Cerita horor ini adalah kisah nyata, yang pernah terjadi pada seorang nama SMA, sebut saja namanya Rizki Purnama. Kisah yang terjadi beberapa tahun lalu ketika aku duduk di kelas akhir dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Sebelum acara perpisahan, aku dan teman-teman ku ingin sekali jalan-jalan agar mempunyai kenangan yang indah sebelum perpisahan. Saat itu aku dilatik menjadi seorang ketua panitia dala acara jalan-jalan tersebut.
Aku mempunyai prinsip bahwa aku harus menjadi pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin teman-temanku menorehkan kenangan yang tidak akan terlupakan di akhir masa-masa SMA.
Pada akhirnya, teman-teman semua menyepakati untuk jalan-jalan perpisahan dengan berpariwisata ke Kota Istimewa Yogyakarta, salah satu yang menjadi tempat tujuan adalah Pantai Parangtritis.
Hari pemberangkatanpun tiba, kami sangat bergembira lalu kami naik bus yang sudah dipersiapkan pergi ke lokasi pariwisata tersebut. Aku bersama teman-temanku berangkat malam hari dan sampai di Yogyakarta pada pagi harinya, setelah sarapan di restoran, lalu kami langsung menuju ke Pantai Parangtritis.
Sampai di lokasi tersebut sekitar pukul 09.00 wib, ketika kami sampai di lokasi tersebut, teman-temanku berlarian kesana-kemari dan sangat menimkati liburannya. Ada yang saling berkejar-kejaran, ada yang bermain-main dengan deburan ombak, dan ada pula yang hanya takjub memandang keindahan pantai Parangtritis.
Sebagai Ketua Panitia perpisahan, pandangan mataku selalu menatap kepada teman-teman semua dengan segala aktivitasnya. Tiba-tiba dari belakang tempat saya berdiri datang seorang teman wanita bernama Tina menyapa dan mendekati saya.
“Hai Rizki, kamu aku pertatikan kayaknya nggak menikmati jalan-jalan perpisahan ini?” tanyanya.
“Kata siapa? Aku menikmati kok, tetapi aku kan ketua jadi harus tanggung-jawab pada teman-teman yang lain” ujarku agak setengah bercanda.
“Eh…aku dengar di Parangtritis ini sering dihubung-hubungkan dengan Nyi Roro Kidul. Apa itu benar?” tanya Tina
Aku mengiyakan. Karena memang aku pernah membaca hal-hal yang berkaitan dan bersangkuran dengan Nyi Roro Kidul di Parangtritis ini. Mendengar penjelasanku, ternyata Tina tidak percaya. “Aku nggak percaya kalau Nyi Roro Kidul itu ada,” katanya.
“Eh…jangan ngomong sembarangan di sini,” cegahku. Tapi Tina tak menghiraukan ucapanku, Tina tetap tidak percaya dan ketika itu juga Tina berjalan bergegas mendekati pantai untuk membutikan bahwa Nyi Roro Kidul tidak ada.
Setelah berada di tepi pantai, Tina langsung berteriak dengan keras,” Hei…..Nyi Roro Kidul, katanya kamu ada. Aku nggak percayaaa…. kalau kamu ada….Tunjukkan wujudmu.” Setelah meneriakkan kata-kata itu, Tina merasa puas.
Aku yang sontak mendengar Tina berteriak-teriak seperti itu, langsung mendekatinya dan mencegahnya agar berhenti berteriak dan tidak mengulanginya lagi.
Tapi Tina tetap tidak mengihraukan ucapanku, Tina semakin menjadi jadi dan berteriak seolah menantang. Seketika itu air laut dan omabak yang tenang tiba-tiba membesar dan air laut yang sebelumnya tidak pernah menyentuh kaki kami, tiba-tiba menyentuh kaki kami dan semakin deras.
Begitu ombak menghantam kaki kami, tiba-tiba Tina terjatuh. Seketika itupula akau melihat ombak-ombak yang menghantam kaki Tina seolah berubah seperti tali yang menarik kaki temanku itu. Sontak Tina langsung berteriak-teriak minta tolong karena terseret ke tengah laut.
Sebagai Ketua Panitia aku langsung melompat memegang tangan Tina. Dan wajah Tina terlihat pucat pasi memandang ke arahku sementara tubuhnya terus terseret dan aku berusaha untuk memegangi tangannya.
“Ayo minta ampun sama Allah dan minta maafke Nyi Roro Kidul,” kataku berteriak di tengah deburan ombak yang terus menghantam deras.
“Maaf Nyi Roro Kidul…..Maaf…,” ujarnya setengah terputus-putus.
Ketika begitu kata-kata itu terucap dari bibir Tina, seketika air yang tadinya menyerupai tali yang mengikat kakinya itu berubah kembali dan kembali menuju tengah laut. Tak henti-hentinya aku bersyukur ke hadiran Allah yang telah melindungi kami dan terhindar dari marabahaya.