Ketika sedang mendengarkan penjelasan guru di kelas, presentasi rekan kerja di kantor, atau paparan ide seorang kawan dalam sebuah rapat organisasi, bisa jadi kamu merasa bosan. Hendak membuka obrolan dengan teman di sampingmu, tidak sopan. Hendak mendengarkan, terserang kantuk. Maka jalan yang bisa ditempuh untuk menghilangkan penat pada kondisi tersebut adalah corat-coret di atas kertas. Entah itu kertas di dalam buku milik sendiri, kertas milik teman yang ada di sampingmu, atau kertas hasil temuanmu di lantai.
Kegiatan corat-coret seperti ini populer dengan istilah doodle. Adapun orang yang melakukannya disebut dengan doodler (atau doodlers untuk menyebut jamak). Kamu adalah doodler? Tindakanmu yang seperti itu tidak salah. Justru berguna bagi kreatifitasmu. Tidak percaya?
Kreativitas doodlers meningkat saat melakukan corat-coret.
Sunni Brown dalam bukunya GameStorming: A Playbook for Rule-breakers, Innovators, and Changemakers menyatakan bahwa kegiatan corat-coret di atas kertas dapat meningkatkan kreatifitas. Sebab, doodler menggunakan 3 kekuatan saat itu.
- Visual, karena ia melihat apa yang ia menggambar
- Kinestetik, karena ia menggunakan tangan kita untuk menggambar
- Pendengaran, karena ia memproses informasi dengan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
Doodlers menerapkan ketiga hal tersebut secara bersamaan sehingga ia dapat menangkap informasi lebih baik. Itu juga memungkinkan dirinya untuk mengatasi masalah dengan cara-cara baru. Hal ini akan meningkatkan kerja otak yang berhubungan dengan kreativitas.
Doodlers memiliki ingatan yang lebih kuat.
Studi yang dilakukan Professor Jackie Andrade pada tahun 2009 membuktikan bahwa doodlers mengingat fakta 30 persen lebih baik daripada non-doodlers. Dalam studi tersebut, peserta diminta mendengarkan pesan tentang sebuah pesta yang akan dilaksanakan esok hari. Para peserta diminta untuk mendengarkan pesan dan menuliskan nama semua orang yang dapat menghadiri pesta, serta mengabaikan nama-nama orang yang tidak dapat datang ke pesta. Setengah dari peserta diperintahkan mengisi kotak dan lingkaran pada selembar kertas saat menuliskan nama-nama tersebut. Sebagiannya lagi hanya diperintahkan untuk mendengarkan pesan dan menuliskan nama, tidak diperbolehkan mencoret-coret pada lingkaran. Hasilnya, kelompok yang diperintahkan untuk mengisi kotak dan lingkaran mampu mengingat sedikit lebih baik daripada mereka yang hanya menuliskan nama.
Konsentrasi doodlers meningkat saat sedang corat-coret di atas kertas.
Seringkali kita beranggapan bahwa doodlers sedang melamun ketika mereka mencorat-coret kertasnya. Seakan pikiran mereka mengembara ke tempat lain. Ternyata, tindakan corat-coret itu membantu otak untuk memperhatikan, bukan hanyut. Hal ini terbukti dengan studi Profesor Jackie Andrade yang telah disebutkan di atas. Sunni Brown juga menyatakan bahwa tindakan coret-coret seperti menggambar bentuk dan simbol, sebenarnya memaksa pikiran untuk tetap tenang dan fokus.
Doodlers hit the sweet spot. Ia tidak terjebak pada detail kecil dan mampu melihat secara keseluruhan.
Menurut Jesse Prinz, seorang profesor di City University of New York (CUNY), kegiatan corat-coret akan membantu seseorang untuk menuju sweet spot di otak. Sweet spot adalah istilah yang sering dipakai dalam olahraga tenis, golf, dan memanah. Dalam olahraga memanah, sweet spot adalah titik tengah pada lingkaran sasaran yang selalu diincar para pemanah. Jadi, sweet spot di otak adalah pusat dari otak.
Terkadang ketika terlalu fokus pada sesuatu, kamu memikirkannya secara berlebihan, terutama pada detail kecil yang sering tidak penting. Akibatnya kamu gagal untuk melihat sesuatu secara keseluruhan. Dengan mencoret-coret, kamu tidak hanya perhatian terhadap detail kecil sebuah tetapi juga fokus pada ide-ide yang menyeluruh.
Tidak perlu merasa sendirian, banyak tokoh dunia yang menjadi doodlers.
Jika kamu telah membaca artikel ini dari awal, tentu kamu sudah melihat gambar-gambar doodle di atas. Gambar-gambar tersebut adalah milik para tokoh dunia. Banyak tokoh dunia yang ketika bosan, mereka akan mencorat-coret di atas kertas. Presiden Amerika misalnya, termasuk Thomas Jefferson, Ronald Reagan, dan Bill Clinton biasa melakuakn corat-coret selama pertemuan negara. Penyair dan dokter John Keats mencoret-coret di pinggir catatan medisnya. J.K. Rowling juga melakukan corat-coret untuk membangun karakter tokoh-tokoh imajinasinya. Tidak hanya itu, matematikawan Stanislaw Ulam bahkan mengembangkan spiral Ulam untuk visualisasi bilangan prima saat ia corat-coret di sebuah konferensi matematika yang membosankan. Kamu?