Apa yang pertama kita lakukan saat bangun tidur pada pagi hari? Menarik tirai jendela, memeluk pasangan kita, atau bantal guling? Turun dari tempat tidur dan melakukan push-up sepuluh kali untuk melancarkan aliran darah kita? Tentu saja, tidak. Hal pertama yang kita lakukan seperti yang dilakukan hampir setiap orang, adalah melihat jam. Dari tempatnnya diatas sebuah meja kecil, di sisi tempat tidur kita jam beker mengendalikan tindakan kita. Dia tidak hanya memberi tahu di mana posisi waktu kita pada sisa hari itu, akan tetapi juga bagaimana kita menanggapinya. Jika kita lihat waktu mash pagi sekali, kita kembali memejamkan mata dan berusaha tidur lagi. Jika sudah terlamat, kita segera meloncat dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.
Sejak saat pertama terjaga, waktulah yang membuatkan keputusan untuk kita. Kita bergegas, bergerak dengan tergesa-gesa dari satu janji dan target ke janji dan target berikutnya. Demikianlah seterusnya sepanjang hari. Setiap momen tercatat dalam sebuah jadwal. Kemana pun kita memandang, ke meja kecil di samping tempat tidur kita, ke kedai kopi, ke pojok bawah layar komputer atau bahkan ke pergelangan tangan kita sendiri. Jam-jam itu terus berdetak memberi arah kemana dan kapan harus bergerak. Jam-jam itu tidak pernah lelah mengingatkan agar jangan sampai kita terlambat. Lalu kita pun jadi tergesa-gesa dan memberikan seluruh hidup kita untuk kerja dan kerja, sampai tersenyum kepada anak istri pun sedemikian tergesa-gesa.
Semua ada waktunya, bertindaklah perlahan seperti matahari yang tidak pernah lebih cepat terbit atau tenggelam. Apabila matahari terbit lebih cepat, bencana akibatnya. Begitupun jika kita sukses terlalu cepat, niscaya bisa saja malah ada bencana yang muncul, walaupun kita tidak menyadarinya.
Ketergesaan dapat muncul dari kesalahan pengaturan waktu. Kesalahan ini muncul dari kekeliruan dalam memprioritaskan suatu aktivitas. Hidup ini dipenuhi aktifitas :
1. yang penting dan mendesak.
2. yang penting tapi tak mendesak
3. yang tidak penting tapi medesak.
4. yang tidak penting dan tidak mendesak.
Menonton TV tidaklah penting, juga tidak mendesak. Tapi kadang-kadang menjadi pilihan utama. Akhirnya pekerjaan yang sebenarnya penting dan mendesak kehabisan waktu, lalu jadilah kita tergesa-gesa. Jadi, berilah porsi waktu yang tepat untuk aktivitas kita janganlah tergesa-gesa dan bersabarlah.
Agar kita bisa mengendalikan diri kita untuk tidak tergesa-gesa cobalah untuk mempraktekkan ilmu The power of patience yang mengajarkan kepada kita tentang semakin bagus kita membina kesabaran, maka akan semakin bahagia dan semakin tenang diri kita, bahkan ketika dunia tidak berjalan seperti yang kita kehendaki. Makin lama kita mempelajari dan mempraktikkan kesabaran, kita makin sadar bahwa kesabaran menyebabkan kita mampu mengendalikan diri, kesabaran membantu kita untuk lebih penyayang terhadap orang lain, lebih tentram dalam menghadapi guncangan hidup dan lebih mampu memperoleh apa yang kita inginkan, kesabaran membuahkan kedewasaan dan kearifan, hubungan yang lebih sehat, kualitas kerja yang lebih tinggi dan ketenangan jiwa. Hanya dengan berbekal kesabaranlah, kita dapat meraih kehidupan yang baik. oleh karena itu bersabarlah dan jangan tergesa-gesa.