Kamu tentu tahu dong apa itu cacing pita? Itu lho, cacing yang bisa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi. Nah, cacing pita juga dikenal dengan nama Cestodes. memiliki tubuh bertekstur rata dan bentuknya mirip seperti pita. Selain itu, tubuh cacing pita juga memiliki ruas-ruas.
Panjang cacing pita dewasa bisa mencapai 9 meter lho, sangat panjang untuk ukuran seekor cacing.
Kamu tahu nggak gimana cacing pita itu dapat masuk ke dalam tubuh? Cacing ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang kita makan. Makanan atau air yang mengandung larva atau telur cacing pita merupakan awal cacing pita masuk ke dalam tubuh.
Infeksi Cacing Pita
Telur cacing dapat masuk melalui makanan yang kita makan dan menuju ke saluran pencernaan. Nah, telur cacing yang masuk dapat menetas dan menyebabkan infeksi usus.
Sementara itu, jika telur cacing pita berhasil keluar dari saluran pencernaan. Telur tersebut dapat memasuki jaringan tubuh yang lain. Sehingga, akan dapat menyebabkan infeksi yang sifatnya invasif.
Gejala Terinfeksi Cacing Pita
Biasanya, infeksi yang disebabkan cacing pita ini tergolong ringan. Tetapi, jika infeksi yang terjadi bersifat invasif, akan dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
Orang yang terinfeksi cacing pita, biasanya tidak merasakan gejala apapun. Nah, walaupun gejalanya kurang begitu diketahui, tapi ada beberapa gejala yang perlu kamu waspadai. Seperti sakit perut, mual, kehilangan nafsu makan, lemah, turun berat badan, diare, dan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap zat gizi dari makanan.
Cacing pita yang hidup di dalam usus, kepalanya akan menempel pada dinding usus. Sementara, tubuhnya akan terus memanjang dan memproduksi telur. Kamu perlu waspada ya, jaga makanan dan minuman yang kamu konsumsi.
Selain gejala umum di atas, ada gejala lain yang disebabkan karena infeksi cacing pita. Gekala yang mungkin menyebabkan organ dan jaringan lain. Gejalanya seperti muncul benjolan atau kista, demam, infeksi bakteri, reaksi alergi, sampai terjadinya gangguan syaraf seperti kejang.
Cara Mengetahui Infeksi Cacing Pita
Kamu dapat mengetahui apakah terinfeksi cacing pita atau tidak dari tinja. Tinja yang mengandung telur atau bagian tubuh cacing pita besar kemungkinan orang tersebut terinfeksi cacing pita.
Tinja seseorang yang diduga terinfeksi cacing pita, sebaiknya dibawa ke labolatorium untuk dilakukan pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan, dokter juga akan memeriksa bagian sekitar anus untuk mencari keberadaan telru atau larva cacing pita.
Infeksi yang disebabkan cacing pita dapat diketahui dengan menggunakan sinar-X, CT-scan, ultrasound, atau MRI. Selain itu, ada juga pemeriksaan lain seperti ter fungsi hati dan juga tes darah.
Mengobati Infeksi Cacing Pita
Biasanya, pengobatan yang dilakukan untuk mengobati infeksi cacing pita adalah obat oral. Obat oral akan membasmi cacing pita dan mengeluarkannya bersama dengan tinja.
Jika cacing pita yang ada di dalam saluran pencernaan tergolong besar, penderi kemungkinan akan mengalami kram pada bagian perut saat proses tersebut.
Setelah mengonsumsi obat, dokter akan mengecek kembali tinja penderita setelah tiga bulan pengecekan pertama, tepatnya saat pengobatan telah selesai. Obat cacing yang banyak digunakan untuk cacing pita adalah praziquantel.
Selain praziquantel, ada juga obat lain yang bisa digunakan untuk mengobati infeksi cacing pita. Bisa menggunakan albendazole dan nitazoxanide. Dari kedua obat tersebut, pemberiannya tergantung jenis cacing pita dan juga lokasi terjadinya infeksi.
Pencegahan
Untuk mencegah agar tidak terinfeksi cacing pita, biasakan mencuci tangan menggunakan sabun. Lakukan hal tersebut sebelum kamu memasak dan makan. Mencuci tangan dengan sabun diharapkan dapat memperkecil risiko terinfeksi cacing pita.
Selain itu, ada beberapa cara pencegahan yang dapat kamu lakukan. Agar telur cacing pita mati, bekukan daging pada suhu -20º celsius selama 24 jam. Cucilah sayur dan buah dengan bersih. Pilihlah daging dan ikan yang segar, kemudian masak sampai matang. Sebelum memakannya, diamkan dulu selama 3 menit.