalut yang terletak dekat perbatasan Tunisia, namun dalam hitungan hari kota ini berhasil direbut kembali oleh pasukan pemerintah Gadhafi.
- 1-3 Maret 2011
Pihak pemerintah berusaha merebut kembali daerah yang sudah dikuasai oleh pemberontak. Namun beberapa kota seperti Zawiya dan Misrata gagal direbut.
- 8-12 Maret 2011
Pasukan pemerintah berhasil mengambil alih kota Zawiya dari tangan pasukan oposisi.
- 13-15 Maret 2011
Pasukan pro pemerintah Gadhafi mengambil kontrol al Brega. Lalu pasukan pemerintah melanjutkan penyerangan ke timur dan berhasil mengambil alih Ajdabiya dari tangan pemberontak. Lalu selanjutnya kota Zuwara berhasil diambil alih oleh pemerintah.
- 18 Maret 2011
Dewan keamanan PBB menyetujui adanya zona larangan terbang dan mengijinkan penggunaan senjata guna melindungi rakyat sipil. Pemerintah Libya menanggapi ini dengan melakukan gencatan senjata darurat dengan para pemberontak.
Dalam peperangan ini lebih dari 25.000 warga sipil tewas. Semoga kejadian mengerikan ini tidak terulang kembali dan rakyat dapat hidup dengan tenang.