Kamu sudah kenal beberapa tahun dengan si dia, yang kelak jadi gebetanmu. Awalnya kenal lewat sebuah meetup, setelah itu pertemanan berlangsung lewat online. Karena kesibukan masing-masing dan berbeda penggunaan media sosial, kamu jadi jarang berhubungan dengannya. Saat itu kamu belum punya perasaan lebih, baru sekedar mengagumi. Jadi, kamu merasa tidak masalah bila kehilangan dirinya.
Beberapa kali kamu bertemu dengannya, tapi dia tidak mengenalimu. Kamu memaklumi karena kamu merasa bukan siapa-siapa. Waktu berlalu sampai akhirnya kamu bisa menghubunginya kembali. Tapi lagi-lagi dia lupa denganmu, sial nggak? Beruntung kamu bisa bertemu kembali dengannya, tapi keadaan sudah berubah tak seperti pertama kali bertemu.
Tahun ini kamu berniat menikah dan kamu belum menemukan teman yang cocok. Pertemuan dengan si dia memunculkan kenangan lama, kamu merasa dia ideal menjadi pendamping hidupmu. Permasalahannya, apakah dia juga merasa kamu adalah pendamping ideal baginya?
Pedekate mulai gencar kamu lakukan. Kamu benar-benar menginginkannya, namun akses menuju ke sana tidak ada sama sekali. Kamupun menempuh jalanmu sendiri meskipun tahu jalan terjal dan mendaki akan kamu lalui.
Jalan yang kamu lalui makin terjal, pedekate tidak lancar. Tiba-tiba dia menjauh darimu, makin jauh, dan jauh sekali. Semua pesan yang kamu kirim tak pernah dibalas kembali, padahal kamu merasa tidak melakukan “perbuatan yang tidak menyenangkan”. “Ada apa denganmu?” Itulah pertanyaan yang hanya bisa kamu pendam dalam hati.
Melihat situasi seperti ini, kamu sebaiknya meninggalkan dirinya, ikhlaskanlah karena dia tidak menginginkanmu. Selama berabad-abad lamanya kamu berbicara dengannya, selama itu pula dia tidak akan menanggapi dirimu. Janganlah kamu menyiksa diri, untuk apa kamu paksakan bila nantinya takkan berakhir bahagia. Jangan sia-siakan waktumu untuk mengejarnya, masih ada orang yang bisa kamu kejar dan dapatkan. Mungkin itulah cara dia menyatakan perasaannya padamu, menolakmu dalam diam.