Salah satu peristiwa sejarah Indonesia paling dikenang adalah peristiwa yang terjadi pada 10 November 1945. Peperangan yang terjadi di kota Surabaya tersebut dikenang sebagai hari pahlawan.
Memang pada waktu itu, perjuangan arek-arek surabaya melawan belanda patut kita hormati. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan tanpa takut mati. Salah satu pahlawan yang mempunyai andil besar saat itu adalah Bung Tomo.
Dengan pekikan takbir dan suara lantangnya, orator ulung tersebut berpidato melalui corong radio. Beliau dengan pidato yang sangat luar biasa mampu membakar semangat arek-arek Surabaya untuk berjuang melawan penjajah.
Di balik kisah perjuangan bung tomo tersebut ternyata terdapat beberapa fakta menarik tentang beliau. Mau tahu? baca selengkapnya pada daftar di bawah ini.
Tidak Tamat Sekolah Secara Resmi
Bung Tomo dilahirkan di keluarga kelas menengah. Ia harus bekerja sambil sekolah, pada kala itu terjadi krisis yang melanda Hindia Belanda. Untuk tetap hidup, Bung Tomo dan keluarganya harus bekerja keras.
Karena harus melakukan berbagai pekerjaan, Bung Tomo harus meninggalkan pendidikan MULO nya. MULO adalah pendidikan setingkat SMP.
Namun ternyata belakangan diketahui bahwa Bung Tomo berhasil menyelesaikan pendidikan HBS nya melalui korespondensi, namun tidak lulus secara resmi.
HBS adalah pendidikan menengah pada zaman penjajahan Belanda. Pendidikan di HBS berlangsung selama 5 tahun sehingga setara dengan SMP+SMA. Biasanya diperuntukan khusus untuk orang Belanda, Eropa atau Elite Pribumi. Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Belanda.
Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan yang memberikanya paham nasionalis perjuangan yang tinggi, sehingga dari kegiatan organisasi tersebut beliau merasa mendapat pengganti dari pendidikan formal.
Sering Dicela
Tak ada yang ragu dengan kemampuan berpidato Bung Tomo. Suara memekiknya sangat khas dan bisa membakar semangat orang banyak. Namun ternyata beliau sering dicela oleh banyak orang.
Penyebabnya adalah karena beliau hanya lulusan sekolah rendah kaum pribumi di Surabaya. Beliau banyak dihina orang-orang intelektual, para pencela ternyata juga para pejuang sesama dari Surabaya.
Pidato Didahului Lagu Tiger Shark
Hal ini disampaikan oleh Moechtar pemimpin redaksi Penjebar Semangat, majalah berbahasa kala itu. Saat itu ia memiliki kebiasaan setiap sore hari yaitu, mengeluarkan radio untuk didengarkan bersama.
Ia menggambarkan ketika itu lagu berjudul tiger shark diputar. Namun begitu intro lagu selesai diputar, tiba-tiba muncul teriakan Bung Tomo yang memekikan takbir. Kemudian pidato bersejarah itu muncul.
Skripsi Selesai Namun Tidak Lulus UI
Walaupun hanya lulusan sekolah pribumi rendahan, Bung Tomo ternyata bisa kuliah di Universitas Indonesia. Beliau masuk di fakultas ekonomi pada tahun 1959, ketika itu beliau berumur 39 tahun.
Beliau tidak pernah mulus dalam menjalani masa kuliahnya, beliau tetap aktif dalam pergerakan mahasiswa. Terutama ketika beliau menentang komunisme.
Setelah 9 tahun kuliah, akhirnya beliau masuk masa pembuatan skripsi. Skripsi beliau adalah tentang pembangunan ekonomi di pedesaan.
Sebelum berangkat naik haji, beliau sudah menyelesaikan skripsinya. Namun skripsinya tersebut tidak pernah diujikan. Beliau meninggal saat wukuf di padang Arafah pada 7 Oktober 1981.
Wafat di Mekah
Bung Tomo dikenal dengan orang yang religius. Beliau dikenal dengan orang yang sangat bersungguh-sungguh menerapkan ajaran agama namun tidak mau dianggap sebagai orang saleh atau pemuka agama.
Beliau wafat di Mekah ketika sedang wukuf di padang Arafah. Jenazahnya dibawa pulang dan dimakamkan di pemakaman umum biasa sesuai amanahnya.
Kendati telah berjasa sejak lama, gelar kepahlawanan beliau baru diberikan pemerintah pada tahun 2008.
Walaupun telah lama wafat, semangat Bung Tomo akan selalu menjadi inspirasi rakyat Indonesia untuk terus berjuang demi bangsa dan negara.