Banyak orang mengaitkan emosi dengan kata emosional, di mana seseorang menunjukkan sikap marah-marah, baik itu dalam bentuk ekspresi wajah, tindakan maupun kata-kata makian yang keluar dari mulutnya.
Ketika emosi dimaknai seperti itu, kita pasti tidak akan percaya kalau bayi yang baru lahir memiliki emosi. Pasalnya, kita tidak akan melihat ada bayi yang marah-marah apalagi mengeluarkan makian, bukan?
Tapi, jika kita memahami makna emosi yang sebenarnya, maka kita pasti akan menggangguk setuju, bahwa bayi pun memiliki emosi. Jadi, sebenarnya emosi itu apa?
Emosi itu merupakan sebuah informasi yang merupakan bentuk reaksi subjektif, bisa berupa rasa takut, sedih ataupun senang. Dan ini terkait pengalaman yang dimiliki seseorang, serta berasosiasi dengan perubahan fisiologis dan perilaku.
Apakah contoh konkrit dari perubahan fisiologis dan perilaku ini? Contoh konkritnya ketika kita merasakan emosi takut, maka secara fisiologis detak jantung kita akan menjadi lebih cepat dan kita cenderung akan melakukan perilaku yang bertujuan melindungi diri, misalnya saja kalau pada anak, memeluk erat ibunya, atau bersembunyi di balik tubuh ibu atau pengasuhnya.
Satu fakta yang perlu kita ketahui, bahwa emosi merupakan elemen dasar pembentukan kepribadian seseorang. Tentunya, jenis dan intensitas emosi yang pernah dirasakan oleh masing-masing orang berbeda-beda, sehingga sangat wajar jika kita akan menemui banyak kepribadian di dunia ini.
Lalu pertanyaannya, Sejak kapan sih manusia mulai memiliki emosi dan kapan emosi itu bisa teramati? Percaya atau tidak, sesungguhnya emosi itu sudah bisa kita amati sejak bayi baru lahir. Nah, untuk mengetahui lebih dalam mengenai awal mula teramatinya emosi dan perkembangan emosi pada bayi di bawah tiga tahun (batita), maka sebaiknya kita lihat ulasan berikut ini!
Seperti Apa Tanda-tanda Pertama Emosi pada Bayi?
Jika kita amati secara seksama, maka kita akan menyaksikan bahwa bayi akan menunjukkan reaksi emosi jika ia tidak bahagia. Lho, bagaimana kita tahu? Reaksi emosi tidak bahagia ini akan bayi tunjukkan dengan menangis keras dan tubuh mereka pun kaku atau tidak rileks. Namun, seiring waktu, bayi yang tidak bahagia ini pun akan semakin tenang pada bulan pertama, terutama ketika ia diangkat ataupun ketika mendengar suara manusia.
Dengan berjalannya waktu, maka bayi pun mulai merespon orang di sekitarnya. Cara meresponnya bisa beraneka macam, bisa dengan berceloteh, menggapai-gapai orang yang di sekitarnya, tersenyum saat melihat orang tersenyum, ataupun menyambut orang yang menghampirinya. Nah, respon bayi seperti ini merupakan bagian dari perkembangan emosi lho!
Apakah bayi memerlukan adanya emosi? Karena emosi merupakan tanda atau sinyal, tentunya emosi sangat dibutuhkan oleh bayi, terutama untuk mengungkapkan bahwa ia membutuhkan sesuatu, misalnya saja ketika bayi kegerahan ataupun merasakan haus, maka sinyal yang ia bisa berikan ke pengasuh utamanya adalah dengan menangis dan ketika mereka butuh bersosialisasi, maka bayi pun akan tersenyum.
Mengenal Makna dari Tangisan Bayi
Untuk bayi, terutama batita yang belum bisa bicara, maka menangis merupakan senjata terkuat yang bisa mereka andalkan untuk berkomunikasi dalam rangka menyampaikan kebutuhannya akan sesuatu. Dari beberapa penelitan, ternyata tangisan bayi itu memiliki empat pola.
Pola yang pertama adalah tangisan lapar. Saat lapar, bayi akan menangis dan suara tangisannya terdengar seperti berirama, walaupun tidak semua tangisan berirama itu selalu menunjukkan kalau bayi lapar. Tapi kalau bayi lapar, menangisnya pasti berirama. Pola yang kedua adalah tangisan marah. Kalau bayi menangis karena marah seperti apa ya?
Jika bayi menangis karena marah, maka tangisannya merupakan gabungan dari tangisan yang berirama dan sesenggukan. Nah, kalau tangisan yang ketiga adalah tangisan kesakitan, di mana bayi akan menangis dengan tiba-tiba tanpa didahului suara erangan dan disertai dengan menahan napas. Dan yang terakhir adalah tangisan frustasi, tangisan ini ditandai jika bayi menangis diiringi dengan teriakan.
Hebatnya anak-anak, mereka menyadari lho bahwa tangisan itu merupakan salah satu fungsi komunikasi dan ketika usia bayi sudah 5 bulan, maka ia sudah mampu mengenali ekspresi pengasuhnya, jika bayi merasa diabaikan, maka di usia ini bayi akan menangis keras untuk menarik perhatian.
Makna Senyuman pada Bayi
Beda usia bayi, maka makna senyum pun berbeda-beda. Saat bayi baru lahir, lalu terlihat senyum di wajahnya, maka sebenarnya itu merupakan aktivitas dari sistem saraf subkortikal atau dikenal dengan senyum paksaan yang tidak didasarkan pada kesadaran. Ketika bayi berusia 2 bulan dan sudah bisa melihat dengan jelas, maka bayi akan tersenyum karena stimulus dari apa yang mereka lihat.
Seperti halnya tangisan, senyum pun dibagi menjadi dua kategori, yang pertama senyum sosial dan yang kedua adalah senyum antisipatif. Di mana senyum sosial merupakan bentuk partisipasi positif dalam interaksi,misal ketika ada orang tersenyum, maka bayi pun tersenyum. Sedangkan senyum antisipatif adalah senyum ketika bayi memandang objek tertentu, misalnya saja saat melihat mainan yang bergerak, kemudia memandang ke arah ibunya dengan kondisi masih tetap tersenyum.