Seorang suami bertanya akan masalah rumah tangganya ke situs OnIslam.com. Berikut ini kami sajikan terjemahannya agar jadi pembelajaran bagi kita bersama.
Assalamu’alaykum, saya coba untuk menulis dengan cukup detail untuk menghilangkan semua keraguan yang saya alami. Saya sudah menikah dengan wanita yang dulunya pacar saya. saya tahu kalau pacaran itu tidak bagus dalam Islam. Allah tahu kalau saya benar-benar menyesali hubungan saya ini.
Sekarang kami sudah menikah selama hampir 2 tahun dan Alhamdulillah Allah memberkahi kami dengan bayi perempuan 2 hari yang lalu. Sekarang saya tidak tinggal bersamanya karena saya sedang kuliah di luar negeri.
Masalah yang saya alami: saya tidak mencintai istri saya seperti dulu lagi!!
Ini realitanya. Saya sudah mencoba memaksakan diri untuk lebih mencintainya, tapi saya tetap tidak bisa. Saya sudah banyak berdoa namun tidak ada banyak perubahan. Sekarang saya selalu berpikir tentang tipe wanita yang saya inginkan: wanita yang sangat relijius, yang bisa mengajarkan saya Quran, dan tentu saja berhijab.
Sekarang keimanan saya meningkat dan saya ingin ini terus berlanjut. Istriku benar-benar tidak punya 3 hal tersebut. Sejujurnya saya tidak mau bercerai karena saya tidak mau melukai perasaannya dan saya juga tidak mau dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya juga tidak mau menikah lagi karena saya masih sangat muda dan belum berkecukupan.
Apa yang sebaiknya saya lakukan? Saya yakin Islam punya solusi terbaik untuk setiap masalah.
Konselor pernikahan di OnIslam.net, Dr. Abd. Lateef Krauus Abdullah memberikan jawaban yang baik.
Assalamu’alaikum
Terima kasih atas pertanyaanmu, Saudaraku. Alhamdulillah atas kelahiran putrimu. Tentu itu berita yang menggembirakan.
Pertanyaanmu cukup menarik. Terutama melihat Anda baru saja dianugerahi bayi dan resmi menjadi kepaal keluarga. Menarik pula setelah Anda menceritakan kekurangan yang istri Anda miliki, Anda langsung menuliskan tipe wanita yang Anda inginkan.
Ingatlah bahwa menjadi Muslim itu berarti menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah, tak peduli apa yang kita inginkan. Anda bercerita kalau keagamaan Anda sudah meningkat hingga menginginkan istri yang punya minat keagamaan yang sama. Itu baik tentunya. Tapi Anda tidak bisa berharap istri Anda berubah sesuai keinginan Anda.
Pernikahan itu berarti kita saling bahu-membahu dalam menolong pasangan melalui perubahan yang kita alami. Pernikahan itu saling memperkaya kualitas hidup pasangan sepanjang prosesnya.
Jika Anda menceraikan istri Anda untuk menikahi wanita yang “lebih relijius,” kelak Anda bisa saja menyadari kalau menjadi relijius itu sebenarnya tidak menarik lagi.
Ketika itu terjadi, akankah Anda menceraikannya dan mencari wanita lain lagi yang memenuhi keinginan Anda? Menikah itu tidak seperti ganti ban mobil.
Tantangan bagi Anda adalah cobalah untuk memahami dan mencintai istri apa adanya, sesuai kondisinya saat ini. Minat Anda pada Islam seharusnya digunakan untuk membantu istri dan anak Anda agar dapat hidup sebagai Muslim yang baik.
Itulah mengapa Anda harus menjadi da’i di rumah. Berikan contoh yang baik dalam mempelajari agama lalu ajarkan pada anak dan istri dengan kata-kata dan teladan berperilaku.
Lalu mengapa Anda membebani istri dengan tugas mengajari Anda Quran? Carilah ulama dan belajar darinya, jangan jadikan itu tugas istri Anda. Mengenai hijab insya Allah, dengan banyak berdoa, kelak ia mau mengenakannya. Namun itu adalah tugas Anda membantunya memahami mengapa harus mengenakan hijab.
Begitu Anda mendapat pemahaman agama, bagilah ilmu tersebut pada istri Anda dengan perlahan. Insya Allah istri Anda akan merasa membutuhkan ilmu tersebut. Mempelajari agama bukanlah sesuatu yang bisa kita paksakan, istri Anda harus merasa adanya kebutuhan akan Islam di dalam dirinya.
Minat Anda pada agama perlu Anda arahkan untuk menolong orang-orang di sekitar Anda. Bukan semata-mata karena Anda merasa lebih baik, namun berbuat baiklah pada orang-orang terdekat karena Allah sudah merahmati Anda dengan keinginan mendekatkan diri pada Islam.
Mulailah menempatkan diri sebagai kepala keluarga. Berusahalah untuk jadi kepala keluarga terbaik yang bisa Anda lakukan. Ini yang harus jadi prioritas Anda sekarang. Mencintai istri adalah anugerah dari Allah, yang Allah berikan lewat berusaha mencintai dengan tulus.
Jangan terus membenamkan diri membanding-bandingkan istri dengan wanita ideal yang hanya ada dalam angan-angan Anda. Itu tak lebih dari tipu daya setan. Jangan tinggalkan cinta karena kekurangan yang istri miliki. Hargailah semua kebaikan yang ada padanya. Resapi juga alasan awal Anda mencintainya.
Jika memang ada permasalahan yang sangat serius, mungkin Anda perlu memperhitungkannya demi kebaikan pernikahan ke depannya. Namun jika tidak ada, berjuanglah untuk memperindah pernikahan Anda.