Setiap tahunnya, Forbes merilis daftar orang-orang terkaya di setiap negara, salah satunya di Indonesia. Tahun ini, keluarga Hartono masih menduduki posisi puncak dengan kepemilikan Djarum Groupnya.
Tahun 2016 sendiri ada 1.810 milyarder di seluruh dunia, 28 di antaranya berasal dari Indonesia.
Keluarga Hartono
Kekayaan | : $15,4 milyar |
Usia | : 66 tahun |
Sumber kekayaan | : Djarum, BCA |
Kekayaan keluarga Hartono memang turun lebih dari $1 milyar pada tahun 2015, sebagian besar disebabkan oleh turunnya saham BCA. Namun keluarga Hartono masih menjadi yang terkaya di Indonesia selama 7 tahun berturut-turut.
Sebagian besar kekayaan kakak beradik Michael dan Budi Hartono ini berasal dari bisnis rokok. Lebih dari 50 tahun yang lalu, mereka berdua mengambil alih Djarum yang didirikan oleh mendiang ayah mereka.
Anak tertua Budi, Victor, sekarang menjadi COO. Sementara Martin, anaknya yang lain, memimpin GDP Venture, perusahaan yang berinvestasi di startup teknologi seperti Kaskus.
Susilo Wonowidjojo
Kekayaan | : $5,5 milyar |
Usia | : 60 tahun |
Sumber kekayaan | : Gudang Garam |
Akhir tahun 2014, perusahaan rokok milik Susilo, Gudang Garam, terlihat hampir menyelesaikan berbagai masalah yang menimpa perusahaannya seperti gagal panen dan aturan pemerintah. Namun pada tahun 2015 sahamnya jatuh seiring dengan resesi ekonomi. Alhasil kekayaannya turun sebesar $2,5 milyar.
Anthony Salim
Kekayaan | : $5,4 milyar |
Usia | : 67 tahun |
Sumber kekayaan | : Salim Group, Indofood |
Pada tahun 2015, Salim Group miliknya membeli 34% saham kepemilikan Roxas, penggilingan gula di Filipina. Salim juga berperan dalam pengambilalihan Goodman Fielder, perusahaan makanan Australia dan New Zealand. Transaksi Goodman Fielder ini senilai $1 milyar.
Selain bisnis tersebut, Salim Group juga beroperasi dalam lini bisnis lainnya seperti telekomunikasi, retail, properti, dan perbankan.
Eka Tjipta Widjaja
Kekayaan | : $5,3 milyar |
Usia | : 92 tahun |
Sumber kekayaan | : Sinar Mas Group |
Golden Agri-Resources miliknya, yang memproduksi minyak kelapa sawit, terhantam oleh jatuhnya harga minyak kelapa sawit di pasar dunia. Sahamnya pun jatuh 30% sepanjang tahun 2015.
Sinar Mas Group baru-baru ini mengakuisisi PT Berau Coal Energy, produsen batu bara terbesar ke-5 di Indonesia, dari keluarga Bakrie.
Sinar Mas juga mengakuisisi salah satu gedung terkenal di London, Alphabeta Building, dengan nilai transaksi hampir sebesar $400 juta pada bulan Oktober 2015.
Chairul Tanjung
Kekayaan | : $5,1 milyar |
Usia | : 54 tahun |
Sumber kekayaan | : CT Corp |
CT Corps menjalani berbagai bisnis mulai dari perbankan, media, gaya hidup, hiburan, dan perkebunan. Trans Fashion miliknya menjalankan hampir 100 toko butik bermerek di kota-kota besar negeri ini.
Grup miliknya juga mengontrol franchise Wendy’s di Indonesia, yang kini sudah memiliki lebih dari 30 restoran. Bisnisnya juga melingkupi taman hiburan Trans Studio, Bank Mega, dan Trans TV. Dia juga memegang lisensi Versace, Mango, dan Jimmy Choo. CT Corps juga mendatangkan franchise perusahaan berita CNN ke Indonesia.
Semasa kuliah kedokteran gigi di Universitas Indonesia, Chairul Tanjung menjalankan bisnis fotokopi. Setelah lulus, ia menanggalkan gelar sarjana dokter giginya untuk membuat sandal dan atap rumah.
Sri Prakash Lohia
Kekayaan | : $4,7 milyar |
Usia | : 63 tahun |
Sumber kekayaan | : Indorama Corporation |
Indorama, perusahaan petrokimia yang ia dirikan bersama ayahnya, merayakan ulang tahun ke -40 pada bulan September 2015 selama tiga hari berturut-turut.
Sri Prakash Lohia masih menjadi chairman dari perusahaannya. Namun operasional sehari-harinya diserahkan pada anaknya, Amit, yang menjadi managing director dan memimpin proyek baru dan akuisisi.
Indorama juga memiliki bisnis di Afrika, dengan total investasi hampir senilai $2 milyar.
Pada saat pendiriannya tahun 1976, Indorama mulanya merupakan pabrik benang. Saat ini grup ini telah menghasilkan berbagai macam produk, termasuk politetilen, polipropilen, dan sarung tangan medis.
Lohia berasal dari klan plutokratis. Adiknya Aloke, merupakan milyarder asal Thailand. Sementara saudara iparnya, Lakshmi Mittal adalah raja baja di India.
Bachtiar Karim
Kekayaan | : $3,3 milyar |
Usia | : 59 tahun |
Sumber kekayaan | : Musim Mas Group |
Musim Mas adalah pemain minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia. Baru-baru ini, perusahaan ini ikut berkomitmen menghentikan deforestasi di lahan konsesi dan supply chainnya.
Musim Mas menandatangani kerja sama dengan Genting Plantation, pabrik sawit Malaysia, untuk membangun kilang penyulingan minyak kelapa sawit di Sabah. Kesepakatan yang dibuat pada tahun 2015 ini memiliki nilai investasi $82 juta.
Mendiang ayahnya, Anwar, mendirikan pabrik sabun Nam Cheong pada tahun 1932. Perusahaan ayahnya ini masih menjadi penguasa pasar sabun (Medicare dan Harmony) dan margarin.
Boenjamin Setiawan
Kekayaan | : $3 milyar |
Usia | : 82 tahun |
Sumber kekayaan | : Kalbe Farma |
Boenjamin mendirikan Kalbe Farma pada tahun 1966. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan resep dokter, obat over the counter, minuman energi, dan produk nutrisi.
Kalbe Farma memiliki jalur distribusi yang menjangkau 1 juta outlet. Beberapa mereknya yang terkenal adalah Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen, dan Extra Joss.
Kalbe adalah perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara dengan kapitalisasi pasar lebih dari $6 milyar dan pendapatan lebih dari Rp. 7 trilyun.
Bisnis keluarga milik Boenjamin, Mitra Keluarga, menjual sahamnya ke publik Maret lalu. IPO ini berhasil mengumpulkan lebih dari $340 juta. Mitra Keluarga pun berencana membuka 7 rumah sakit baru dalam 5 tahun ke depan di Jakarta dan Surabaya.
Mochtar Riady
Kekayaan | : $2,2 milyar |
Usia | : 87 tahun |
Sumber kekayaan | : Lippo |
Mochtar Riady adalah pendiri konglomerasi global Grup Lippo. Saat ini, usahanya ini dijalankan oleh anak-anaknya James dan Stephen (Stephen menjalankan usaha yang berbasis di Singapura).
Cucunya, John, memimpin bisnis e-commerce dengan investasi sebesar $500 juta, MatahariMall. Bisnis ini merupakan versi online dari jaringan department store Matahari.
Lippo juga mendanai Venturra dengan $150 juta untuk berinvestasi di perusahaan teknologi di Asia Tenggara.
Tahir
Kekayaan | : $2 milyar |
Usia | : 64 tahun |
Sumber kekayaan | : Mayapada Group |
Tahir adalah pemegang lisensi Forbes Indonesia. Dia menjual lebih dari $150 juta sahamnya di Bank Mayapada pada tahun 2015 untuk membeli 2 gedung di Indonesia dan 1 gedung di Jepang. Saat ini Tahir masih memegang kepemilikan hampir setengah milyar saham di bank tersebut.
Dia juga memiliki beberapa properti di Indonesia dan Singapura, saham di jaringan rumah sakit, toko bebas pajak, dan sistem amnajemen rumah sakit online Medico.id.
Anak perempuannya, Grace, berinvestasi di situs online Printerous dan Talenta.
Tahir adalah anak dari pembuat becak. Dia dianugerahi Bintang Jasa Utama oleh Presiden Jokowi tahun ini. Bintang Jasa Utama adalah medali kehormatan tertinggi yang diberikan pada orang-orang yang berkontribusi besar pada negara.
Peter Sondakh
Kekayaan | : $1,9 milyar |
Usia | : 66 tahun |
Sumber kekayaan | : Rajawali Group |
Rajawali Group adalah konglomerasi yang memiliki bisnis dalam bidang pertambangan, perkebunan, perhotelan, transportasi dan juga media.
Peter Sondakh mengambil alih bisnis ayahnya pada usia 22 tahun setelah ayahnya wafat. Ia memulai dari bisnis minyak kelapa dan ekspor kayu. Ia mengembangkan hotel bintang lima di Indonesia, Hyatt dan Novotel. Dia membeli stasiun televisi B-Channel dan mengubah namanya menjadi Rajawali Televisi (RTV).
Kusnan dan Rusdi Kirana
Kekayaan | : $1,88 milyar |
Usia | : 52 tahun |
Sumber kekayaan | : Lion Air |
Kakak beradik Kusnan dan Rusdi Kirana memulai Lion Air dari 1 pesawat terbang sewaan 15 tahun lalu. Saat ini Lion Air sudah menjadi perusahaan airline carrier swasta terbesar di Indonesia. Sekarang dia menargetkan berekspansi ke Tiongkok dengan rute ke Guangzhou, Shanghai, dan berbagai kota lainnya.
Rencananya untuk mengembangkan bandara di Lebak, Banten, tidak disetujui oleh Kementerian Perhubungan Indonesia.
Murdaya Poo
Kekayaan | : $1,85 milyar |
Usia | : 75 tahun |
Sumber kekayaan | : Central Cipta Murdaya (Berca Group) |
Kekayaan Murdaya Poo berasal dari industri listrik, konstruksi, IT, kayu, dan perkebunan. Jakarta International Expo yang ia adakan setiap tahun adalah salah satu pameran terbesar di Indonesia.
Murdaya Poo mulanya berjualan koran sebelum membangun Central Cipta Murdaya, konglomerasi yang melingkupi kebanyakan usahanya.
Istrinya, Siti Hartati Murdaya, ditahan di penjara selama 2 tahun 8 bulan setelah adanya tuduhan penyuapan namun mendapatkan pembebasan bersyarat pada tahun 2014.
Putera Sampoerna
Kekayaan | : $1,65 milyar |
Usia | : 68 tahun |
Sumber kekayaan | : Sampoerna Strategic |
Satu dekade yang lalu, Putera Sampoerna menjual kepemilikan 40% saham di perusahaan rokok yang dibangun keluarganya, HM Sampoerna, ke Philip Morris, dengan nilai transaksi $2 milyar.
Kekayaannya sekarang berada di 5 industri yakni agrikultur, keuangan, telekomunikasi, properti, dan perkayuan. Semua bisnis tersebut dipayungi oleh Grup Sampoerna Strategic, yang dikelola oleh anak bungsunya, Michael.
Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Kekayaan | : $1,6 milyar |
Usia | : 62 tahun |
Sumber kekayaan | : Elang Mahkota Teknologi |
Eddy Kusnadi Sariaatmadja mendirikan Elang Mahkota Teknologi (Emtek) pada tahun 1983 untuk menjadi distributor eksklusif komputer Compaq di Indonesia. Saat ini Emtek telah menjadi penguasa media terbesar kedua di Indonesia, dengan kepemilikan SCTV, Indosiar, O Channel, dan Nexmedia.
Emtek juga merambah dunia online dengan berinvestasi di Bukalapak.com, Rumah.com, Bobobobo.com, dan Karir.com.
Ciputra
Kekayaan | : $1,5 milyar |
Usia | : 84 tahun |
Sumber kekayaan | : Ciputra Group |
Eddy Katuari
Kekayaan | : $1,45 milyar |
Usia | : 65 tahun |
Sumber kekayaan | : Wings Group |
Eka Tjandranegara
Kekayaan | : $1,4 milyar |
Usia | : 70 tahun |
Sumber kekayaan | : Mulia Group |
Kuncoro Wibowo
Kekayaan | : $1,38 milyar |
Usia | : 60 tahun |
Sumber kekayaan | : PT Kawan Lama Sejahtera |
Theodore Permadi Rachmat
Kekayaan | : $1,35 milyar |
Usia | : 72 tahun |
Sumber kekayaan | : Triputra Group |
Ciliandra Fangiono
Kekayaan | : $1,3 milyar |
Usia | : 39 tahun |
Sumber kekayaan | : First Resources |
Djoko Susanto
Kekayaan | : $1,2 milyar |
Usia | : 66 tahun |
Sumber kekayaan | : Alfa Mart |
Djoko Susanto telah mendelegasikan operasional harian Alfamart ke anak-anaknya. Sementara itu, Sigmantara miliknya bekerja sama dengan Mitsubishi Jepang dan Grup Ichitan dari Thailand untuk memproduksi dan memasarkan teh hijau di Indonesia.
Djoko Susanto memulai bisnisnya dari bawah dan tidak pernah lulus SMA. Pada usia 17 tahun, saat mengelola toko makanan milik orang tuanya, ia menarik perhatian raksasa rokok, Putera Sampoerna. Putera pun membantunya membuka beberapa toko lagi. Dia memulai Alfamart setelah membeli sebagian bisnis Sampoerna.
Husodo Angkosubroto
Kekayaan | : $1,18 milyar |
Usia | : 61 tahun |
Sumber kekayaan | : Gunung Sewu Kencana |
Achmad Hamami
Kekayaan | : $1,15 milyar |
Usia | : 85 tahun |
Sumber kekayaan | : Trakindo Utama |
Martua Sitorus
Kekayaan | : $1,13 milyar |
Usia | : 56 tahun |
Sumber kekayaan | : Wilmar International |
Soegiarto Adikoesoemo
Kekayaan | : $1,08 milyar |
Usia | : 78 tahun |
Sumber kekayaan | : AKR Corporindo |
Low Tuck Kwong
Kekayaan | : $1,05 milyar |
Usia | : 68 tahun |
Sumber kekayaan | : Bayan Resources |
Hary Tanoesoedibjo
Kekayaan | : $1 milyar |
Usia | : 50 tahun |
Sumber kekayaan | : MNC |
Purnomo Prawiro
Kekayaan | : $990 juta |
Usia | : 69 tahun |
Sumber kekayaan | : Blue Bird |
Abdul Rasyid
Kekayaan | : $975 juta |
Usia | : 58 tahun |
Sumber kekayaan | : Citra Borneo Indah |
Harjo Sutanto
Kekayaan | : $970 juta |
Usia | : 90 tahun |
Sumber kekayaan | : Wings Group |
Husain Djojonegoro
Kekayaan | : $950 juta |
Usia | : 66 tahun |
Sumber kekayaan | : ABC |
Edwin Soeryadjaja
Kekayaan | : $950 juta |
Usia | : 67 tahun |
Sumber kekayaan | : Saratoga Investama Sedaya |
34/14
Sukanto Tanoto
Kekayaan | : $1,69 milyar |
Usia | : 66 tahun |
Sumber kekayaan | : Royal Golden Eagle |
Dengan adanya dokumentasi dari aset terbarunya, Forbes merevisi kekayaan Sukanto Tanoto meningkat dari $880 juta menjadi $1,69 milyar. Dengan begitu peringkat Tanoto naik menjadi peringkat 14.
Sebagian besar kekayaannya ada di konglomerasi Royal Golden Eagle, yang bisnisnya ada pada bidang kertas, minyak kelapa sawit, dan energi.
Asian Agri miliknya telah membangun 5 pembangkit listrik tenaga biogas dan berencana membangun lebih banyak lagi. Sementara itu, saham Bracell miliknya (sebelumnya dikenal dengan nama Sateri) turun drastis.
Sebagian besar terjadi karena Bracell memposisikan ulang perusahaannya sebagai usaha yang murni bermain di bidang selulosa, meninggalkan bisnis di bidang fibernya.
Sukanto Tanoto adalah anak tertua dari 7 bersaudara. Dia drop out dari sekolahnya pada usia 17 tahun untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia belajar bahasa Inggris lewat membaca Readers’ Digest, Life, dan Newsweek.
Aksa Mahmud
Kekayaan | : $850 juta |
Usia | : 70 tahun |
Sumber kekayaan | : Bosowa |
Grup Bosowa milik Aksa Mahmud memiliki hotel dan menara di Bali dan Makassar. Grupp ini juga menjalankan beberapa pabrik semen di Pulau Jawa dan juga Indonesia Timur.
Bisnisnya melingkupi layanan kesehatan, energi, perbankan, dan otomotif. Aksa Mahmud sendiri adalah saudara ipar dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Alexander Tedja
Kekayaan | : $820 juta |
Usia | : 70 tahun |
Sumber kekayaan | : Pakuwon Jati |
Alexander Tedja adalah seorang pengusaha pengembang shopping malls. Ia memulai perusahaan Pakuwon Jati pada tahun 1982, yang sahamnya dijual ke publik pada tahun 1989.
Proyek perusahaan ini yang terakhir adalah 3 menara di KOta Kasablanka yang dikembangkan oleh Lotte Korea dan direnanakan selesai pada awal 2018.
Pakuwon Jati juga menjadi pemegang saham terbesar dari Artisan Wahyu, pengembang yang membangun Gandaria City.
Hashim Djojohadikusumo
Kekayaan | : $750 juta |
Usia | : 62 tahun |
Sumber kekayaan | : Arsari Group |
Arsari Group miliknya memiliki bisnis di bidang kertas, perkebunan, pertambangan, dan logistik. Yayasan yang ia dirikan meluncurkan pusat penelitian arkeologi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, pada Desember 2014.
Dua dari 3 anaknya adalah anggota DPR dari Gerindra, partai yang didirikan oleh kakaknya, Prabowo Subianto.
Kartini Muljadi
Kekayaan | : $715 juta |
Usia | : 86 tahun |
Sumber kekayaan | : Tempo Scan Pacific |
Anak lelakinya, Handojo Muljadi, menjalankan produsen obat, Tempo Scan Pacific. Perusahaan ini membuat berbagai jenis obat, yang populer di antaranya Bodrex, hemaviton, NEO rheumacyl, Vidoran, Marina dan My Baby.
Sepanjang tahun 2015 lalu, saham perusahaannya jatuh 45% karena volatilnya nilai rupiah. Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk perawatan kesehatannya dan juga kegiatan filantropis di bidang pendidikan.
Benny Subianto
Kekayaan | : $710 juta |
Usia | : 74 tahun |
Sumber kekayaan | : Adaro Energy |
Tahun 2015 menjadi bencana bagi industri yang dimainkan oleh Benny Subianto, termasuk batu bara, karet, dan minyak kelapa sawit.
Saham perusahaan batu bara, Adaro Energy, jatuh hampir setengahnya. Alhasil kekayaannya turun lebih dari seperempatnya dan membuatnya tidak masuk ke daftar milyarder lagi.
Sudhamek
Kekayaan | : $665 juta |
Usia | : 60 tahun |
Sumber kekayaan | : GarudaFood |
Sudhamek sudah memimpin GarudaFood selama sekitar 20 tahun. Perusahaan yang dikenal dengan produk Kacang Garuda ini menjual berbagai jenis makanan dan minuman ringan.
Baru-baru ini perusahaannya bekerja sama dengan Barry Callebout, perusahaan cokelat yang berkantor pusat di Zurich, Swiss.
Sudhamek adalah murid dari mendiang guru spiritual Sai Baba, yang menurutunya telah menyembuhkannya dari penyakit kritis sebelum ia mulai memimpin perusahaan.
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono
Kekayaan | : $660 juta |
Usia | : 88 tahun |
Sumber kekayaan | : Bumitama Agri |
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono adalah pemilik dari Harita Group. Sebagian besar kekayaannya berasal dari Bumitama Agri, perusahaan perkebunan yang terdaftar di bursa saham Singapura
Grupnya juga menyelami industri pertambangan dan telah bekerja sama dengan perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi membangun 2 smelter.
Mereka berkomitmen menginvestasikan $2,5 milyar untuk smelter bauksit di Kalimantan dan smelter nikel di Halmahera. Proyek di Kalimantan sudah dimulai pada tahun 2016 sementara yang di Halmahera akan dimulai tahun 2017.
Garibaldi Thohir
Kekayaan | : $605 juta |
Usia | : 51 tahun |
Sumber kekayaan | : Adaro Energy |
Garibaldi “Erick” Thohir adalah presiden direktur dari Adaro Energy. Perusahaan batu bara dan gas miliknya ini sangat terpukul akibat jatuhnya harga batu bara.
Saat ini, investasi pribadinya di properti, telekomunikasi, otomotif, makanan, dan klub sepakbola (dia membeli Inter Milan pada tahun 2013) kondisinya lebih baik dari Adaro. Nilai total investasi pribadinya sudah melampaui nilaii Adaro Energy.
Erick juga berencana membangun 25 hotel dan memulai operasional tambang emasnya tahun 2016 ini.
Osbert Lyman
Kekayaan | : $600 juta |
Usia | : 65 tahun |
Sumber kekayaan | : Lyman Group |
Lyman Group didirikan oleh ayah Osbert pada thaun 1959. Grup bisnis ini dulu dikenal dengan nama Satya Djaya Raya Group. Saat ini, sebagian besar kekayaan Lyman berasal dari bisnis propertinya.
Tahun 2014, Lyman meluncurkan apartemen twin-tower bekerja sama dengan Salim Group dan Kerry Group.
Lyman juga mengembangkan kompleks perumahan bernama Kota Baru Parahyangan di Jawa Barat.
Jogi Hendra Atmadja
Kekayaan | : $590 juta |
Usia | : 69 tahun |
Sumber kekayaan | : Mayora |
Jogi adalah pemilik dari grup Mayora. Keluarganya memulai perusahaan biskuit pertamanya, yang bernama Inbisco Djaja, pada dekade 1970-an. Saat ini Mayora menguasai 40% pangsa pasar makanan olahan di Indonesia.
Iwan Lukminto
Kekayaan | : $540 juta |
Usia | : 41 tahun |
Sumber kekayaan | : Sritex |
Iwan Lukminto adalah anak pertama dari H.M. Lukminto, pendiri grup Sritex yang meninggal pada tahun 2014. Iwan sudah menjalankan perusahaan ini sejak 1997.
Grup Sritex bermula dari sebuah toko batik kecil di Solo yang berdiri tahun 1966. Saat ini, Sritex sudah menjadi perusahaan tekstil terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Sritex memproduksi seragam untuk tentara NATO. Tahun 2016 ini, pabrik rayon baru milik Sritex mulai dijalankan.
Sjamsul Nursalim
Kekayaan | : $470 juta |
Usia | : 75 tahun |
Sumber kekayaan | : Gajah Tunggal |
Sjamsul Nursalim adalah pemilik dari pabrik ban Gajah Tunggal dan juga perusahaan ritel, Mitra Adi Perkasa. Gajah Tunggal populer dengan produk-produk ban seri GT seperti GT radial.
Mitra Adi Perkasa berdiri pada tahun 1995 untuk memegang lisensi franchise Sogo, department store asal Jepang. Kini Mitra Adi Perkasa memegang hak franchise untuk sekitar 100 merek. Beberapa di antaranya adalah Starbucks, Zara, Domino Pizza, Burger King, Adidas, dan Reebok.
Irwan Hidayat
Kekayaan | : $460 juta |
Usia | : 69 tahun |
Sumber kekayaan | : Sido Muncul |
Neneknya memulai Sido Muncul dari sebuah toko jamu kecil di Yogyakarta pada tahun 1940. Sejak pendiriannya, toko ini sudah menjual obat-obatan herbal tradisional Indonesia.
Irwan mengambil alih usaha ini pada tahun 1972 dan mengubahnya menjadi perusahaan manufaktur obat-obatan herbal dan farmasi yang berhasil. Saat ini Sido Muncul menjual berbagai jenis obat untuk melawan macam-macam penyakit mulai dari influenza sampai anemia.
Arifin Panigoro
Kekayaan | : $450 juta |
Usia | : 85 tahun |
Sumber kekayaan | : Medco Energy |
Arifin Panigoro saat ini sedang mengembangkan 100 hektar sawah padi di Papua dengan metode yang sudah dimekanisasi. Medco Group miliknya memiliki usaha di bidang energi, perkebunan, dan perhotelan.
Ia menjual 33% kepemilikannya di Bank Saudara ke Bank Woori milik Korea pada tahun 2014.
The Ning King
Kekayaan | : $410 juta |
Usia | : 85 tahun |
Sumber kekayaan | : Mega Manunggal Property, Alam Sutra Realty |
Pada bulan Juni 2015, The Ning King mendaftarkan perusahaan fasilitas logistiknya, Mega Manunggal Properti, di Bursa Efek Indonesia. Penjualan sahamnya ini mengumpulkan dana hampir $70 juta.
Pada tahun 1977, ia memulai bisnisnya dari membuat pakaian. Hari ini, kekayaan terbesarnya berasal dari bisnis propertinya, Alam Sutra Realty.
Soetjipto Nagaria
Kekayaan | : $400 juta |
Usia | : 75 tahun |
Sumber kekayaan | : Summarecon |
Soetjipto adalah pendiri dari Summarecon Agung. Setelah membangun beberapa kota satelit di Jakarta dan Bali, Soetjipto merencanakan proyek berikutnya: kota mewah di Bandung.
Soetjipto adalah aktivis sosial Yayasan Buddha Tzu Chi.