Akhir-akhir ini banyak sekali media yang memberitakan mengenai kebijakan pemerintah tentang plastik berbayar. Tujuan utama pemerintah adalah untuk melarang penggunaan plastik. Namun, pemerintah tidak langsung menerapkan peraturan tersebut.
Pemerintah memulai melakukan kampanye larangan penggunaan plastik dengan menerapkan kebijakan penggunaan kantong plastik berbayar.
Kampanye larangan penggunaan plastik ini dilakukan dengan dalih bahwa plastik merupakan salah satu penyebab banjir. Oleh karena itu, pemerintah mulai mengampanyekan larangan penggunaan plastik dengan menerapkan kebijakan plastik berbayar.
Dengan membayar Rp200 untuk setiap kantong plastik, konsumen yang berbelanja di supermarket baru bisa menggunakan kantong plastik. Faktanya, kebijakan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Mengapa demikian?
Kantong Plastik Tidak Ramah Lingkungan?
Sebagian aktivis lingkungan menyatakan bahwa kantong plastik merupakan tas yang tidak ramah lingkungan. Dengan dalih tersebut, digunakanlah kantong kertas sebagai alternatif yang katanya “go green”. Pertanyaannya adalah apakah benar kantong kertas lebih ramah lingkungan dibandingkan kantong plastik?
Dalam situs Bagtheban menyatakan bahwa kantong plastik membutuhkan energi 70% lebih sedikit dibandingkan dengan kantong kertas. Selain itu, kantong plastik membutuhkan 4% lebih sedikit air dibandingkan dengan kantong kertas. Serta kantong kertas membutuhkan 7 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kantong plastik untuk transportasinya.
Benarkah Akan Merugikan Petani Karet?
Bahan baku dalam pembuatan plastik adalah karet. Dengan diberlakukannya kebijakan plastik berbayar untuk masyarakat yang berbelanja di minimarket dan supermarket di 22 provinsi se-Indonesia, maka petani karet khususnya di Kabupaten Ogan Ilir menolak kebijakan pemerintah tersebut karena dikhawatirkan akan menurunkan permintaan dan harga karet.
Dikutip dari Kompas, Kebijakan pemerintah mengenai plastik berbayar ini dipercaya akan mengurangi jumlah permintaan kantong plastik sehingga akan menurunkan jumlah produksi. Dengan menurunnya jumlah produksi, otomatis permintaan terhadap karet pun ikut menurun.
Dalam jangka panjang, harga karet pun akan ikut menurun karena penawaran terhadap karet lebih tinggi dibandingkan permintaannya. Hal ini sangat merugikan para petani karet dan menjadikan mereka semakin terpuruk. Karena saat ini saja harga karet anjok ke angka Rp6.000/kg.
Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Tidak Akan Menghentikan Penggunaan Kantong Plastik
Sebagian orang berpendapat bahwa kebijakan plastik berbayar yang diperlakukan pemerintah di 22 provinsi se-Indonesia ini dianggap tidak efektif. Banyak alasan yang diungkapkan atas pendapat tersebut. Salah satunya dari Agustin Purnawan.
Agustin Purnawan menyatakan bahwa penerapan kebijakan plastik berbayar tersebut tidak akan efektif karena masyarakat akan tetap menggunakan plastik untuk barang belanjaan mereka. Menurutnya jika ingin efektif, maka terapkan kebijakan larangan penggunaan plastik, bukan kebijakan plastik berbayar.
Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Akan Menyusahkan Rakyat Tingkat Bawah
Meskipun kebijakan plastik berbayar diterapkan di supermarket dan minimarket, masyarakat menengah ke bawah terkena imbasnya. Karena saat ini banyak pula masyarakat menengah ke bawah berbelanja ke minimarket.
Selain itu, kebijakan ini juga sulit untuk diterapkan secara luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwi Heryani, yang berpendapat bahwa kebijakan ini hanya bisa diterapkan di pasar modern yang mayoritas konsumennya menengah ke atas. Untuk penerapan terhadap masyarakat menengah ke bawah sulit untuk diterapkan.
Kantong Plastik Bisa di Daur Ulang
Selain penyebab banjir, kantong plastik katanya sulit untuk di daur ulang. Pernyataan tersebut tidak bisa dibenarkan. Karena saat ini sudah banyak perusahaan yang mendaur ulang plastik.
Mereka bekerja sama dengan supermarket besar untuk menampung plastik bekas guna diolah menjadi plastik lagi atau menjadi mainan anak-anak. Jadi, alasan bahwa kantong plastik tidak bisa atau sulit di daur ulang sangat tidak tepat.