Proses menyapih itu unik bagi setiap anak.
Ada bayi yang tidak mau disusui lagi begitu mencoba makanan padat atau minum dari gelas. Ada juga yang tidak mau lepas dari menyusui bahkan setelah bebas berlari kesana kemari.
Cara menyapih yang bisa Bunda gunakan tentu akan berbeda untuk setiap kondisi tersebut. Berikut ini panduan cara menyapih anak untuk beberapa situasi.
Apakah Anak Saya Mogok Menyusu Atau Inisiatif Menyapih Sendiri
Terkadang, tiba-tiba bayi tidak mau disusui. Bayi menutup mulutnya rapat-rapat, menolak payudara, dan menangis.
Mogok menyusu ini bisa terjadi selama satu hari bahkan sampai berhari-hari. Saat ini terjadi, sulit dibedakan antara bayi sakit, inisiatif menyapih sendiri, atau mogok menyusu.
Banyak ibu mengira bayinya inisiatif menyapih sendiri saat sebenarnya sedang mogok menyusu. Sang ibu akhirnya berhenti menyusui padahal bayinya sebenarnya belum siap berhenti diberi ASI.
Bayi yang menyapih sendiri biasanya hilang minat menyusui secara perlahan atau mudah teralihkan dari payudara. Sementara itu, kebanyakan mogok menyusu terjadi tiba-tiba dan saat usia bayi masih sangat dini.
Apa yang menyebabkan mogok menyusui?Alasan bayi tiba-tiba tidak mau menyusui bisa bermacam-macam.
Salah satu di antaranya adalah tumbuhnya gigi. Menelan dan menggerakkan rahang juga bisa terasa menyakitkan bagi bayi kalau dia sedang menderita sakit telinga, cedera mulut, atau sakit tenggorokan.
Alasan lainnya juga bisa jadi bayi merasa stres atau merasa cemas berlebih. Bahkan perubahan seperti wangi parfum baru bisa menyebabkan kebingungan pada bayi.
Lalu apa solusinya? Kalau mulanya Bunda tidak berhasil membuat bayi mau menyusui, coba lagi.
Coba susui ASI saat bayi sedang mengantuk. Dia bisa jadi lebih enggan melawan saat sedang kelelahan.
Coba juga susui lagi begitu bayi terbangun dari tidurnya. Selain itu Bunda bisa juga mengubah posisi menyusui, atau coba susui sambil berjalan.
Kalau bayi Bunda masih mogok menyusu, peras ASI dan beri lewat gelas untuk bayi atau sendok.
Suplai ASI Bunda diatur berdasarkan permintaan bayi. Saat bayi Bunda menolak disusui, tubuh Bunda mengurangi produksi ASI.
Mogok menyusu biasanya terjadi paling lama 4 hari. Tapi pada saat itu, suplai ASI Bunda bisa jadi sudah menurun. Untuk mempertahankan suplainya, peras ASI dengan jumlah seperti sebelum mogok menyusui terjadi.
Setelah bayi Bunda menolak payudara selama 24 jam, sebaiknya hubungi dokter atau konsultan laktasi. Bisa jadi bayi Bunda mengalami sakit seperti sariawan atau infeksi telinga.
Kondisi khusus: Menyapih Dadakan
Menyapih secara mendadak bisa jadi menyulitkan dan tidak nyaman baik bagi ibu maupun bayi.
Menyapih dadakan bisa menyebabkan pembengkakan dan infeksi payudara. Sang ibu juga bisa mengalami depresi dan kehilangan.
Bayi juga bisa mengalami bingung puting kalau bayi baru minum lewat botol untuk pertama kalinya.
Penting! Ingatlah bahwa bayi Bunda bukan menolak Bunda. Dia hanya sementara menolak payudara.
Dalam waktu singkat, penyebab mogok menyusui akan teratasi. Setelah itu Bunda bisa mengembalikan hubungan menyusui dengan bayi Bunda.
Menghentikan Pemberian ASI
Berhenti menyusui secara tiba-tiba biasanya tidaklah diperlukan. Idealnya, proses menyapih dilakukan secara bertahap.
Kalau Bunda menyapih secara tiba-tiba, hasilnya bisa menyakitkan. Pembengkakan yang disebabkan oleh menyapih secara cepat bisa membuat payudara Bunda terasa penuh dan sakit. Ini mirip seperti saat ASI baru ada beberapa hari setelah melahirkan.
Saat ini terjadi, peras ASI sampai terasa nyaman. Tapi ingat, ASI dibuat berdasarkan kebutuhan. Saat Bunda memrasa ASI, tubuh Bunda akan memproduksinya lagi.
ASI yang tersisa di payudara memberi sinyal pada tubuh Bunda bahwa Bunda memiliki lebih banyak ASI dari yang digunakan. Hal ini akan memperlambat produksi ASI.
Untungnya, masih ada beberapa metode lainnya yang bisa Bunda gunakan untuk mengurangi produksi ASI dan juga menghilangkan rasa sakit akibat pembengkakan.
Daun Kol
Menyelipkan daun kol ke dalam bra bisa menghilangkan pembengkakan. Kalau daun kol ini diselipkan cukup lama atau cukup sering, daun organik ini akan memperlambat produksi ASI.
Oleh karena itu, kalau memang belum ingin menyapih, jangan terlalu lama menyelipkan daun kol. Namun jika Bunda sudah merasa waktunya untuk menyapih, gunakan sebebas mungkin.
Daun kol ini perlu diganti saat terlihat layu. Selama proses menyapih, daun kol bisa dipakai terus-menerus.
Estrogen
Salah satu fungsi hormon estrogen adalah mengurangi produksi ASI. Beberapa pil KB mengandung estrogen dengan dosis yang cukup tinggi, sehingga menurunkan suplai ASI.
Namun, ada beberapa pil KB yang bebas estrogen. Konsultasikan dengan dokter sebelum meminta resep pil KB yang sesuai dengan kebutuhan Bunda.
Hati-hati, beberapa penelitian menghubungkan estrogen dengan kanker payudara, rahim, dan serviks.
Herbal dan Obat
Zaman dulu, obat diresepkan untuk mengurangi suplai ASI dan mengatasi pembengkakan. Kini banyak dokter tidak merekomendasikan pengobatan lagi karena adanya risiko efek samping yang berbahaya.
Misalnya saja Parlodel, yang sekarang sudah tidak dibolehkan karena menyebabkan kejang-kejang, struk, dan serangan jantung. Konsultasikan dengan dokter Bunda tentang setiap efek samping obat yang dia rekomendasikan.
Teh daun sage bisa membantu mengurangi suplai ASI. Namun herbal jug amemiliki efek samping. Jangan konsumsi terapi herbal selama bayi Bunda masih menyusui.
Senyawa kimia yang ada di herbal bisa masuk ke ASI, yang akan dikonsumsi oleh bayi.
Bicarakanlah dengan dokter, bidan, atau konsultan laktasi sebelum mengonsumsi herbal.
Roller Coaster Emosional
Saat prolaktin dalam tubuh Bunda berkurang, Bunda bisa mengalami baby blues singkat. Gejala baby blues itu seperti merasa sedih, ingin menangis, tidak nafsu makan, bingung, insomnia, dan mood swing.
Bunda bisa saja tidak mengalami fenomena pasca melahirkan ini begitu memutuskan untuk menyusui. Namun dengan menyapih secara tiba-tiba, Bunda bisa mulai mengalami gejala ini untuk pertama kalinya.
Perasaan seperti ini akan muncul saat tubuh menyeimbangkan hormon. Selama baby blues ini, pastikan Bunda tetap makan teratur, berolahraga, meluangkan me time, dan memiliki orang yang suportif untuk mendengarkan Bunda.
Gigi yang Tumbuh Mengganggu Proses Menyusui
Tumbuhnya gigi bisa terasa menyakitkan bagi bayi. Apalagi kalau beberapa gigi tumbuh berbarengan.
Proses pertumbuhan gigi ini bisa mengganggu proses menyusui. Terutama jika bayi Bunda merasa terlalu sakit saat disusui.
Bayi Bunda bisa saja menolak payudara atau malah menggigitnya untuk bisa merasa lebih nyaman. Rasa kaget dan sakit yang Bunda alami saat digigit bisa membuat Bunda teriak, hal ini bisa membuat bayi merasa takut dan menolak payudara.
Hati-Hati!Menyapih dadakan bisa menyebabkan tersumbatnya pembuluh. Ini bisa berakibat infeksi payudara.
Kalau Bunda mengalami demam, menggigil, panas di payudara, atau gejala seperti flu, segera konsultasikan dengan dokter.
Bisa jadi Bunda perlu perawatan medis.
Kalau Bunda melihat adanya tanda tumbuh gigi, Bunda bisa hati-hati digigit sebelum terjadi.
Beberapa tanda tumbuhnya gigi di antaranya:
- Bayi menggigit segala yang ada di hadapannya, mulai dari sendok, gelas, Bunda, bahkan teman mainnya sendiri
- Ruam popok dari diare yang disebabkan oleh asam di air liur yang berlebih
- Ngiler
- Ruam atau dagu pecah-pecah
- Menangis terus-menerus
Tumbuhnya gigi bukan berarti harus menjadi alasan untuk menyapih. Walau memang banyak orang tua melakukan transisi dari payudara ASI ke botol susu saat gigi bayi mulai tumbuh.
Masa Peralihan: Menyapih Secara Bertahap
Menyapih bertahap dimulai dengan menyusun rencana.
Agar rencana ini lebih matang, lihat kalender saat melakukannya. Bunda membutuhkan waktu 6-8 minggu untuk mendapat masa peralihan yang cukup nyaman.
Semakin lama waktu yang Bunda ambil untuk tahapan ini, trauma yang disebabkan akan semakin ringan. Baik untuk Bunda maupun untuk bayi.
Menyapih bertahap akan membantu menjaga keseimbangan hormon Bunda tetap sehat. Tahapan ini akan membuat kadar hormon Bunda berkurang secara perlahan. Alhasil gejala baby blues pun menjadi lebih ringan.
Kuncinya adalah menjaga mood swing terjadi secara perlahan.
Peralihan secara bertahap juga menjaga laktasi tetap seimbang. Ibu yang menyapih secara perlahan tidak mengalami pembengkakan. Bayi Bunda akan membantu tubuh Bunda memproduksi jumlah ASI yang tepat.
Kurangi Pemberian ASI
Kapankah bayi Bunda paling tidak tertarik disusui? Saat pagi? Atau sore?
Waktu memberi ASI inilah yang pertama kali Bunda hilangkan. Tapi ingat, hilangkan satu-satu.
Kalau Bunda memutuskan untuk menyapih dalam waktu 2 bulan, atur tahapan waktu menyusui yang akan dihilangkan. Selain itu tentukan juga aktivitas baru yang akan Bunda lakukan bersama bayi serta makanan penggantinya.
Kurangi satu jadwal menyusui setiap 5 hari sekali. Misalnya saja, hilangkan menyusui di waktu pagi. Setelah 5 hari, mulai hilangkan menyusui di waktu sore.
Menyusui sebelum tidur malam dan tidur siang dihilangkan terakhir kali karena biasanya bayi mengisap untuk mencari kenyamanan. Biasanya menyusui di malam hari yang paling sulit dihilangkan.
Kuncinya adalah kesabaran dan konsistensi. Kalau Bunda tidak konsisten, prosesnya akan jadi lebih lama.
Beri bayi Bunda payudara dengan lebih jarang dan dengan waktu yang lebih singkat. Jangan sampai tidak memberi payudara sama sekali, tapi juga jangan tawarkan terlalu sering.
Mengubah Rutinitas
Saat akan menghilangkan waktu menyusui yang terakhir, atur rutinitas waktu tidur.
Mandikan bayi bunda, bacakan cerita, beri air minum, gosok giginya, nyalakan lagu pengantar tidur, pijat dan cium, dan ucapkan selamat tidur.
Kalau Bunda menyapih dan menggantinya dengan botol, biarkan ayahnya menawarkan botol berisi air dan memulai rutinitas waktu tidur.
Ayahnya juga bisa menghabiskan waktu berdua dengan bayi yang sedang dalam proses menyapih. Misalnya saja jalan-jalan berdua, atau mengemong sambil membacakan cerita. Ini akan mengalihkan perhatian bayi dari keinginannya mencari payudara.
Bunda juga bisa menghilangkan hal-hal yang bisa mengingatkan bayi dari waktu menyusui. Misalnya saja duduk di sofa, bukannya di kursi yang biasa dipakai saat menyusui. Atau saat digendong bayi menghadap ke depan, bukan menghadap dada Bunda.
Berikan gelas berisi jus atau air. Rasa yang terasa baru, disertai dengan kesenangan melihat gelas yang unik, akan menarik perhatiannya.
Bunda juga bisa menggantikan waktu menyusui dengan mengenalkan makanan padat yang baru. Namun coba satu makanan baru saja dalam sekali. Perhatikan juga jika ada tanda-tanda alergi.
Tawarkan gelas setelah makanan padat. Siap-siap makanannya akan bberantakan. Ingatlah: bayi belajar banyak lewat inderanya. Basah itu baik untuk bayi belajar, apalagi kalau dia bisa menyentuh benda yang lembek dan bisa ia mainkan.
Kemungkinan besar gelas ini akan jadi mainan baru untuk bayimu. Dia akan melemparkannya dan memintamu untuk mengambilnya (lagi dan lagi, berkali-kali). Permainan ini bayi lakukan bukan untuk membuat Bunda frustrasi dan stres.
Bayi justru sedang belajar sebab akibat (“Kalau saya lempar, Bunda akan mengambilnya…. setiap saat!”) dan permanennya objek (tak terlihat bukan berarti tak terpikirkan). Kedua konsep ini penting untuk pertumbuhan yang normal. Gelas ini bisa menjadi mainan yang cocok untuk mengajarinya.
Menyapih Secara Bertahap Sesuai Usia
Rencana menyapih harus diperhitungkan ke dalam usia bayi dan juga perkembangan kemampuannya. Bayi yang sudah lebih mandiri lebih mudah teralihkan daripada yang masih memiliki rutinitas yang lebih bisa diprediksi.
Pertimbangkan usia dan tahapan bayi saat merencanakan tahapan menyapih dalam usia-usia ini.
0-6 bulan: menyapih dari payudara ke botol. Namun ingat bayi masih memiliki kebutuhan untuk menetek. Agar dia tidak mengamuk, tawarkan botol saat bayi tidak terlalu lelah atau tidak terlalu lapar.
Bayi pada usia ini sering mengalami bingung puting. Ubah-ubah posisi memberi makan, coba berbagai jenis dot bayi, dan minta orang lain menawarkan botol kalau bayi menolaknya saat Bunda tawarkan.
6-12 bulan: Bunda bisa bertahap menggantikan waktu menyusui dengan makanan padat dan juga mengenalkan gelas. Tawarkan gelas lebih sering. Dot bayi bisa memenuhi kebutuhannya untuk menetek.
Bayi pada usia ini lebih mudah teralihkan. Mengganti rutinitas bisa membantu mempermudah transisi dari payudara.
12-24 bulan: bayi sudah belajar untuk lebih mandiri dan sudah memiliki berbagai kemampuan motorik. Bayi usia ini sudah bisa mengontrol gelas. Gunakan gelas lebih sering dan mulai tawarkan air di dalam botol.
Bayi Bunda sekarang sudah makan berbagai jenis makanan.dia tidur sepanjang malam dan tidak bergantung pada asupan makanan tengah malam.
Usia ini ideal untuk mengenalkan objek transisi yang bisa membantunya lebih tenang (misalnya boneka beruang dan selimut) dan juga menyapihnya dari botol. Ajari bayi cara lain untuk membuat dirinya lebih nyaman.
24-36 bulan: batita sedang masa-masanya aktif dan penuh rasa ingin tahu. Bunda bisa mencari aktivitas pengganti, seperti piknik atau bermain di taman. Perubahan rutinitas bisa menghilangkan tanda yang mengingatkannya untuk menyusui.
Gunakan gelas selama mengemong. Anak-anak suka mendengarkan cerita dan juga mengarang ceritanya sendiri. Gantikan waktu menyusui dengan menggendongnya di kursi yang berbeda dan dengarkan imajinasinya.
Kalau Bunda memiliki kekhawatirakn akan perkembangannya, diskusikan rencana menyapih dengan dokter anak atau konsultan laktasi. Bunda yang tahu apa yang terbaik untuk anak dan juga cara yang paling sesuai untuk bayi dan keluarga.
Menyapih dari Payudara ke Botol/Dot
Mengenalkan botol harusnya dilakukan secara bertahap. Dot bayi tidak seperti puting manusia. bayi mengisap dengan cara yang berbeda dari payudara ke botol ke gelas.
Dot mengalirkan susu lebih cepat dan lebih banyak. Perhatikan tanda-tanda meneguk dan gagap saat bayi menelan. Ini menandakan alirannya terlalu cepat. Ganti dengan dot yang mengalirkan susu lebih lambat.
Banyak bayi mengalami bingung puting saat masa transisi dari payudara ke botol.mereka sering menolak botol dari ibunya karena wadahnya berbeda, walau memang rasa dan bau ASI terasa sama.
Transisi dari payudara bisa menjadi kesempatan bagi ayah untuk mulai memberi makan bayi. Mintalah dia untuk menawarkan susu atau formula dari botol atau gelas.
Menyapih dari Botol/Dot
Menyapih dari botol bisa dilakukan di antara usia 9 bulan sampai 2 tahun. Batita yang lebih tua sering menolak disapih dari botol karena botol menenangkannya sebelum tidur dan juga memberinya zona nyaman.
Beberapa orang tua menggunakan teknik air untuk menyapih dari botol. Air digunakan untuk menggantikan ASI saat jam tidur malam dan tidur siang. Pada waktu ini biasanya batita paling menginginkan botol.
Karena air itu kurang menarik, bayi akan lebih mudah melepaskannya. Kalau Bunda memutuskan untuk menggunakan teknik ini, bersiap-siaplah menghadapi penolakan di awal.
Layaknya semua keputusan pengasuhan, pilih cara dengan bijak dan konsisten begitu satu peraturan diterapkan.
Kalau ASI diberi sebelum tidur, ASI yang mengumpul di pembuluh eustachio bisa menjadi tempat bakteri berkembang sehingga anak terkena sakit infeksi telinga.
Menyapih Alami
Menyapih alami adalah proses yang diinisiasi oleh anak. Ini terjadi biasanya pada usia di antara 12 bulan sampai 3 tahun. Saat Bunda membiarkan batita Bunda untuk mengatur ritmenya sendiri, penyapihan terjadi dengan sendirinya.
Hormon Bunda menurun lebih lambat. Ada lebih sedikit risiko baby blues atau pembengkakan payudara.
Kesiapan anak untuk menyapih memberikan penutupan bagi pengalaman menyusui. Ada lebih sedikit kerewelan saat bayi yang memulai proses penyapihan. Proses ini menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Batita yang sudah bergerak bebas lebih mudah terdistraksi dan seringkali menyapih dirinya sendiri sembari ia tumbuh lebih mandiri. Penting memang mendorong kemandirian anak, namun penting juga untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.
Biarkan batita Bunda menyusui selama yang dia inginkan dan sepanjang yang Bunda kira masih sesuai dengan perkembangannya. Tapi jangan tawarkan payudara sampai dia memintanya.
Bisa jadi dia akan mendapat hal lain yang bisa mengalihkan perhatiannya.
Penuhi Kebutuhannya untuk Dekat Secara Fisik dan Emosional
Dalam masa transisi dari payudara, anak masih butuh merasa dekat dengan orang tuanya, baik secara fisik maupun secara emosional. Pastikan anakmu tahu kalau Bunda selalu ada untuknya di waktu-waktu selain menyusui. Dia membutuhkan rasa nyaman di pelukan ibunya dan juga banyak momen dikemong.
Berikut ini beberapa aktivitas yang bisa membuat anak Bunda merasa lebih dekat:
- Menggambar dan mewarnai bersama-sama
- Berpelukan
- Menari
- Bermain jari
- Berjalan-jalan
- Piknik
- Menertawakan ekspresi wajah yang konyol
- Mendengarkan musik
- Memijat
- Saling bercerita
- Menyanyikan lagu anak-anak
- Bermain cilukba
- Saling menggelitiki
Menyusui membuat anak Bunda mendapat awal yang paling alami dan sehat dalam hidupnya. Namun menyusui hanyalah awalnya.
Bunda akan menghabiskan seumur hidup Bunda mengkhawatirkan kesehatan anak Bunda seiring dengan tumbuh kembangnya setiap hari.
Percayalah pada diri Bunda dan juga kemampuan Bunda untuk melalui semua tantangan yang datang dalam hal pengasuhan. Ingatlah untuk selalu penuh cinta dan kesabaran.