Minuman keras itu baik untuk kesehatan.
Begitu pendapat sebagian orang. Pendapat tersebut memang ada benarnya. Kalau mencari hasil penelitian tentang manfaat minuman beralkohol, akan muncul deretan jurnal yang menunjukkan manfaat minuman keras.
Namun itu baru satu sisi saja, minuman keras punya jauh lebih banyak sisi gelap daripada manfaatnya. Bahkan, alkohol itu jauh lebih berbahaya daripada narkoba. Padahal mengonsumsi narkoba bisa membuat seseorang dipenjara.
Berikut ini 9 fakta tentang berbahayanya minuman keras bagi kita.
Minuman keras adalah faktor paling utama dalam menghancurkan kebahagiaan seseorang
Pernahkah kamu mendengar Grant Study? Itu adalah penelitian sosiologi terlama di dunia, sekaligus cukup mahal.
Penelitian ini dimulai sejak 1938. Para peneliti di Harvard mengamati 200 pria dan mencatat kesehatan fisik dan emosional mereka.
Penelitian yang sudah berjalan lebih dari 75 tahun dan menghabiskan 20 juta dolar itu menemukan dampak konsumsi miras terhadap kehidupan seseorang. Ternyata dari berbagai faktor, alkohol adalah hal yang paling bisa menghancurkan kebahagiaan hidup seseorang.
Penelitian tersebut menemukan fakta tentang konsumsi miras. Ternyata alkohol adalah hal yang paling bisa menghancurkan kebahagiaan hidup seseorang.
George Vaillant, pimpinan penelitian ini, menuliskan dalam bukunya Triumphs of Experience bahwa alkohol adalah faktor utama dalam kehidupan partisipan. Alkohol lebih berpengaruh dari kecerdasan seseorang dan dari kekayaan orang tuanya.
Semua partisipan yang mengalami masalah minum miras punya pola hidup yang sama: terus memburuk. Alkoholisme adalah penyebab utama perceraian, pemicu masalah kejiwaan seperti neurosis dan depresi, serta seperti merokok, alkohol adalah penyebab utama kematian dini.
Miras adalah salah satu pembunuh dengan korban terbanyak di dunia
Setiap tahunnya, 88.000 orang Amerika meninggal karena kekerasan yang disebabkan oleh alkohol. Di Amerika Serikat, alkohol menyebabkan lebih banyak kematian daripada perang narkoba di Meksiko.
CDC melaporkan miras merupakan gaya hidup yang menyebabkan kematian ketiga terbesar di Amerika Serikat. Di Inggris lebih parah lagi. Peneliti David Nutt menyebutkan bahwa alkohol adalah penyebab utama kematian orang Inggris usia 16-60 tahun. Alkohol menyebabkan banyak kematian karena menimbulkan penyakit liver, adiksi, dan keracunan.
Selain itu, mengemudi sambil mabuk juga berbahaya. CDC menyebutkan bahwa hampir satu pertiga kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat disebabkan oleh miras. Mengemudi sambil mabuk membunuh satu orang setiap 51 menit.
Di Amerika serikat saja, kecelakaan karena mabuk menimbulkan kerugian lebih dari $59 milyar—hampir 3 kali APBN Indonesia.
Minuman keras meningkatkan jumlah pelecehaan seksual
Miras bukan hanya merusak kesehatan seseorang. Sudah rahasia umum bahwa miras dan pemerkosaan itu saling berhubungan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harvard tahun 2004, universitas yang mahasiswanya sering mabuk punya tingkat perkosaan yang lebih tinggi. Wanita yang kuliah di kampus yang mahasiswanya sering mabuk berisiko diperkosa sampai 1,5 kali lebih tinggi. Saat penelitian ini diulang tahun 2013, hasilnya sama.
Ini masalah serius. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa setengah dari pemerkosa melakukan aksinya saat mabuk. Miras memang tidak otomatis membuat seseorang menjadi pemerkosa. Namun kondisi mabuk meningkatkan risiko seseorang melakukan tindakan yang tidak akan dia lakukan dalam kondisi sadar.
Minuman keras adalah zat yang paling berbahaya bagi keamanan masyarakat
Obat-obatan apa yang paling berbahaya di dunia? Kalau soal membahayakan orang lain, mungkin kamu akan menjawab beberapa jenis narkoba seperti kokain. Kalau itu jawabanmu, kamu salah.
Penelitian di Inggris membuktikan ternyata alkohol adalah obat-obatan paling berbahaya. Pada tahun 2010, jurnal The Lancet meranking bahaya yang disebabkan oleh 20 obat-obatan berbahaya.
Pada daftar tersebut, heroin dan kokain berada pada ranking teratas untuk obat yang berbahaya untuk pengonsumsinya. Sementara itu alkohol merupakan obat yang paling berbahaya untuk masyarakat.
Penggunaan alkohol dua kali lebih berbahaya untuk orang-orang di sekitar daripada kokain. Dalam skala 0-100, minuman keras mendapat skor 45 sementara kokain (yang jelas-jelas dilarang) hanya 20.
Minuman keras telah tercatat menjadi faktor pendukung dalam berbagai masalah sosial seperti kriminal, kerusakan lingkungan, konflik keluarga, gangguan internasional, kerugian ekonomi, dan keharmonisan masyarakat.
Kasus pemerkosaan di Lampung yang menimpa Yuyun baru-baru ini juga terjadi karena 14 pelakunya mabuk minum miras.
Minuman keras membunuh lebih banyak remaja daripada obat-obatan terlarang
Di Amerika Serikat, 4.300 remaja meninggal setiap tahunnya karena meminum alkohol. Di Indonesia sendiri, Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) mencatat ada 18.000 orang meninggal karena miras, walau persentase remajanya belum diketahui.
Dalam laporan WHO, dari 3,3 juta kematian karena alkohol di seluruh dunia, 320.000 di antaranya terjadi pada usia muda, yakni 15-29 tahun.
Banyaknya korban alkohol tentu perlu membuat kita mempertanyakan apakah ada yang salah dengan kebijakan kita selama ini terhadap minuman keras.
Beberapa narkoba yang justru lebih aman dari minuman keras
Banyak narkoba yang sangat berbahaya. Heroin, GBH, dan meth bisa menyebabkan masalah kesehatan yang fatal. Tapi alkohol juga sama berbahayanya. Sementara berbagai narkoba dilarang habis-habisan oleh pemerintah, alkohol masih sangat ditoleransi.
Beberapa narkoba bahkan lebih aman dikonsumsi daripada minuman keras. Ganja misalnya, memang daun kering yang satu ini bisa menimbulkan masalah kesehatan. Namun ganja masih lebih aman daripada miras.
Selama ini, belum pernah ada kasus orang yang kecanduan ganja, berbeda dengan alkohol (dan juga rokok) yang rentan membuat orang kecanduan. DEA memperkirakan seseorang perlu mengonsumsi hampir 700 kilogram ganja untuk berisiko meninggal.
Berbagai narkoba lainnya juga lebih aman dari alkohol. Risiko kematian akibat ekstasi itu hampir sama dengan mengendarai kuda. Sementara LSD dan magic mushroom itu tidak membahayakan nyawa.
Narkoba seperti itu dilarang, namun alkohol masih diperjualbelikan dengan legal.
Berbagai narkoba masih lebih aman kalau dikonsumsi dalam jumlah banyak
Satu masalah utama saat membandingkan alkohol dengan narkoba adalah alkohol itu legal dan lebih mudah didapat, sementara narkoba sulit. Jelas ada lebih banyak peminum miras daripada pemakai narkoba.
Jika memperhitungkan hal ini, akan ada orang-orang yang menganggap ganja akan sama berbahayanya kalau dilegalkan. Namun pendapat ini sangat salah.
Pada tahun 1995, World Health Organization (WHO) melakukan penelitian terhadap narkoba dan masalah kesehatan. WHO menyimpulkan bahwa bahkan kalau orang-orang mulai mengganja sama rutinnya seperti minum miras atau merokok, dampaknya terhadap kesehatan masyarakat masih lebih rendah.
Namun bukan berarti tidak ada masalah kesehatan serius akibat mengganja. Ganja bisa menyebabkan depresi dan menurunnya kecerdasan. Hanya saja kebanyakan negara, termasuk Indonesia, masih menganggap miras lebih aman daripada narkoba.
Alkohol dan penyiksaan anak-anak
Cukup mengerikan melihat banyaknya orang dewasa menyiksa anak-anak, baik lewat pelecehan dan kekerasan seksual atau hanya mengabaikannya. Begitu orang-orang dewasa ini mengonsumsi alkohol, anak-anak akan mendapat mimpi buruk.
CDC mencatat bahwa anak-anak yang orang tuanya kecanduan alkohol berisiko 2-13 kali mengalami masalah di rumahnya. Masalah-masalah ini beragam, mulai dari melihat ibunya dipukul sampai anak itu sendiri yang diperlakukan secara kasar.
Berbagai penelitian lainnya menyebutkan bahwa kecanduan alkohol bisa menyebabkan penderitaan yang mendalam di keluarga.
Budaya (dan juga tontonan) yang bermasalah
Alkohol memang bukan penyebab kekerasan. Budaya dan cara kita memperlakukan orang lainlah yang menyebabkan masalah-masalah sosial.
Kalau alkohol saja menyebabkan kekerasan, kita akan mendapatkan kekerasan terjadi di semua daerah yang penduduknya mengonsumsi minuman keras. Namun orang-orang Islandia yang mengonsumsi miras sangat banyak justru memiliki tingkat kekerasan karena alkohol yang lebih rendah.
Kekerasan itu timbul karena cara seseorang berperilaku saat mabuk, yang diajarkan oleh budaya kita. Inilah yang menjadi masalah.
Globalisasi membawa dampak positif maupun negatif ke dalam masyarakat kita. Di banyak film yang kita impor dari budaya Barat, mabuk dan minum miras terlihat seperti hal normal yang orang lakukan setiap hari.
Mabuk karena miras jadi seperti hal yang lumrah. Namun kita tak sadar bahwa hal itu justru membahayakan kesehatan orang-orang di sekitar kita karena tindakan kekerasan saat mabuk.
Melihat fakta-fakta ini, kita perlu mempertimbangkan cara budaya (dan aturan undang-undang) kita menanggapi minuman keras. Beberapa jenis narkoba yang sebenarnya hanya membahayakan pengonsumsinya saja dilarang keras.
Kita perlu mempertanyakan ulang bagaimana seharusnya memperlakukan konsumsi miras, yang jelas-jelas membahayakan bukan hanya yang meminumnya tetapi orang-orang di sekitarnya juga.
Bukan langsung melarangnya, karena larangan yang diterapkan sekaligus justru berakibat jauh lebih buruk daripada saat miras dilegalkan. Contohnya saja Amerika Serikat yang sempat melarang miras di abad ke-20, justru tingkat kematian dan masalah sosial karena miras menjadi jauh lebih besar.
Kita bisa belajar dari cara Al-Quran melarang konsumsi miras. Allah melarang miras secara bertahap melalui 4 ayat yang diturunkan secara terpisah. Sampai akhirnya ada hukuman cambuk bagi orang yang terlihat mabuk miras. Kita pun perlu berstrategi dalam mengatasi masalah miras ini.