Lebian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) akhir-akhir ini marak diperbincangkan lantaran usaha mereka untuk bisa diterima di Indonesia sangat getol.
Zaman dahulu LGBT dianggap sangat tabu dan hampir seluruh elemen masyarakat menolaknya. Namun isu Hak Asasi Manusia (HAM) mengacaukan pemikiran masyarakat sedikit demi sedikit.
Dahulu orang yang menderita penyimpangan LGBT merasa malu dan terjadi pertentangan batin dalam dirinya. Alhasil sebisa mungkin ia berusaha untuk ‘sembuh’ dari kelainannya ini.
Namun seiring kampanye-kampanye pelegalan LGBT yang marak, mereka penderita penyimpangan seksual justru bangga dan berani menunjukan siapakah dirinya sesungguhnya.
Ia tak lagi merasa sendirian hingga akhirnya turut dalam perjuangan membela kaum LGBT.
Beberapa waktu lalu Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa telah melegalkan pernikahan sesama jenis. Hal ini sama artinya bahwa LGBT dianggap sebagai sebuah kewajaran. Jangan heran jika kamu tinggal di sana dan mendapati tetanggamu adalah pasangan sesama jenis.
Aneh sebenarnya jika melihat mereka sangat getol memperjuangkan LGBT. Apakah perjuangan mereka didanai para penyandang dana?
Bukan rahasia jika perjuangan kaum LGBT di dukung oleh kucuran dana UNDP. Tak hanya itu, berbagai perusahaan Amerika Serikat turut memberikan kucuran dana. Perusahaan tersebut diantaranya Starbucks, Apple, Google, dan lain-lain.
Bos berbagai perusahaan sosial media turut mendukungnya. Beberapa bos sosial media yang mendukung LGBT sebagai berikut.
Line
Beberapa waktu lalu netizen digemparkan oleh stiker Line yang sangat kentara mendukung LGBT. Bahkan Aa Gym sebagai tokoh agama yang disegani masyarakat menyatakan berhenti menggunakan aplikasi Line.
Namun Line Indonesia mempertimbangkan kembali kegemparan netizen ini. Akhirnya mereka melakukan swaensor dengan menghapus stiker yang terang-terangan mempromosikan LGBT.
Mereka beralasan bahwa sebuah perusahaan harus mempertimbangkan kearifan lokal.
Sudah bukan hal yang aneh ketika beberapa akun yang kukuh membuat status dan postingan yang keras terhadap LGBT di tutup oleh facebook. Beberapa akun yang di blokir diantaranya Darwis Tere Liye sebagai buku-buku best seller, Akmal Sjafril sebagai pejuang Indonesia Tanpa JIL, dan lain-lain.
Mengapa penyebar konten pornografi tidak di blokir oleh facebook? Justru pejuang anti LGBT di blokir. Inilah bukti tendensi bos facebook terhadap LGBT.
Facebook juga meluncurkan emoticon pelangi untuk menunjukan kebanggan bagi pengguna facebook yang LGBT. Pelucuran ini terjadi sehari setalah legalisasi pernikahan sesama jenis dilegalkan di Amerika Serikat.
Pada tanggal 26 Juni 2013 pihak Instgram secara resmi menuliskan, “Hari ini, Mahkamah Agung Amerika Serikat menjatuhkan keputusan penting membatalkan Defense of Marriage Act, Undang-Undang pembatasan pemerintah federal atas pernikahan sesama jenis.
Peristiwa bersejarah ini sedang di dokumentasikan di Instagram oleh ribuan orang yang berkumpul di depan Mahkamah Agung, beberapa bahkan berkemah sepanjang malam mendengar keputusan yang diumumkan tak lama setelah 10 am ET.”
Pernyataan ini merupakan bukti yang jelas bahwa Instgram mendukung LGBT.
Aplikasi chatting yang banyak digunakan masyarakat ini juga turut andil dalam kampanye LGBT. Beberapa emoticon dari whatsapp menggambarkan LGBT seperti 2 laki-laki dengan 1 anak, 2 perempuan dengan 1 anak, pasangan laik-laki, dan lain-lain.
Mungkin kamu masih menggunakan berbagai sosial media ini, gunakanlah dengan bijak. Jangan hanya memposting kegalauan dan keeksisan, namun juga memposting kebaikan-kebaikan.
Jika memungkinkan dan tidak terlalu mendesak, kurangilah penggunaan sosial media ini.
Banyak yang membela bahwa para LGBT tidak mengganggu kehidupan mereka. Namun jika LGBT dibiarkan legal, jangan sedih jika anakmu kelak tertulari LGBT.
Secara ilmiah mereka memang tidak bisa bereproduksi. Bagaimana mungkin sesama laki-laki bisa memiliki anak. Oleh karena itu mereka berusaha menulari orang lain agar populasi mereka di kemudian hari tidak punah.