RUANG LINGKUP SEJARAH – Secara etimologi kata sejarah di ambil dari bahasa arab yaitu syajarotun yang artinya adalah pohon, dikenal juga syajaroh annasab yang berarti pohon silsilah.
Dalam hal ini pohon dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu. Kemudian dijadikan sebagai elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Diibaratkan pohon karena sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai pada ranting-ranting terkecil.
Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli
Dalam bahasa Indonesia, sejarah mempunyai 3 unsur pengertian yaitu:
- Sejarah merupakan silsilah atau asal-usul.
- Sejarah yaitu suatu peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
- Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang suatu peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Ibnu Kholdun
Menurut Ibnu Kholdun sejarah adalah pengalaman yang nyata atau empiris.
Beneditto Croce
Menurut Beneditto sejarah adalah cerita yang menggambarkan suatu pikiran yang hidup tentang masa lalu.
R. Moh. Ali
Menurut Moh Ali sejarah adalah ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian yang merupakan realitas masa lalu.
R. G. Colingwood
Menurut Colingwood sejarah yaitu ilmu yang mempelajari alam pikiran dan pengalaman-pengalaman manusia di mana sejarah itu bersifat unik. langsung dan dekat.
Kuntowijoyo
Menurut kuntowijoyo sejarah adalah kontruksi masa lalu tentang apa-apa yang telah dipikirkan, dikerjakan, dikatakan, dan dialami oleh seseorang. Sejarah merupakan ilmu yang menuliskan pikiran pelaku, ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial, ilmu tentang manusia, dan ilmu tentang waktu yang meliputi perkembangan, kesinambungan pengulangan, serta perubahan.
Ruang Lingkup Sejarah
Sejarah akan terus membahas tentang masyarakat dari segi waktu, karena itu sejarah bisa dikatakan sebagai ilmu tentang waktu. Sebagai ilmu tentang masa lampau (sesuatu yang telah terjadi) berarti sejarah itu ilmu empiris.
Sejarah Sebagai Ilmu
Sejarah juga bisa digolongkan sebagai ilmu apabila mempunyai syarat-syarat dari suatu ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah antara lain:
- Terdapat objek masalahnya.
- Mempunyai metode.
- Mempunyai kebenaran yang objektif.
- Tersusun secara sistematis.
- Menggunakan pemikiran yang rasional.
Menurut salah satu ahli Bury “history is a science, no less and no more”. Meskipun demikian masih banyak pihak yang meragukan keberadaan sejarah sebagai disiplin ilmu.
Dilihat secara ilmiah dua tahapan terakhir dalam metode sejarah ialah interpretasi dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik lemah. Contoh interpretasi, yang di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai dengan keseluruhan yang hendak disusun.
Terkadang unsur subjektivitas seorang penulis atau sejarawan seperti kecenderungan pribadinya, prasangka kelompoknya, teori-teori interpretasi historis yang saling bertentangan dan pandangan hidupnya sangat berpengaruh terhadap proses interpretasi itu sendiri.
Semua itu dapat membawa seorang sejarawan pada sikap subjektif yang ekstrim menuju sikap emosional, atau bahkan sikap irasional yang kurang bisa untuk dipertanggungjawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau memanipulasi demi suatu teori.
Memang amat sulit untuk menghindar dari subjektive, akibatnya para sejarawan sangat dituntut guna melakukan penelitian sejarah yang secara subjektive atau setidaknya sebagai suatu ideal. Pada intinya sejarawan adalah “we must not cheat”.
Sejarah Sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa berarti suatu kejadian di masa lampau dan hanya terjadi sekali, tidak bisa diulang. Peristiwa bersifat absolute dan objektif. Peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau menjadi materi penting dalam sebuah pembahasan ilmu sejarah.
Melalui peristiwa-peristiwa itu ilmu sejarah mendapatkan gambaran mengenai kehidupan manusia di masa lampau termasuk juga mengetahui sebab akibatnya. Akan tetapi, setiap peristiwa atau semua kejadian di dalam ruang lingkup kehidupan manusia belum tentu tercatat sebagai sejarah.
Para ahli sejarah tidak ujuk-ujuk mencatat rangkaian seluruh peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu, akan tetapi juga mencoba menelusuri awal mula dan penyebab munculnya peristiwa tersebut. Dengan demikian mereka berusaha mengembangkan pembahasan peristiwa itu sendiri sampai pada bagian kehidupan manusia yang mendorong terjadinya peristiwa itu .
Sejarah Sebagai Seni
Dalam ruang lingkupnya sejarah juga bisa dijadikan sebagai seni. Kisah sejarawan akan menimbulkan daya tarik tersendiri jika sejarawan mempunyai imajinatif, intuisi, emosi, dan gaya bahasa yang cukup baik.
Intuisi diperlukan ketika sejarawan memilih topik sampai ketika perangkaian fakta menjadi satu kisah. Sedangkan imajinatif digunakan untuk menyusun fakta-fakta sejarah yang berhasil ditemukan, sehingga menjadi utuh dan mudah dipahami.
Sebuah kontruksi atau gambaran sejarawan mengenai suatu peristiwa sudah pasti tidak bisa sama persis dengan peristiwa yang sebenarnya, sehingga para sejarawan membutuhkan keimajinatifan guna +merangkai fakta-fakta sejarah yang telah tersedia.
Sebab itulah, sejarawan mempunyai emosi untuk menyatukan perasaan dengan objeknya supaya para pembaca seakan-akan merasa terlibat langsung dengan suatu peristiwa sejarah. Terakhir bahwa mengisahkan sejarah harus didukung dengan penggunaan gaya bahasa yang lugas dan hidup.
Sejarah Sebagai Kisah
Bicara mengenai sejarah pastinya tidak luput dengan yang namanya cerita, yaitu cerita-cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di masa lalu. Pada hakekatnya sejarah merupakan sebuah cerita yang tidak bisa disangkal lagi.
Meski begitu, hal yang perlu disadari ialah kenyataan sebagai cerita, sejarah bukan sembarang cerita. Cerita sejarah tidak sama seperti novel ataupun dongeng.
Sejarah merupakan sebuah cerita yang didasari pada fakta-fakta yang disusun menggunakan metode khusus yang diawali dengan pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah.
Tak hanya itu, ditambah lagi dengan melakukan tahap pengujian dengan metode kritik ketat, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi fakta-fakta guna tahap penyusunan dengan cara tertentu agar menjadi sebuah cerita yang menarik.
Faktor-faktor yang mengandung subjektivitas:
a. Kepentingan atau Interes dan Nilai-nilai
Kepentingan dan nilai-nilai di dalam penulisan sejarah sangat ditentukan oleh tujuan penulisan itu sendiri. Dalam penulisan sejarah berbagai kepentingan akan muncul, baik kepentingan individu, kelompok, atau lembaga formal semisal negara.
Hal itulah yang menyebabkan kisah sejarah menjadi tidak objektif, dengan kata lain bersifat seperti agama, moral, keyakinan, etika, dan lain-lain.
b. Kelompok Sosial
Pada umumnya kelompok sosial yang individu akan berhubungan dengan orang lain yang mempunyai status atau pekerjaan yang sama contoh, sejarawan, wartawan, guru, dan sebagaianya.
Itulah yang disebut dengan kelompok sosial. Bagi seorang guru bisa saja menuliskan suatu kisah sejarah untuk digunakan sebagai bahan pelajaran di sekolah atau wartawan yang menulis sebuah kisah untuk mengkritisi salah satu dari kebijakan pemerintah.
Dari kedua orang yang memiliki perbedaan pekerjaan tersebut akan menghasilkan sebuah tulisan yang berbeda, nah perbedaan tersebut tergantung dari cara penginterpretasian masing-masing orang.
Perbedaan Pengetahuan
Pengetahuan seorang penulis pasti akan mempengaruhi kualitas tulisannya. Pengetahuan yang dimiliki itu bisa berupa fakta yang itu akan menjadikan suatu kisah lebih detail dan lebih banyak informasi yang bisa diambil.
Kemampuan Bahasa
Bagi seorang penulis mempunyai kemampuan berbahasa sangatlah penting, dengan bahasa yang baik ia akan menyampaikan fakta-fakta seputar sejarah secara baik juga, sehingga orang lain dapat memahami dengan mudah.
Akan tetapi sebaliknya walaupun fakta-fakta (pengetahuan) yang dimiliki penulis sangatlah baik tapi tidak bisa menyampaikan dengan bahasa yang baik maka orang lain akan susah memahaminya.