Beberapa bulan terakhir di media massa lokal memberitakan kasus orang hilang secara misterius. Kasus-kasus ini kemudian menjadi pemberitaan media nasional setelah hilangnya Dr. Rica Tri Handayani bersama anaknya, bersamaan dengan hilangnya pasangan suami istri Eko Purnomo dan Veni Orinanda. (sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/07/o0l0cd377-ada-hubungan-hilangnya-dokter-rica-dengan-asisten-dosen-ugm)
Yang terakhir adalah hilangnya Ahmad Kevin (sumber: http://krjogja.com/read/287011/ahmad-kevin-tinggalkan-surat-misterius.kr) bersama ayahnya. Menurut harian tersebut Kevin bersekolah milik sebuah yayasan swasta di Yogyakarta. (http://jogja.tribunnews.com/2016/01/10/kevin-pernah-mengenyam-pendidikan-di-sekolah-yayasan-milik-gafatar).
Eko Purnomo adalah lulusan diploma Elektro Universitas Negeri Yogyakarta yang bekerja sebagai laboran honorer di Laboratorium Hardware, Diploma Elektro Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Dia mengundurkan diri dari pekerjaan dan menghilang tanggal 30 Desember 2015 bersama istri Veni Orinanda, lulusan diploma kebidanan STIKES Muhammadiyah Klaten. Sedangkan Dr. Rica Tri Handayani merupakan lulusan Kedokteran Umum Universitas Islam Indonesia.
Dari berita yang muncul di media lokal, bisa ditarik benang merah hilangnya beberapa orang tersebut. Sebagian mereka adalah anak semata wayang, dan terkait dengan organisasi tertentu. Mereka pergi bersama orang yang dikenal baik, namun kepergian mereka tidak direstui keluarga (dilaporkan hilang).
Meskipun Dr. Rica sudah ditemukan (http://www.harianjogja.com/baca/2016/01/11/orang-hilang-dokter-rica-ditemukan-di-kalbar) Kita harus tetap waspada dan melindungi diri agar peristiwa semacam ini tidak terjadi pada diri sendiri, keluarga, dan teman kita. Apa saja yang seharusnya kita lakukan?
1. Selalu berkomunikasi terbuka
Bukan berarti pengawasan melekat, tidak ada salahnya kita bertanya kegiatan apa yang sedang dilakukan keluarga kita. Mereka sibuk apa, bersama siapa, dan dengan tujuan apa. Berilah nasehat agar mereka selalu patuh hukum negara dan agama.
2. Jangan galau
Kegalauan menjadi penyebab masukknya pemikiran aneh dan menyimpang. Curahkan kegalauan kepada orang yang tepat, kepada orang tua atau pemuka agama yang sudah terkenal. Atau bisa mencurahkan isi hati dengan coretan di buku harian atau blog. Dan lebih baik curahkan saja kegalauan kepada Yang Maha Esa.
3. Ikut kegiatan di tempat umum
Kegiatan yang diumumkan untuk masyarakat dirasa lebih aman daripada kegiatan yang hanya diinformasikan lewat SMS, WA, dan BBM. Masyarakat bisa menilai dan mengawasi apakah kegiatan tersebut melanggar aturan atau tidak. Cermati juga siapa penyelenggara kegiatan, lebih baik ikut kegiatan organisasi atau komunitas yang sudah memiliki nama.
4. Pilih teman
Memilih teman baik seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Yang dianggap saudara dan teman saja ada yang menikam dari belakang. Satu rumus mencari teman baik adalah cari yang baik agamanya.
5. Belajar sejarah dan update informasi
Peristiwa hilangnya orang-orang ini sebenarnya sudah pernah terjadi sekitar satu dekade lalu. Nama boleh berbeda tapi ada persamaan cara dan motif. Dulu, orang-orang yang hilang tersebut kembali lagi ke keluarga namun keadaannya tidak seperti saat mereka sebelum hilang. Bila kita sering membaca dan update informasi, paling tidak kita bisa membentengi diri dari kehilangan orang terdekat.
6. Bentengi dengan Agama
Harus diakui pengetahuan dan pengamalan agama masyarakat kita lemah, apalagi munculnya pemikiran-pemikiran aneh yang menjauhkan manusia dari agama. Bila kita belajar agama dengan benar dan memahaminya dengan kuat, serta taat menjalankan perintah agama, kita tidak akan terjerumus pada hal yang bertentangan dengan akal, norma hukum, dan agama.