Abu Nawas adalah salah satu tokoh sufi yang memiliki jiwa seni tinggi. Terutama dalam hal tingkah lakunya yang sangat lucu dan sering juga oleh anak-anak pada waktu itu.
Abu Nawas adalah inspirasi bagi banyak orang pada masanya dulu. Abu Nawas orangnya pintar dan cerdas dalam memecahkan suatu masalah, baik itu dalam permasalahan pribadi maupun orang lain. Dengan keahliannya itu, beliau menjadi terkenal dan banyak orang yang menyukainya.
Beliau sering juga tuh, membawakan cerita-cerita yang lucu. Mau tahu cerita apa saja sih, simak ya cerita singkat di bawah ini. 🙂
Prinsip dan Tidak Prinsip
Pada suatu ketika, Abu Nawas sholat menghadap ke arah kiblat dengan sajadah yang arahnya terbalik. Setelah selesai sholat, orang-orang menegur Abu Nawas karena kesalahan arah sejadah itu. Lalu Abu Nawas pun bertanya.
“Apakah arah sholatku salah?”
“Tidak, hanya saja arah sajadah kamu yang salah!”
“Kalau begitu, tegur saja sajadahku. Jangan aku!”
Pasar Saja Tidak Tahu
Pada suatu hari, seorang rahib menghampiri Abu Nawas muda yang sedang bermain kelereng. Lalu ia pun bertanya kepada Abu Nawas.
“Hai anak, mana arah ke pasar?”
“Siapakah kamu? Tanya Abu Nawas muda,”
“Saya seorang rahib!”
“Apa itu rahib?”. tanya Abu Nawas yang terlihat binggung dengan kata itu.
“Rahib itu adalah orang yang bertugas untuk membimbing manusia menuju surga.”
“Bagaimana kamu membimbing manusia ke surga, kalau arah pasar saja kamu tidak tahu!”
Pameran Lukisan
Abu Nawas pernah menggeluti profesi sebagai pelukis loh. Pada saat 50 lukisannya telah selesai, ia bermaksud untuk menyelenggarakan pameran lukisan di Balai Desa. Pameran itu pun di buka oleh kepala desa dengan acara pemukulan bedug sebagai simbol telah dimulainya pameran tersebut.
Setelah dibuka, masyarakat pun berbondong-bondong ingin masuk menyaksikan lukisan Abu Nawas. Namun, betapa kagetnya, karena yang mereka lihat adalah sekumpulan lukisan yang dibukus dengan kain putih.
Jadi mereka pun tidak dapat menikmati lukisan-lukisan itu, hanya bisa melihat kain yang putih. Ketika ditanya kenapa Abu Nawas melakukan itu, Abu Nawas pun menjawab.
“Sekarang ini, banyak orang yang suka meniru. Jika lukisan itu saya buka, takutnya sudah ditiru sebelum membeli!”
Siapa yang Bernama Saya
“Siapa yang belum makan?” tanya Abu Nawas pada segerombolan pengemis yang mendatanginya.
Secara serentak, semua pengemis itu menjawab, “sayaaa…!”
“Baiklah, yang bernama ‘saya’ harap maju ke depan!”
Lalu, para pengemis itu pun heran kebingungan, saling pandang, kemudian mereka pun berebut maju ke depan.
Kini Abu Nawas pula yang keheranan, “Apakah kamu semua yang bernama ‘saya’?”
Kerena takut, tidak kebagian makanan, maka secara serentak para pengemis menjawab, “betul”
“Kalian pasti bohong, bagaimana mungkin nama kalian sama! Pasti diantara kalian ada yang bohong!”
Pada saat diperiksa tanda pengenalnya, Abu Nawas tidak menemukan yang bernama saya. Lalu, siapa tadi yang belum makan?”
Kayu Allah
Pada suatu ketika Abu Nawas dan Abu Wardah melihat seorang sedang mencuri buah apel di kebun Abu Wardah. Pada saat Abu Nawas dan Abu Wardah datang kesana, sontak Abu Wardah berteriak, “Pencuri, turun kau!”
“Siapa yang mencuri? Aku hamba Allah yang tengah mengambil apel milik Allah” kata orang itu.
Tiba-tiba Abu Nawas pun mengambil kayu dan dipukulnya ke arah orang itu. Orang itu pun berteriak, “Kenapa kau memukulku?” “Aku menggunakan kayu Allah untuk memukul hamba Allah, apa salahnya?”