Saking jauhnya masa lalu, kita tak akan pernah bisa mendatanginya kembali. Siapapun orangnya dengan cara apapun, tak ada satupun orang yang bisa kembali ke masa lalu.
Ada beberapa jenis demam masa lalu; yang pertama, yaitu terlalu bangga pada masa lalu. Salah satu contohnya adalah orang-orang bani israil. Mereka selalu saja menganggap dirinya sebagai suku bangsa yang istimewa. Memang, demikian adanya. Sebagian besar nabi berasal dari suku bangsa ini. Lebih dari itu, sejarah masa lalu bani israil dipenuhi keajaiban yang tidak dimiliki suku bangsa lain. Karena itulah, orang-orang bani israil merasa dirinya paling unggul dan tidak mau percaya kepada manusia dari suku bangsa lain. Mereka tidak mau menerima kebenaran baru, mereka selalu bilang “nenek moyang kami telah melakukan semua ini.” Akibatnya mereka jadi menutup diri.
Selamatkan diri kita dari bayangan menakutkan masa lalu. Apakah kita akan mengembalikan arus sungai ke hulunya, matahari ke tempatnya terbit, mengembalikan bayi ke perutnya, dan mengembalikan air mata kedalam rongganya? Sesungguhnya terjebak pada masa lalu akan mengakibatkan kesusahan.
Demam masa lalu yang kedua adalah membayangkan kesusahan dan kegagalan masa lalu sebagai sebuah kesalahan yang akan terus-menerus mengikuti diri kita. Ketika kita membuka kembali lembaran masa silam, saat itu sama dengan menyia-nyiakan masa kini dan mencabik-cabik jerih payah semua yang dilakukan saat sekarang. Tidak ada gunanya membedah kembali bangkai masa silam atau membalikan putaran roda sejarah ke belakang. Janganlah menyesali kesenangan yang luput dari tangan kita. Jangan disesali susu yang sudah tumpah ke tanah.
Terimalah masa lalu sebagai masa lalu tanpa mengingkarinya atau melupakannya. Kenanglah ia, tetapi jangan hidup didalamnya. Belajarlah darinya, tetapi jangan menghukum diri sendiri karenanya atau terus menerus menyesalinya.
Jangan terjebak didalamnya. Jika kita berfikir tentang masa lalu, untuk sesaat emosi kita akan tergadaikan disana. Lalu muncullah kalimat penyesalan yang menyedihkan, “Seandainya saja dahulu aku melakukan hal ini ….., seandainya saja dahulu aku mencintai si dia ……”. Saat itulah kita terperangkap pada masa lalu dan jelas hanya akan membuang-buang waktu percuma. Lebih baik, lihatlah masa lalu dan bertanyalah, “Apa yang dapat kupelajari dari masa lalu? Apa yang sudah kupelajari? Bagaimana masa lalu bisa membantuku saat ini?”
Kita dapat menengok masa lalu kita, memperoleh banyak keuntungan dari sukses yang telah kita raih dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan tanpa harus mengadili diri sendiri.