Bagaimana Ego Bisa Membuat Kita Menyalahartikan Cinta?

Ego bisa membuat kita mengalami ilusi cinta

Pikiran manusia itu jago sekali bermain-main dengan banyak ide. Kita bisa membayangkan berbagai hal yang sebenarnya tidak ada sama sekali. Misalnya saja suami/istri kita yang setia itu sedang selingkuh. Uniknya, saat kita benar-benar memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak nyata dibarengi dengan perasaan percaya, kejadian itu jadi tampak nyata bagi kita.

Begitu kita menggeser fokus mental kita jauh dari jiwa dan ruh, pikiran kita seakan menjadi bermain-main dalam dunia mimpi. Dalam alam mimpi buatan pikiran kita itu, setiap kejadian bisa terlihat dari berbagai sudut pandang. Dalam imajinasi, kita merasa bebas untuk memilih apa yang kita percayai, tak peduli kenyataannya seperti apa.

Kita sangat membangga-banggakan kemampuan diri kita untuk melihat dengan cara kita sendiri. Kita juga cenderung berpikir kalau pandangan pribadi yang kita miliki itulah yang membuat diri kita unik sekaligus menarik.

Pada saat tumbuh dewasa, kebanyakan dari kita telah memiliki pandangan pribadi tersendiri atas kepribadian diri kita. Misalnya saja, jika seseorang ingin tahu siapa diri kamu sebenarnya, kamu akan menjawab dengan menjelaskan pandangan kamu atas berbagai masalah yang kamu anggap penting. Misalnya saja, “Aku ini orang yang….. tidak pernah lari dari tanggung jawab, sesulit apa pun itu…. benci matematika…. tidak tahan melihat binatang dianiaya.”

Apa yang telah kamu lakukan itu membuatmu menemukan ulang dirimu sendiri dari orang yang melihat dengan cara ini bukannya dengan cara itu. Namun tentu saja sudut pandang unikmu itu sebenarnya tidak menjelaskan apa pun tentan gdirimu sendiri. Jika kamu tumbuh di keluarga atau masyarakat yang berbeda, bisa jadi kamu akan melihat berbagai masalah dari sudut pandang yang sangat berbeda. Walau begitu, tetap saja kamu  sendirilah yang melihat.

Arti ego

http://thespiritscience.net/
http://thespiritscience.net/

Sekali lagi, diri yang kamu bayangkan itu berdasarkan kepercayaan dan sikap yang telah kamu setujui. Inilah yang namanya ego atau kepribadian. Masalahanya adalah saat kamu mengidentifikasikan dirimu dengan pemahaman yang keliru ini, semua yang kau lakukan akan terdorong untuk memenuhi hasrat egomu, bukan dirimu yang sebenarnya.

Saat kamu sangat mengidentifikasikan dirimu sendiri dengan peran yang kebetulan kamu mainkan dalam hidupmu, kamu melihat segalanya seperti yang karakter itu inginkan. Kamu menganggap wajar kalau melakukan hal-hal seperti yang biasa karakter itu lakukan. Kamu merasa wajar mencari pengalaman yang karakter itu anggap penting. Dan jika kegiatan semacam ini ternyata tidak berarti bagi dirimu yang sebenarnya, kamu merasa hampa dan kosong tanpa tahu alasannya.

Mengapa ego membuat kita jadi kesulitan untuk mengenali pasangan jiwa kita?

Halangan mendasar dalam menemukan pasangan jiwa adalah saat kita mengidentifikasikan diri kita dengan ego yang kita karang-karang sendiri. Halangan ini adalah pilihan romantis kita yang sangat dipengaruhi oleh pilihan, kebencian, dan prasangka yang kita pelajari dari lingkungan. Setiap ego memiliki daftar kriteria tersendiri tentang pasangan yang ego kita inginkan. Ini termasuk ciri-ciri fisik yang ego anggap menarik, sikap, temperamen, sampai status sosial yang kita hubung-hubungkan dengan pasangan hidup yang ideal.

Psikolog menyebutnya love map (baca juga artikel selengkapnya tentang love map, Mengapa Ketika Jatuh Cinta, Dadamu Terasa Sesak?). Saat kita bertemu orang yang mendekati ciri pasangan ideal yang ego kita miliki, diri kita (bukan yang sesungguhnya) merasa berdebar-debar oleh yang ego sebut cinta.

Jika kita mengidentifikasikan diri kita dengan ego saat hal ini terjadi, kita menjadi seperti tersihir. Kita akan merasa sangat yakin kalau orang itulah pasangan jiwa kita!

Namun, ego bukanlah diri kita yang sebenarnya. Ego hanyalah cermin diri, karakter yang kita buat untuk mencari aktor pendamping untuk memainkan peran yang melengkapi peran yang selama ini kita ambil.

Saat kita membiarkan diri kita yang salah ini untuk menjalankan kehidupan cinta kita, pasangan yang ego pilih bukanlah yang benar-benar bisa membuat kita bahagia. Ego kita hanya tertarik pada bayangan romantis pada hubungan yang kelak bisa dibangun, bukan pada  potensi yang bisa dibangun saat cinta itu dibagikan.

Jiwa kita mencari pasangan yang, saat bersama dengannya, hubungan yang saling memenuhi relung sekaligus mendalam. Jiwa kita mencari orang yang nyambung dengan alam sadar kita, berbagi tujuan hidup yang selaras, dan menantang diri kita untuk tumbuh melampaui konsep diri kita.

Padahal, diri kita yang sebenarnya sudah memiliki pasangan jiwa jauh sebelum kita dilahirkan. Mungkin saja kita sudah bertemu dan diperjanjikan dengannya. Namun jika kita terperangkap dalam identifikasi yang ego kita miliki, kita akan merasa sangat kesulitan untuk mengenali pasangan jiwa kita ini saat dia melintas dalam hidup kita.

Baca kelanjutan dari artikel ini di Dilema yang Kita Hadapi dalam Romantisme Cinta