Cinta itu buta. Oleh karena itulah, para kakek-nenek dengan pengalaman pernikahan puluhan tahun dalam buku 30 Lessons for Loving menyarankan agar kita jangan mengandalkan cinta dalam melangkah. Para kakek-nenek ini menyarankan agar kita melakukan due diligence alias seleksi rasional terhadap calon kita. Berikut ini 3 pertanyaan yang perlu diambil sebelum meyakinkan diri kalau dia pilihan yang tepat.
Pertanyaan Pertama: Apakah dia pencari nafkah yang baik?
Hal yang perlu diperhatikan tentang nafkah adalah: apakah dia pekerja keras? Seperti kata Cecilia Fowler, 67 tahun, yang pernikahan pertamanya gagal karena mantan suaminya tidak mau bekerja keras.
Sulit untuk memikirkan materi saat kita tertarik secara fiisk pada seseorang. Tapi satu hal yang perlu diperhatikan adalah sikapnya dalam memandang pekerjaan.
Jika kamu seorang pekerja keras sementara pasanganmu tidak, pernikahan akan sulit. Sangat sulit bekerja setiap hari sementara pasanganmu hanya duduk manis malas-malasan. Bayangkan apa yang bisa dicapai kalau keduanya memiliki dorongan kerja keras yang sama?
Jadi kamu harus memperhatikan kepribadian orang tersebut. Apakah ia ingin sukses di sekolah, di pekerjaannya? Hal ini harus masuk daftar pertimbanganmu.
Pertanyaan Kedua: Apakah dia bertanggung jawab secara finansial?
Mungkin uang bukanlah akar dari semua kejahatan, tapi masalah keuangan bisa menyebabkan percekcokan dalam rumah tangga. Salah satu masalah terberat dalam pernikahan adalah perbedaan pandangan dalam menyikapi masalah uang.
Jika calonmu berantakan keuangannya, para kakek-nenek ini menyarankan ekstra hati-hati sebelum berkomitmen.
Eric Goodman, 69 tahun, memberikan peringatan keras tentang masalah keuangan:
Salah satu penyebab utama perceraian adalah masalah keuangan. Bisa jadi masalah keuangan ini malah jadi penyebab utama ketidakharmonisan rumah tangga.
Sebenarnya tanda-tanda masalah keuangan ini bisa kita ketahui sejak awal. Jika calonmu sangat sembarangan menghabiskan uangnya, perlu kamu pikirkan ulang untuk lanjut atau tidak.
Eric menyarankan untuk memperhatikan utang yang pasanganmu miliki, “Menumpuk utang-utang itu jelas-jelas masalah yang besar.”
Pertanyaan Ketiga: Akankah dia menjadi orang tua yang baik?
Hal pertama yang perlu dicek adalah apakah dia ingin punya anak? Lalu lebih dari itu, pasanganmu ingin menjadi orang tua yang seperti apa. Karl Pillemer menyimpulkan kalau mendiskusikan latar belakang keluarga itu penting.
Apakah keluarganya serba membolehkan? Peraturan seperti apa yang diterapkan oleh orang tuanya? Bagaimana pandangannya tentang mendisiplinkan anak? Bicarakan tentang bagaimana kamu dan pasanganmu dibesarkan.
Cari kesempatan untuk mengamati bagaimana pasanganmu menghadai anak-anak. Cobalah mengasuh anak teman atau keponakan, lalu perhatikan bagaimana calonmu bersikap terhadap anak-anak. Apakah baginya anak-anak itu menyenangkan, atau membosankan?
Mendiskusikan hal ini sedini mungkin lebih baik. Apakah ia akan menjadi ayah yang baik? Apakah ia akan menjadi ibu yang baik? Ini jadi poin penting yang harus jadi bahan pertimbangan.
Tentu 3 hal ini bukanlah satu-satunya yang perlu kita pertimbangkan. Buatlah kriteria due diligencekita sendiri. Penyesalan di kemudian hari bisa dihindari dengan mempertanyakan hal-hal serius sedini mungkin.