Melahirkan itu proses yang menegangkan, sekaligus mengharukan.
Lisa Robinson, fotografer asal California, biasanya memotret foto-foto pranikah. Namun saat mengetahui kalau dia hamil tahun lalu, dia memutuskan untuk menjepret foto proses melahirkannya sendiri.
Lisa dan suaminya punya anak umur 9 tahun. Mereka terus mencoba memberi adik untuk anak tunggalnya itu, namun sayang keguguran sampai 2 kali.
Sebenarnya mereka sudha berhenti mencoba. Sampai akhirnya Lisa hamil seorang anak perempuan, yang mereka beri nama Anora.
Ia merasa bahwa memfoto proses melahirkan akan membantunya tetap tenang dan fokus. Ia juga merasa memfoto akan membuat pikirannya teralihkan dari rasa sakit selama melahirkan.
“Saya tidak tahu apa saya bisa memfoto atau tidak,” kata Lisa. “Saya sudah memutuskan untuk melakukannya, tapi saya tidak yakin kalau saya benar-benar bisa memfoto saat melahirkan.”
Berikut ini 13 foto yang ia ambil selama proses melahirkan beserta kata-kata dalam wawancaranya dengan Huffington Post.
Saya sudah berkali-kali mengalami kontraksi seminggu ini. sampai akhirnya air ketubanku pecah jam 3 pagi. Kami mengambil barang-barang yang dibutuhkan, dan juga kamera, lalu naik mobil pergi ke rumah sakit—syukurlah perjalanannya tidak lama.
Saat kami sampai di sana, saya gemetaran setiap kali terjadi kontraksi. Sempat terpikir, aku tak mungkin bisa memegang kamera.
Di antara tiap kontraksi, aku bisa menjepret foto benda-benda yang ada di sekitarku—IV, monitor, benda-benda seperti itu. Tapi itu sangat menegangkan.
Aku dibius sekali. Sempat aku merasa kalau aku sangat bisa memegang kendali. Aku sangat beruntung. Proses melahirkanku selama 14 jam, namun waktunya terasa sebentar. Waktu berjalan sangat cepat. Sebagiannya karena aku bisa mengelola rasa sakit dengan baik.
Sebagian yang lain karena suamiku sangat suportif.
Sebelumnya kutanya dokterku, “Bolehkah aku memfoto proses kelahiran?” Dia mengizinkan. Namun saat dia datang ke ruang bersalin dan melihat kamera yang kupegang, kurasa dia cukup terkejut (tertawa).
Saya menjepret kamera sembari mendorong bayi keluar! Saat aku siap mendorong, kuangkat tanganku agar kamera menangkap gambar wajahku. Aku tidak tahu gambar seperti apa yang kuambil, aku juga tidak tahu kalau fokus kameranya akan bagus atau tidak. Tapi ini membuatku bisa fokus.
Aku merasa agak khawatir kalau aku memfoto, aku tidak akan bisa hadir. Tapi aku sepenuhnya hadir. Aku sangat hadir saat bayiku keluar.
Saat kulihat kembali foto-foto ini, aku bisa benar-benar mengingat apa yang kurasakan. Aku bisa menghidupkan kembali momen saat putriku lahir.
Aku sangat suka melihat wajah suamiku saat dia melihat anak kami pertama kalinya. Dia menangis. Dia sangat merasa bahagia.
Aku tahu kalau aku ini beruntung. Proses melahirkanku mudah dan lancar.
Bayi kami sangat tenang. Dia lembut. Dia tidur! Dia sangat bahagia.
Kami segera saling bersentuhan, dan aku langsung menyusuinya.
Ibuku yang mengambil foto ini. aku langsung memberinya kamera setelah Anora dilahirkan. Ibuku langsung menjepret foto-foto!