PERJANJIAN LINGGARJATI – Pada masa awal pemerintahan Indonesia yang dibentuk oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta digunakan sistem pemerintahan Kabinet-Presidensial. Pada kenyataannya ternyata sistem pemerintahan tersebut memiliki beberapa kelemahan.
Hal itu membuat citra buruk Indonesia di dalam dunia internasional. Mulai dari anggapan bahwa Indonesia merupakan negara fasis buatan Negara Jepang yang membuat bangsa ini kesulitan mendapat pengakuan dari pihak sekutu dan Belanda. Bahkan Presiden Soekarno dianggap sebagai kolabolator Jepang.
Sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka dikeluarkan Maklumat Negara RI No. X tahun 1945. Di dalamnya berisi mengenai perubahan KNIP menjadi badan legislatif dan memiliki hak untuk ambil bagian dalam menentukan garis-garis haluan negara.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka ditunjuklah Sjahrir sebagai pemimpin yang berjiwa revolusioner dan bebas dari pengaruh Jepang. Kemudian Kabinet Presidensial digantikan oleh Kabinet Parlementer dengan mengangkat Sjahrir sebagai Perdana Menteri Indonesia yang pertama.
Sjahrir merupakan seorang pemimpin yang cenderung suka melakukan diplomasi untuk menghalau penjajah. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengadakan perundingan atau perjanjian. Salah satu perjanjian yang dilakukan oleh Sjahrir adalah Perjanjian Linggarjati.
Latar Belakang Perjanjian Linggarjati
Pemilihan Sjahrir sebagai Perdana Menteri dan dipakainya sistem Kabinet Parlementer bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang kuat. Hal ini karena pemerintahannya dipimpin oleh seorang tokoh pejuang demokrasi dan bebas dari fasisme.
Meskipun cara kepemimpinan melalui diplomasi banyak mendapat pertentangan dari tokoh revolusi lainnya. Namun perundingan menjadi salah satu cara untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mendapat pengakuan dari negara-negara lainnya di dunia.
Pemerintah Inggris yang ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia ingin dengan segera menyelesaikan tugasnya. Sehingga Inggris menugaskan Sir Archibald Clark Kerr dan dari pihak Belanda mengutus Jenderal Van Mook.
Pada tanggal 14-25 April 1946 perwakilan inggris mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hoogwe Veluwe. Namun sayang perundingan itu tidak menghasilkan apa-apa alias gagal. Hal ini karena Belanda tidak mau mengakui kedaulatan Indonesia atas pulau Jawa, Sumatera, dan Belanda.
Pemerintahan Belanda hanya mau mengakui kedaulatan Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura. Sehubungan dengan gagalnya perundingan di Hoogwe Veluwe, sehingga kemudian disepakati untuk dilaksanakannya Perjanjian Linggarjati, Jawa Barat.
Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati adalah suatu perundingan pada Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang membuahkan status kemerdekaan Indonesia. Bermula saat masuknya AFNEI yang berkunjung dengan “menunggangi” NICA ke Indonesia dikarenakan Jepang mengambil keputusan status quo di Indonesia.
Hal tersebut membuat munculnya konflik antara Indonesia dan Belanda, sebagai contohnya adalah Peristiwa 10 November.
Perjanjian Linggarjati diadakan pada tanggal 11 November hingga 13 November 1946, tetapi para delegasi telah berada di Linggarjati sejak tanggal 10 November. Namun hasil dari Perjanjian Linggarjati baru bisa ditandatangani pada bulan Maret tahun 1947.
Pada waktu senggang tersebut, para delegasi melakukan perbaikan terhadap isi-isi dari perjanjian agar ke dua belah pihak bisa menemui titik temu untuk menyetujui perjanjian Linggarjati. Awalnya gedung yang dijadikan sebagai lokasi perundingan di Linggarjati merupakan sebuah tempat penginapan.
Kemudian berdasarkan informasi yang berasal dari Soebadio Sastrosatomo dan Mr. Ali Boediardjo bahwa lokasi Linggarjati diusulkan sebagai lokasi perundingan kepada Sutan Sjahrir oleh Ibu Mrs. Maria Ulfah Santoso, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia.
Kronologis Perjanjian Linggarjati
Kemudian terpilihnya wilayah di Linggarjati adalah berasal dari saran yang diberikan Ibu Mrs. Maria, karena ayahnya pernah menjabat sebagai Bupati Kuningan, sehingga ia mengenal dengan baik kondisi tempat itu. Lokasi Linggarjati ini terletak di lereng gunung Ciremai yang memiliki hawa sejuk dan pemandangan yang indah.
Selain itu Residen Cirebon Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja, kedua pejabat tersebut kebetulan berasal dari partai Sosialis. Sehingga keamanannya terjamin.
Selain itu, dipilihnya Linggarjati sebagai wilayah perundingan adalah terhadap kala itu menjauhkan dampak berasal dari Belanda di Jakarta, dan wilayah Ibu Kota negara dipindahkan ke Yogyakarta, agar dipilihnya Linggarjati adalah diamati berasal dari wilayah Linggarjati terletak di tengah-tengah pada Jakarta dan Yogyakarta.
Selain itu faktor alam yang kala itu menjadi tempat Perjanjian Linggarjati masih sepi, lebih kurang 10 rumah yang berada di lebih kurang di sekitar gedung tempat perundingan, karena faktor lingkungan sedikit banyak juga berdampak pada hasil perundingan Linggarjati.
Pemerintah Belanda dalam hal ini diwakili oleh Komisi Jenderal, dan Pemerintah Republik Indonesia, pada saat itu diwakili oleh Delegasi Indonesia, atas dasar keinginan yang ikhlas. Keduanya hendak menentukan perhubungan yang baik pada kedua bangsa yaitu antara Belanda dan Indonesia.
Dengan melakukan metode dengan bentuk-bentuk yang baru, akan berdampak baik bagi kemajuan hubungan antara kedua belah pihak. Karena hubungan kerjasama yang dilakukan dengan ikhlas dan sukarela merupakan jaminan yang baik bagi kedua belah pihak untuk kukuh dan teguh terhadap hasil perundingan
Di masa yang akan datang, hal tersebut bisa membukakan jalur kepada kedua bangsa untuk mendasarkan hubungannya atas dasar-dasar yang baru yaitu dengan menentukan sesuatu melalui mufakat.
Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Perjanjian Linggarjati
Adapun tokoh-tokoh dari kedua belah pihak baik dari Belanda dan Indonesia yang ikut serta dalam perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut.
A. Tokoh-tokoh Indonesia
1. Sutan Sjahrir
Di dalam peristiwa Perjanjian Linggarjati Sutan Sjahriri berperan sebagai ketua delegasi Republik Indonesia. Beliau dianggap cocok dan pantas mewakili Indonesia dalam peristiwa ini mengingat baiknya pemikirannya mengenai cara meraih kemerdekaan tanpa mengunakan kekerasan.
Sjahrir berniat memperlihatkan kepada dunia Internasional bahwa revolusi Indonesia merupakan perjuangan sebuah bangsa yang beradab dan demokratis di tengah kondisi kebangkitan bangsa-bangsa yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kaum penjajah setelah perang dunia II.
Hal beliau tunjukkan dengan mengadakan interaksi dengan negara-negara lainnya agar Indonesia mendapat dukungan dari negara seperti India dan Australia. Sementara di dalam negeri ditunjukkan dengan melaksanakan diplomasi kepada Belanda yang dulu menjajah untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
2. Mr. Soesanto Tirtoprodjo
Mr. Soesanto Tirtiprodjo merupakan orang yang pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan Menteri Dalam Negeri pada enam kabinet yang berbeda-beda. Beliau lahir di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1900 dan wafat pada tahun 1969.
Beliau juga menjadi menteri ketika Kabinet Sutan Sjahrir. Dalam Perjanjian Linggarjati Mr. Soesanto menjadi delegasi Indonesia dan ikut menandatangani hasil Perundingan Linggarjati sebagai bukti tanggung jawab terhadap tugas negara.
3. Dr. A. K. Gani
Dr. A.K Gani lahir di Sumatra Barat. Beliau menjadi bagian dari kesatuan kabinet Syahrir, pada saat itu dan menjabat sebagai anggota konstituante. Beliau juga menjadi delegasi Indonesia dalam perundingan Linggarjati.
Sebagai delegasi Dr. Gani memberi tambahan sumbangan pemikiran untuk melengkapi isi perjanjian. Bahkan beliau juga ikut menandatangani isi Perjanjian Linggarjati di Jakarta, A. K. Gani.
4. Mr. Mohammad Roem
Mr. Mohammad Roem pada saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir III. Sehingga beliau juga ikut turut serta menjadi delegasi Indonesia pada peristiwa Perundingan Linggarjati.
B. Tokoh-tokoh Belanda
Tokoh-tokoh dari Belanda yang berperan dalam Perjanjian Linggarjati diantaranya adalah Prof. Mr. Schermerhorn yang bertindak sebagai ketua delegasi Belanda. Sedangkan anggotanya terdiri dari Dr. Van Mook, Mr. Van Pool, dan Dr. F. De Boer.
Demikian artikel mengenai Perjanjian Linggarjati yang dibuat untuk menengahi konflik yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan bangsa Belanda. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salam 🙂