Doa Sholat Dhuha
(BACAAN LATIN)
“Bismillaahirrohmaanirrohiim”
“Al hamdulillaahirobbil ‘aalamiin Allaahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa sayyidinaa Muhammad, Allaahumma Innaddhuhaa a dhuhaa uka wal bahaa a bahaa uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka
Allaahumma inkaana rizkii fissamaaa i fa.anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu, wa inkaana mu’siron fayassirhu, wa inkaana harooman fatohhirhu, wa inkaana ba’iidan faqorribhu
Bihaqqi dhuhaa ika wa bahaa ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudrotika wa ‘ishmatika, aatinii maa aataita ‘ibaadakas sholihiin, wa shollallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aalihi wa sohbihi wasallam, wal hamdulillahirobbil ‘aalamiin”
(Terjemah Doa Sholat Dhuha)
“Ya Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Tuhanku, apabila rizkiku berada di langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar maka mudahkanlah, apabila haram maka sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah, dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, kekuasaan-Mu, datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang soleh”.
Tata Cara Sholat Dhuha
Cara melakukan sholat dhuha adalah seperti melakukan sholat sunnah pada umumnya, yaitu setiap dua rokaat salam. Dan disunnahkan saat sholat surat yang dibaca adalah surat Asyams dan Ad duha.
Niat Sholat Dhuha
أصلي سنة الضحى ركعتين مستقبل القبلة أداء لله تعالى
“Usholli Sunnatad dhuhaa Rok’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa al lillaahi ta’aalaa”
Batasan Rokaat Sholat Dhuha
Mengenai jumlah batasan rokaat pada sholat dhuha ini para Ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan jumlahnya. Berikut adalah ulasannya:
- Yang pertama adalah pendapat dari Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali yaitu mengatakan jumlah maksimal rokaat dalam sholat dhuha adalah 8 rokaat. Dalil yang digunakan adalah hadis dari Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
- Yang kedua adalah 12 rakaat. Yaitu pendapat dari Madzhab Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, serta pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anas radhiallahu’anhu: “Barangsiapa shalat dhuha 12 rakaat, Allah akan membangun baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan oleh sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).
- Yang ketiga adalah tidak ada batasan maksimal. Pendapat ini dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya itu, As-Suyuthi mengatakan, “Tidak terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan rakaat tertentu, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.”. Beliau juga membawakan perkataan Al-Hafidz Al-‘Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi, “Saya tidak mengetahui seorangpun sahabat maupun tabi’in yang membatasi shalat dhuha dengan 12 rakaat. Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (syafi’iyah) – yang membatasi jumlah rakaat dhuha – yang ada hanyalah pendapat yang disebutkan oleh Ar-Ruyani dan diikuti oleh Ar-Rafi’i dan ulama yang menukil perkataannya.”Setelah menyebutkan pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, As-Suyuthy menyebutkan pendapat sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan, “Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.” (Al-Hawi lil fataawa, 1:66).Sumber: https://konsultasisyariah.com/8758-rakaat-shalat-dhuha.html