Dalam menjalani kehidupan tentu tidak terlepas dengan masalah, musibah ataupun cobaan. Inilah uniknya Tuhan memberikan keseimbangan dalam menjalani kehidupan.
Hidup tanpa masalah atau ujian sangat hampa. Masalah yang datang pada diri ini itu merupakan suatu cara Tuhan untuk menguji kesabaran hamba-Nya.
Namun, Tuhan selalu berlaku adil terhadap setiap hamba-Nya. Masalah yang diberikan tentu ada solusi atau penyelesaiannya.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah bagaimana menyelesaikan masalah konflik tersebut? Untuk menjawab persoalan ini maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu masalah.
Masalah ada kaitannya dengan konflik. Namun tahukah kamu apa itu konflik?
Definisi konflik menurut Webster adalah perkelahian, peperangan atau perjuangan. Jadi, manajemen konflik adalah serangkaian aksi maupun reaksi yang muncul dari pelaku ataupun dari pihak luar.
Konflik atau masalah itu timbul tentu ada penyebabnya. Nah, apa penyebab terjadinya konflik?
Penyebab konflik terbagi menjadi dua yaitu:
Konflik itu dapat terjadi karena ada salah satu pihak yang memiliki aspirasi tinggi. Sehingga konflik semacam ini terjadi apabila aspirasi sendiri maupun pihak lain bersifat kaku.
Konflik dapat terjadi apabila adanya salah satu atau dua alasan yang saling bersikukuh mempertahankan alasan masing-masing sehingga tidak ditemukan titik damai atau tidak penyelasain. Model konflik seperti ini ada kelompok yang bersifat realistis dan kelompok bersifat idealis.
Selain itu, ciri-ciri konflik menurut pengertian dari Wijono ialah:
- Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
- Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, dan lainnya.
- Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
- Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
- Munculnya interaksi yang seringkali ditandai dengan gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
Semoga bermanfaat. 🙂