Doa untuk Pengantin yang Baik dan Sesuai Tuntunan

Doa untuk Pengantin – Pernikahan adalah sebuah ibadah sakral dalam agama; apapun agamanya. Di agama Islam sendiri, pernikahan ini digambarkan dengan kata mitsaqan ghalizha, janji yang sangat agung.

Di dalam Al-Qur’an, kata-kata mitsaqan ghalizha hanya disebut beberapa 3 kali saja. Silakan bisa dicari. Yang jelas, saking beratnya, digambarkan seperti tertimpa gunung. Penikahan, yang jelas, tidak hanya mempersatukan dua insan; laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga dua keluarga.

Maka, jelaslah harus kita do’akan dengan doa-doa yang baik dan diajarkan oleh Rasulullah saw. Barangkali di antara kita sudah banyak yang memberikan ucapan selamat pada pengantin dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, tetapi belum menjadi kebiasaan orang-orang di Indonesia untuk mendoakan pengantin dengan doa yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.

Doa untuk Pengantin

poppycockfilms.co.uk

Dahulu, di lingkungan Rasulullah saw. pun, masih ada doa yang baik tetapi tidak dianjurkan. Doa tersebut adalah “Semoga bahagia dan banyak anak.” Ternyata doa tersebut tidak ‘disetujui’ oleh Rasulullah saw. dan memberikan doa yang lebih baik. Doa itu adalah, بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

“Barakallahu laka, wa baraka ‘alayka wa jama’a baynakuma fii khayr.”

Yang artinya: Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.”

Itulah doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Mendoakan keberkahan pada pengantin. Kenapa berkah? Karena berkah itu berarti tetap berada pada jalur yang benar dalam keadaan apapun. Berkah itu, bukan susah dan senangnya, tetapi sabar dan syukurnya; bukan miskin atau kayanya, tetapi jihad dan shadaqahnya. Begitu seterusnya.

Doa untuk Pengantin yang Lainnya

semprefamilia.com.br

Selain itu ada doa-doa lain yang dianjurkan untuk diucapkan setelah menyantap makanan Doa tersebut adalah: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ، وَارْحَمْهُمْ، وَبَاِرِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ

“Ya Allah, ampunilah mereka, sayangilah mereka dan berkahilah apa-apa yang Engkau karuniakan kepada mereka”

Di dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dengan lafadz اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُم،ْ وَارْحَمْهُمْ

“Ya Allah, berkahilah apa-apa yang Engkau karuniakan kepada mereka, ampunilah mereka dan sayangilah mereka.”

Atau bisa juga dengan lafadz, اَللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي، وَاسْقِ مَنْ سَقَانِي

“Ya Allah, berikanlah makan kepada orang yang memberi makan kepadaku, dan berikanlah minum kepada orang yang memberi minum kepadaku”

Bisa juga dengan lafadz, أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ “Telah berbuka di sisi kalian orang-orang yang berpuasa, dan telah menyantap makanan kalian orang-orang yang baik, dan para Malaikat telah mendo’akan kalian.”

Sunnah Menabuh Rebana di Pernikahan

Setidaknya ada dua manfaat yang dalam penabuhan rebana di pernikahan ini

1. Publikasi (mengumumkan) pernikahan.

2. Menghibur kedua mempelai.

Hal tersebut didasarkan pada hadits dari Muhammad bin Hathib, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ الدُّفُّ وَالصَّوْتُ فِي النِّكَاحِ

“Pembeda antara perkara halal dengan yang haram pada pesta pernikahan adalah rebana dan nyanyian (yang dimainkan oleh anak-anak kecil)”

Juga berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia pernah mengantar mempelai wanita ke tempat mempelai pria dari kalangan Anshar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata, يَا عَائِشَةُ، مَا كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ؟ فَإِنَّ اْلأَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ

“Wahai ‘Aisyah, apakah ada hiburan yang menyertai kalian? Sebab, orang-orang Anshar suka kepada hiburan.”

Di dalam sebuah riwayat yang lain, Rasulullah saw. bersabda,

“Apakah kalian mengirimkan bersamanya seorang gadis (anak kecil) untuk memukul rebana dan menyanyi?”

‘Aisyah bertanya, “Apa yang dia nyanyikan?”

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“Dia mengucapkan: أَتَيْنَاكُـمْ أَتَـيْنَاكُـمْ فَحَـيُّوْنَا نُحَيِّيْكُـمْ لَوْ لاَ الذَّهَبُ اْلأَحْـمَرُ مَا حَلَّتْ بِوَادِيْكُـمْ لَوْ لاَ الْحِنْطَةُ السَّمْـرَاءُ مَا سَمِنَتْ عَذَارِيْكُمْ

Kami datang kepada kalian, kami datang kepada kalian

Hormatilah kami, maka kami hormati kalian

Seandainya bukan karena emas merah

Niscaya kampung kalian tidaklah mempesona

Seandainya bukan gandum berwarna coklat

Niscaya gadis kalian tidaklah menjadi gemuk.”

Wallahu a’lam bishawab