GERHANA BULAN – Fenomena alam yang terjadi di bumi sudah sering terjadi dan kamu pasti juga mengetahui. Tapi ada orang yang seringkali mengaitkan fenomena yang terjadi di alam dengan hal-hal mistis. Sebuah cerita yang sebenarnya itu nggak ada, tapi dibuat seolah-olah ada dengan membungkusnya dalam sebuah cerita.
Salah satunya adalah mitos tentang gerhana bulan. Nggak cuma di Indonesia aja lho mitos tentang fenomena alam yang satu ini. Masyarakat dari belahan dunia lain pun juga ada yang percaya mitos tentang gerhana bulan. Nah, berikut ini beberapa mitos ketika terjadi gerhana bulan.
Munculnya Raksasa
Mitos yang satu ini beredar di masyarakat jawa, gerhana bulan darah adalah sebuah pertanda bahwa raksasa buto kala memakan bulan. Biasanya orang-orang jaman dulu nih yang menceritakan mitos ini kepada anak-anaknya. Kalau sekarang mah udah jarang yang percaya kayak ginian, tapi masih ada juga sebagian yang mempercayainya.
Mitosnya nggak cuma sampai di situ saja ternyata, bahkan ada cara untuk mengusir raksasa tersebut. Biasanya masyarakat keluar dan menabuh tempat untuk menumbuk padi, atau dalam bahasa Jawa disebut lumpang. Selain itu, ada juga mitos lainnya, para wanita hamil harus mengolesi perutnya dengan abu sisa pembakaran di dapur. Tujuannya, agar anaknya nggak dimakan atau biar nggak mirip buto.
Berikut akan sedikit diceritakan tentang mitos gerhana merah dan bagaimana terjadinya versi orang Jawa.
Menurut orang Jawa, kisahnya berawal saat para Dewa akan melaksanakan pembagian penghidupan atau disebut tirta amerta.
Akan tetapi, karena tirta amerta ini jumlahnya terbatas, maka pimpinan dari para Dewa membagi rata secara antre.
Setelah para dewa mengantri, lalu tirta amerta tadi diminumkan dengan menggunakan daun beringin, disendok lalu dimasukkan ke mulut para dewa tersebut. Khasiat dari tirta amerta adalah keabadian.
Pembagian air penghidupan atau tirta amerta pun akhirnya diketahui oleh Buto (raksasa). Karena Buto juga menginginkan tirta amerta tersebut, maka ia mengubah dirinya menjadi seperti para dewa supaya tidak ketahuan.
Akan tetapi setelah Buto yang menyamar menjadi Dewa tersebut mengantri dan mendapat gilirannya untuk minum, ternyata Dewa Matahari Bethoro Suryo memergoki dirinya.
Bethoro Suryo atau Dewa Matahari yang mengetahui kalau Buto bukan rombongan para Dewa, Buto yang sudah terlanjur meminum tirta amerta (namun baru sampe mulut), langsung dipanah lehernya oleh Bethoro Suryo.
Setelah dipanah oleh Bethoro Suryo, lalu tubuh dari Buto terbagi menjadi dua bagian. Badannya jatuh ke bumi kemudian menjadi lesung sedangkan kepalanya melayang menuju angkasa.
Akan tetapi, ternyata kepala dari Buto masih terus hidup karena sudah meminum air Penghidupan atau tirta amerta.
Kemudian sang Buto pun berjanji akan menuntut balas dengan cara memakan matahari dan juga bulan. Kemudian ketika hari pembalasan tiba, sang Buto akhirnya memakan matahari atau bulan dengan penuh amarah.
Nah, ketika matahari atau bulan ditelan oleh sang Buto, maka saat itulah terjadi fenomena gerhana.
Warga akan membunyikan lesung dan kentongan yang merupakan bagian badan buto supaya sang Buto segera melepaskan matahari atau bulan yang sudah ia telan.
Dibuat Oleh Naga
Menurut kepercayaan masyarakat suku Indian, gerhana bulan darah itu dibuat oleh seekor naga. Nah, masyarakat Indian ini kemudian akan menyembah naga dengan berendam di dalam air sampai leher. Lain suku, lain juga mitosnya, kalau di China, orang percaya bahwa seekor naga membanjiri sungai dengan darah kemudian menelannya. Mitos tersebut membuat masyarakat China percaya, dan untuk menakut-nakuti naga maka dibunyikanlah petasan.
Jaguar Memakan Bulan
Mirip-mirip dengan kepercayaan orang di Jawa, masyarakat suku Inca kuno percaya bahwa gerhana bulan darah merupakan pertanda akan terjadi sebuah hal yang buruk. Hal buruknya adalah jaguar akan memakan bulan. Menurut sebuah tulisan dari bangsa Spanyol, bangsa Inca takut, setelah jaguar memakan bulan, hewan ini akan turun ke bumi dan memakan semua umat manusia. Nah, oleh karena itu, masyrakat suku Inca membuat suara gaduh dengan cara menabuh segala macam benda dan berteriak-teriak saat terjadinya gerhana.
Penampakan Ibu Bulan
Orang-orang asli Amerika percaya bahwa ketika terjadi gerhana bulan darah, merupakan sebuah pertanda bahwa ibu bulan sedang menampakkan diri. Kehadirannya dipercaya sebagai pembawa peenerangan dan juga pembersih energi, jiwa, emosional dan spiritual manusia, khususnya untuk para wanita di bumi.
Tanda dari Tuhan
Bagi umat Kristen dan Yahudi, gerhana bulan darah menjadi semacam pertanda yang dikirim oleh Tuhan.
Bulan Terluka dan Berdarah
Menurut kepercayaan suku Hupa yang berada di utara California, terjadinya gerhana bulan darah merupakan sebuah tanda bahwa bulan sedang terluka karena diserang oleh hewan perliharaanya sendiri. Masyarakat suku Hupa percaya bahawa bulan memiliki 20 istri dengan banyak hewan peliharaan. Contohnya seperti ular dan juga singa.
Namun, ketika bulan terlambat memberi makan, maka hewan-hewan peliharaanya akan menyerang dan membuatnya menjadi berdarah. Setelah berdarah, maka para istri bulan menyembuhkannya dan menjaganya dari serangan hewan peliharaannya.
Racun Tersebar ke Bumi
Orang Jepang percaya bahwa pada saat gerhana, ada racun yang disebarkan ke bumi. Masyarakat di Jepang pada saat terjadi gerhana menutupi sumur-sumurnya agar tidak terkontaminasi oleh racun.
Raja Pengganti
Suku Mesopotamia kuno juga melihat gerhana bulan sebagai upaya pembunuhan bulan. Suku Mesopotamia menganggap apa yang terjadi di langit merupakan cerminan hal yang terjadi di bumi.
Mereka percaya kalau ketika gerhana bulan terjadi, maka akan ada yang akan mencoba membunuh sang raja. Pada saat itu Suku Mesopotamia sudah memiliki keahlian di bidang astronomi untuk memprediksi datangnya gerhana bulan.
Ketika gerhana datang, sang raja akan menyamar menjadi rakyat jelata dan tahta diisi sementara oleh raja pengganti. Raja pengganti ini dimaksudkan sebagai umpan agar raja yang asli tetap selamat.
Raja pengganti ini tidak punya kuasa, namun tetap diperlakukan dengan baik selayaknya raja. Hanya saja begitu gerhana bulan berakhir, raja palsu ini tiba – tiba lenyap. Ada kemungkinan raja palsu ini dibunuh dengan cara diracun.
Bulan Yang Melolong
Suku Inca percaya kalau gerhana bulan terjadi karena ada jaguar yang menyerang dan memakan bulan. Kejadian itu tergambar dari warna merah darah yang terlihat pada permukaan bulan ketika terjadi gerhana penuh.
Suku Inca takut jika jaguar sudah selesai menyerang bulan, ia akan turun ke bumi untuk memakan manusia. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka suku Inca akan mengacung – acungkan tombak ke arah bulan sambil membuat suara berisik untuk menakuti jaguar tersebut.
Selain itu mereka juga memukul anjing peliharaan agar menggonggong dan membuat suara berisik.
Menyembuhkan Bulan
Mitos tentang gerhana bulan yang diceritakan oleh Suku Hupa (Suku asli amerika asal california utara) memiliki akhir yang baik.
Suku Hupa percaya kalau bulan memiliki 20 istri dan banyak peliharaan. Diantara peliharaan itu adalah singa gunung dan ular. Ketika bulan tidak membawa cukup makanan untuk mereka makan, peliharaannya itu berbalik menyerangnya dan membuatnya berdarah.
Bulan akan mati jika istrinya tidak datang menolong dan melindunginya dari peliharaan tersebut. Istrinya lalu mengumpulkan kembali darah dan menyembuhkannya.
Bagi Suku Luiseno asal California Selatan, gerhana bulan terjadi karena bulan sedang sakit. Karena itu anggota Suku Luiseno akan menyanyikan lagu untuk menyembuhkannya.
Beruang Yang Berkelahi Dengan Matahari
Bagi suku pomo yang juga berasal dari utara California, gerhana bulan terjadi karena ada beruang yang jalan – jalan disepanjang milky way. Beruang ini kemudian bertemu dengan matahari yang menghalangi jalannya.
Beruang akhirnya mengajak matahari berkelahi karena ia tidak mau menyingkir. Gerhana matahari terjadi ketika pertarungan itu sedang berlangsung. Setelah beberapa saat, beruang pergi dan gerhana selesai.
Hanya saja beruang merasa pertarungannya belumlah selesai. Beruang terus berjalan sampai akhirnya bertemu dengan bulan yang ternyata adalah adik perempuan dari matahari dan mengajaknya berkelahi. Ketika itu terjadi, maka terjadilah gerhana bulan.
Matahari Bertarung Dengan Bulan
Tidak semua budaya menganggap gerhana bulan adalah hal yang buruk, kata Jarita Holbrook, seorang astronom budaya asal universitas Cape di Bellive, Afrika Selatan dalam sebuah interview pada tahun sebelumnya.
“Mitos favoritku adalah dari masyarakat Batammaliba di Togo dan Benin di Afrika”, ujarnya. Dalam cerita rakyat ini, matahari dan bulan sedang bertarung pada saat gerhana, dan orang – orang akan mencoba untuk menghentikannya. “Mereka melihat ini sebagai saat untuk bersatu untuk menyelesaikan dendam dan amarah”.
Ibu Hamil Dilarang Keluar Rumah
Ada bebarapa mitos yang menyebutkan bahwa seorang ibu yang sedang hamil tidak boleh keluar dari rumahnya saat terjadi gerhana merah.
Diantaranya ada yang menyebutkan ibu hamil tidak boleh keluar rumah saat terjadi gerhana merah agar bayinya tidak terlahir cacat.
Ibu yang sedang hamil juga tidak boleh memakai atau menggunakan pisau untuk memotong apapun ketika sedang terjadi gerhana merah supaya anaknya tidak lahir dengan bibir sumbing.
Ada juga yang menyebutkan jika saat terjadi gerhana merah, ibu hamil tersebut menyentuh perutnya maka bayi yang akan dilahirkan bakal mempunyai tanda lahir.
Ibu yang hamil juga disarankan untuk mengolesi perutnya dengan abu dari sisa pembakaran yang ada didapur supaya anaknya nanti tidak dimakan oleh Buto Kala.
Pada waktu itu, para ibu berusaha dan berjuang supaya tidak melahirkan anaknya saat gerhana merah sedang berlangsung sebab terdapat kepercayaan yang mengatakan bahwa anaknya nanti akan mengalami kesulitan hidup apabila lahir ketika gerhana sedang terjadi.
Dewa Serigala dan Naga
Mitologi dari Bangsa Viking menganggap bahwasanya gerhana matahari muncul akibat ulah dari Skoll, yaitu seorang serigala yang memburu Dewa Matahari yang bernama Sol.
Saat sang Serigala tersebut memakan matahari, orang-orang yang ada di bumi diminta untuk membuat suara segaduh mungkin supaya serigala tersebut memuntahkannya.
Kebanyak masyarakat Tiongkok juga melakukan cara yang mirip karena orang-orang pada masa itu percaya kalau naga telah memakan matahari.
Di waktu itu, gerhana juga dipakai untuk meramal kesehatan dan kesejahteraan para kaisar Tiongkok. Jika ada ahli meteorology yang salah memprediksi tanggal munculnya gerhana, maka akan dipenggal.
Tentunya hal – hal tadi hanyalah mitos, gerhana bulan ataupun gerhana matahari semuanya memiliki penjelasan ilmiah. Penjelasan ini dapat didapatkan dengan cara mencarinya di mesin pencari google. Tentu penjelasannya tidak akan nyeleneh seperti kepercayaan para suku pedalaman ini.