Berikut ini kita akan membahas sedikit tentang terjadinya tragedi WTC di Washington Amerikan pada tanggal 9 September 2001. Banyak warga Dunia yang percaya bahwa ada Konspirasi pada saat terjadinya tragedi Serangan 11 September di WTC. Amerika dan beberapa negara yang ada di seluruh dunia menuding bahwa al-Qaida lah sebagai penyebab terjadinya insiden 11 September 2001.
Namun, di saat terakhir ini, sebagian orang ada yang memperdebatkan penjelasan itu. Nyatanya, apabila kita ketik 9-11 pada mesin pencari internet, salah satu dari lima pilihan utama yang muncul adalah ”persekongkolan 9-11”. Sebagian teori dalam persekongkolan yang terasa lebih ganjil bahwa menuduh Amerika menyerang diri mereka sendiri, atau berspekulasi bahwa Israel yang melancarkan serangan dalam upaya mendiskreditkan Negara atau orang Muslim.
Richard Gage, yang merupakan seorang arsitek yang telah berpengalaman selama 20 tahun dalam suatu bidang konstruksi serta telah berkecimpung dalam banyak proyek perancangan bangunan anti-api dan anggota dari Institusi Arsitek Amerika, mendirikan organisasi Architect and Engineer For 911 Truth (Arsitek dan Teknisi Untuk Kebenaran 911) yang berisikan ratusan artsitek dan teknisi berpengalaman di bidangnya.
Mereka mengeluarkan pernyataan yang menyangkal pernyataan Komisi 9/11 yang menyatakan bahwa gedung WTC 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hancur akibat ledakan yang disebabkan oleh tabrakan dan penyebaran avtur dari penerbangan 11 dan 175.
Tragedi WTC Runtuhnya Menara Gedung Dicurigai Karena Ledakan Bunuh Diri dan Bukan Karena Al Qaida
Para arsitek yang tergabung dalam organisasi tersebut menyatakan bahwa mereka mencurigai adanya perubuhan terkontrol dengan bahan peledak yang menjadi penyebab runtuhnya. Menara 1, 2 dan terutama runtuhnya menara 7 setelah berbagai penyelidikan terhadap rekaman video dan analisa lapangan yang menurut mereka sangat tidak wajar dan tak dapat diterima secara ilmu pengetahuan apabila menara 7 yang terletak jauh dari menara Utara dan Selatan rata dengan tanah.
Russ Wittenberg (Capt.)(Ret.), seorang pilot senior, mantan pilot USAF dengan 30.000+ jam terbang, yang juga pernah menerbangkan pesawat penerbangan 175 yang menabrak Menara Selatan dan penerbangan 93 yang gagal mencapai pentagon, menyatakan ketidakpercayaannya terhadap hasil investigasi resmi pemerintah.
Ia mempertanyakan beberapa fakta janggal seperti : mengapa rekaman pengatur penerbangan saat kejadian 9/11 dirusak oleh komisioner FAA?. Mengapa kotak hitam tidak ditemukan dari satupun pesawat ? dan juga mempertanyakan tingkat kemahiran pembajak yang menurutnya untuk sekelas pilot berlisensi pesawat perintis sangat mencurigakan dapat mengendalikan pesawat sekelas 747 dengan kecepatan tinggi dan menabrakkannya dalam posisi target yang tidak lebar.
Ia bergabung dengan organisasi Pilot for 911 truth yang didalamnya berisikan ratusan pilot dan profesional dalam bidang penerbangan dari berbagai belahan dunia yang juga menyangkal laporan resmi dari Komisi 9/11.
Tahun 2008, para peneliti pada Program mengenai Sikap Kebijakan Internasional (PIPA) menghubungi orang-orang di 21 negara, menanyakan siapa yang mereka perkirakan ada di balik serangan 11 September.
Mayoritas Orang Di Timur Tengah Menyatakan Bahwa Al-Qaida Tidak Ada Hubungannya Dengan Tragedi WTC
Memaparkan hasil survey itu, Direktur PIPA, Stephen Kull, mengatakan, ”Kebanyakan dari mereka mengatakan insiden itu terkait al-Qaida. Bahkan di antara negara-negara seperti sekutu-sekutu NATO, lebih dari dua-pertiganya tidak mengatakan hal itu. Jadi benar-benar tidak ada konsensus mengenai hal itu (siapa di balik serangan 9/11, red.) di seluruh dunia.”
Kull mengatakan para peneliti kemudian mengaitkan hasil survei itu dengan sikap orang terhadap Amerika. Mereka yang bersikap negatif cenderung kurang yakin bahwa pihak al-Qaida yang melancarkan serangan-serangan itu.
Setelah perang Amerika-Irak, sikap negatif terhadap Amerika meningkat tajam di negara-negara Muslim. Tahun 2008, mayoritas orang yang disurvei di Timur Tengah. Mereka mengatakan bahwa al-Qaida tidak bertanggung jawab atas serangan 11 September, atau mengatakan tidak tahu siapa yang bertanggung jawab.