Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) adalah cerita lama serta jadul yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan kemasan yang menyegarkan. Sebuah film yang syarat akan nilai-nilai kebaikan.
Bagaimana tidak jadul? Karakter Mas Gagah diciptakan oleh sang penulis pada tahun 90-an dan sempat mencuri perhatian banyak orang. Namun baru 20 tahun kemudian Mas Gagah tampil di layar bioskop.
Dalam pembuatan film ini melibatkan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan ini dipilih oleh Bunda Helvi Tiana Rosa semata-mata untuk mempertahankan idealisme dengan nilai-nilai Islam.
Pesan moral yang kamu dapatkan setelah menonton di bioskop akan terasa lebih merasuk saat kamu mengetahui suka duka perjuangan di balik pembuatan film ini. Berikut ini cerita lain dibalik KMGP yang menginspirasimu untuk terus berbuat kebaikan.
Metamorfosa Karya Menjadi Film
Kala itu jilbab masih dilarang di beberapa sekolah, kegiatan kerohanian Islam dianggap mengancam keutuhan NKRI, dan berbagai rintangan lainnya. Tak mudah tampil sebagai muslim yang baik, apalagi menjadi aktivis dakwah.
KMGP seolah menyuarakan teriakan hati para aktivis dakwah sekaligus menjadi oase penyejuk ditengah keringnya hidup akan nilai-nilai Islam.
Metamorfosa selanjutnya terjadi pada tahun 1997. Di tahun inilah KMGP diterbitkan menjadi sebuah novel.
Kemudian metamorfosa menjadi film bukanlah lebih hebat rintangannya. Bunda Helvi bahkan sudah mengusahakannya sejak tahun 2004. Pasang surut perjuangan harus dihadapi. Sampai pada akhirnya di tahun 2016 film ini bisa diwujudkan atas pertolongan Allah.
Pembiayaan yang Seret
Aneh memang, ada sebuah film yang didapatkan dari iuran bersama-sama. Bukankah film-film lain selama ini didanai oleh seorang produser?
Awalnya KMGP hendak didanai produser ternama di Indonesia. Namun sang produser tersebut meminta agar bagian tentang pembelaan perjuangan kemerdekaan di Palestina dihilangkan.
Sontak Bunda Helvi tidak meloloskan permintaan ini. Sebuah hal yang sangat bertolak belakang dengan janji Bunda Helvi untuk menyumbangkan 1 Milyar Rupiah dari keuntungan film kepada anak-anak di Jalur Gaza, Palestina.
Hal ini tentu harus dibarengi dengan perjuangan pahit Bunda Helvi dan teman-temannya. Bunda Helvi bersama tim ACT berjuang dari satu kota ke kota lainnya untuk mengumpulkan donasi dari komunitas pecinta KMGP dan film-film Islami.
Sebuah keajaiban hingga dapat mengumpulkan dana 6,5 Milyar Rupiah ditengah krisis kehidupan yang melanda bangsa Indonesia saat ini.
Pemilihan Tokoh Mas Gagah
Mahasiswa UNAIR sekaligus penghafal Al Qur’an ini belum pernah merasakan pendidikan di dunia akting.
Ia lahir di Bengkulu pada tahun 1992. Tahun yang sama dengan kelahiran cerpen KMGP sebagai tugas kampus Bunda Helvi di Fakultas Sastra UI.
Hamas lahir dari seorang ibu bernama Yulyani yang mengidolakan cerpen KMGP sejak muda. Remaja yang tinggal di Bengkulu ini turut menjadi saksi launching novel KMGP di Surabaya pada tahun 1997.
Dalam berbagai kegiatan seminar, Yulyani beberapa kali duduk sebagai pembicara bersama Bunda Helvi.
Keputusan Menjadikannya 2 Seri
Jika ada dana memungkinkan untuk shooting maka dilakukan shooting. Namun jika belum ada dana, maka shooting harus di pending dan menunggu dana terkumpul.
Oleh karena itu terdapat banyak penambahan-penambahan yang memperlama durasi penayangan film. Atas saran berbagai pihak, akhirnya diputuskan film ini dibuat menjadi 2 seri.
Pasti kamu penasaran menunggu seri kedua dari film KMGP.