Hajar Aswad, Batu Surga yang Pernah Dicangkul dan Dipukul Hingga Pecah

HAJAR ASWAD – Hajar Aswad adalah sebuah batu yang menempel di Kabah. Batu surga ini ternyata banyak sekali peristiwa yang terjadi. Mulai dari dipendam, dicongkel, dipukul hingga pecah bahkan pernah hilang.

Dari buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El Fikri, Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi memberikan detail sejarah mengenai Hajar Aswad. Berikut rangkuman sejarah mengenai Hajar Aswad mulai dari Nabi Ibrahim AS hingga saat ini.

 

Peletakkan Pertama Kali Batu Hajar Aswad

Hajarul Aswad 1
nasronhashim.blogspot.com

Sekitar tahun 1850-1820 sebelum Masehi, Hajar Aswad pertama kali diletakkan oleh Nabi Ibrahin AS. Batu tersebut merupakan batu dari Malaikat Jubril yang diterima oleh Nabi Ismail AS guna menutup ruang kosong pada Kabah. Batu yang memiliki makna batu hitam ini diyakini sebagai permata yang berasal dari surga.

Memasukkan Batu Hajar Aswad di Sumur Zamzam

www.cahayaquran.com
www.cahayaquran.com

Pada tahun 400 Masehi, seorang yang bernama Amr bin Harits bin Madhadh al-Jurhum memendam batu Hajar Aswad di dalam sumur zamzam. Tidak hanya Hajar Aswad saja yang dimasukkan dalam sumur zamzam, tapi ada dua patung emas berkepala rusa juga ikut dikubur di sumur zamzam.

Peristiwa ini terjadi pada saat Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza’an mengusir para keturunan Jurhum dari kota Makkah. Namun, seorang wanita dari Bani Khazaah melihat kejadiaan tersebut dan memberitahukan kepada kaumnya bahwa Hajar Aswad dipendam di dalam sumur zamzam. Atas informasi tersebut, kemudian batu Hajar Awad diambil dan diletakkan kembali pada tempatnya.

Musibah Banjir di Mekkah

www.arrahmah.com
www.arrahmah.com

Pada tahun 606 Masahi, Makkah mengalami musibah banjir, sehingga terdapat kerusakan di beberapa tempat di Makkah, termasuk kerusakan Kabah. Hajar Aswad juga berpindah dari tempatnya. Kabilah Quraisy berebut untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Karena suatu perjanjian, pada akhirnya Nabi Muhammad lah yang pertama masuk Kabah dan meletakkan Hajar Aswad.

Pita Perak di Hajar Aswad

plus.google.com
plus.google.com

Sekitar tahun 180-an Masehi, seseorang yang bernama Abdullah bin Zubair memasang pita perak di sekeliling Hajar Aswad. Pemasangan pita ini bertujuan agar Hajar Aswad lebih kuat dan tidak pecah. Tidak hanya saat itu saja, pada tahun 189 Hijriyah juga dilakukan pemasangan pita pada masa kekuasaan Harun Al-Rasyid.

Mencopot Hajar Aswad dari Kabah

www.hamariweb.com
www.hamariweb.com

Pada tahun 317 Hijriyah, seorang penguasa Makkah pada saat itu, yaitu Abu Tahir al Qarmuthi memerintahkan kepada Ja’far bin Ilaj untuk mencopot secara paksa batu Hajar Aswad setelah melakukan pembunuhan masal terhadap jamaah haji yang sedang Thawaf.

Mengembalikkan Hajar Aswad Kembali ke Kabah

Batu..
Pada tanggal 10 Dzulhijjah 339 Hijriyah, Hajar Aswad dikembalikan setelah 22 tahun dicopot dan ruang kosong pada Kabah pun bisa tertutup kembali.

Memukul dengan Cangkul

www.alatpertanian.web.id
www.alatpertanian.web.id

Pada tahun 363 Hijriyah, seorang lelaki dari Romawi menggunakan cangkul untuk menghancurkan Hajar Aswad. Usaha tersebut berhasil digagalkan oleh seorang Yaman dengan cara menikamnya hingga roboh. Namun, pukulan dengan cangkul tersebut membuat Hajar Aswad berbekas.

Memukul dengan Pedang

pedangdansenjatatradisional.wordpress.com
pedangdansenjatatradisional.wordpress.com

Pada tahun 413 Hijriyah, Bani Fatimiyah memerintahkah Hakim Al-Abidi untuk memukul Hajar Aswad dengan pahat dan pedang. Pukulan tersebut menjadikan Hajar Aswad pecah dan berjatuhan. Hal ini dilakukan karena banyak orang yang menyembah Hajar Aswad.

Memukul dengan Kapak

Kapak
kaskus.co.id

Pada tahun 990 Hijriyah, seorang laki-laki memukul Hajar Aswad dengan alat sejenis kapak. Namun, usaha tersebut digagalkan oleh Pangeran Nashir dengan menikam laki-laki tersebut dengan belati.

Mengganti Lingkaran Hajar Aswad

www.flickr.com
www.flickr.com

Pada tahun 1268 Hijriyah, Sultan Abdul Majid menganti lingkaran yang terbuat dari perak dengan emas. Karena lingkaran dari perak tersebut sudah hilang. Namun, pada tahun 1293 Hijriyah, Sultan Abdul Aziz mengganti kembali lingkaran dari emas dengan lingkaran dari perak dan pada tahun 1331 Hijriyah, Sultan Muhammad Rasyad mengganti lingkaran perak tersebut dengan yang baru.

Kisah Nabi muhammad SAW Dalam Peletakan Batu Hajar Aswad

Rasulullah sebelum diutus menjadi nabi telah memiliki reputasi yang baik di kalangan kaum Quraisy. Reputasi yang baik ini bukan hanya karena nasabnya saja yang dari bani hasyim, tetapi juga dari akhlak dan perilaku beliau sehari-hari. Beliau terkenal dengan kejujuran dan amanahnya dalam berdagang sehingga mendapat julukan Al-Amin.

Suatu waktu, ketika Rasulullah berumur 35 tahun, kota makkah dilanda banjir bandang yang meluap sampai kawasan sekitar ka’bah. Karena besarnya banjir yang datang, orang-orang Quraisy khawatir banjir tersebut akan meruntuhkan ka’bah.

Apa yang orang Quraisy khawatirkan pun terjadi, banjir melanda hampir seluruh kota makkah termasuk ka’bah didalamnya. Kondisi yang cukup mengkhawatirkan ini membuat orang-orang quraisy beruding untuk membangun ka’bah yang rusak akibat banjir. Maklum, dulu ka’bah hanya setinggi 9 hasta dan terbuat dari batu yang disusun.

Arsitektur pembangunan Ka’bah dari keruntuhan banjir ini ialah dari Romawi yang bernama Bakum. Semula Ka’bah itu adalah bangunan batu yang tingginya di atas orang berdiri. Kemudian oleh arsitektur Romawi ini, bangunan Ka’bah dibangun dengan ukuran tinggi delapan belas hasta dan pintu ditinggikan dan permukaan tanah sehingga diperlukan tangga pintu.

Kaum Quraisy pada waktu itu bersepakat untuk membangunnya kembali, mereka memandang ka’bah sebagai tempat yang suci dan sangat mulia, oleh karena itu mereka tidak ingin menanggung malu akibat tidak mampu mendirikan ka’bah.

Dalam sebuah artikel, dikatakan bahwa uang yang dipakai untuk membangun ka’bah adalah harta yang baik, bukan dari hasil pelacuran, curian dan lain sebagainya.

Mereka mulai berselisih pendapat, Siapakah tokoh di antara mereka yang layak mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad sebagai tanda peresmian penyelesaian renovasi dan mulai dapat digunakan kembali. Banyak pendapat bermunculan dan saling simpang siur. Masing-masing saling ingin mengedepankan pemimpin kelompoknya sendiri.

Hingga akhirnya Muhammad, Suami Khadijah ini mengajukan usul, ”Siapa pun yang besok pagi datang paling awal ke tempat pembangunan (renovasi) maka dialah yang berhak atas kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad.” Masyarakat pun menyetujuinya, mereka yakin ini adalah jalan terbaik bagi mereka.

Dalam redaksi yang lain dikatakan bahwa Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian memberikan saran kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui ide ini.

Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menakdirkan bahwa orang yang pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang Quraisy pun ridha dengan diri beliau sebagai penentu keputusan dalam permasalahan tersebut.

Keesokan harinya, ternyata yang datang paling pagi, paling awal adalah Muhammad sendiri, maka Beliaulah yang berhak meletakkan hajar aswad sebagai tanda peresmian Ka’bah kembali. Namun Rupanya Muhammad bukanlah seorang yang egois. Ia kemudian membentangkan sorbannya menaruh hajar aswad di atasnya dan mengajak beberapa tokoh lain untuk turut serta meletakkan hajar aswad bersama-sama. Maka puaslah mereka atas keputusan Muhammad tersebut.

Kemuliaan Hajar Aswad

Hajar Aswad yang mempunyai makna batu hitam merupakan sebuah batu yang sangat dimuliakan. Ia termasuk sejenis batu ruby, yang berasal dari Surga. Sebagian besar umat Islam, terutama bagi yang menunaikan ibadah haji, berusaha untuk menciumnya, eperti yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW.

Umar bin Khathab RA pernah menyatakan, Rasulullah SAW sendiri pernah menciumnya. Saat Umar bin Khathab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata, ”Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu (Hajar Aswad–Red), niscaya aku tidak akan menciummu.” (Hadis No 228 Kitab Shahih Muslim).

Hajar Aswad terletak di sudut sebelah tenggara Ka’bah, yaitu sudut tempat memulai Tawaf, atau sebelah kiri Multazam (tempat dikabulkannya doa yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah).

Menurut dari beberapa sumber, batu hitam ini memiliki ukuran sekitar 10 cm dengan luas lingkaran pita peraknya sekitar 30 cm. Tingginya dari lantai dasar Masjid al-Haram sekitar 1,5 meter. Karena pernah dipukul, akibatnya batu Hajar Aswad pun pecah. Pecahannya berjumlah delapan buah dengan ukuran yang sangat kecil. Mereka yang ingin menciumnya, harus memasukkan kepalanya ke dalam lingkaran pita berwarna perak mengkilat.

Didalam Shahih Bukhari disebutkan bahwa Aisyah RA bertanya kepada Nabi SAW mengenai dinding di sebelah Ka’bah, ”Mengapa mereka tidak memasukkannya ke dalam Baitullah?” Beliau bersabda, ”Sesungguhnya kaummu kekurangan biaya (dana).” Aisyah bertanya, ”Lalu mengapa pintunya naik ke atas?” Beliau menjawab, ”Kaummu melakukan hal itu agar mereka dapat memasukkan dan mencegah orang-orang yang mereka kehendaki. Seandainya kaummu tidak dekat dengan masa jahiliyah, aku akan memasukkan dinding itu ke dalam Baitullah, dan akan aku lekatkan pintunya ke bumi.” (HR Bukhari).

Sebagian besar umat Islam meyakini, bahwa berdoa di sekitar Hajar Aswad akan dikabulkan. Abdullah bin Amr bin Ash RA mengatakan bahwa ketika batu Hajar Aswad itu turun, dia lebih putih daripada perak. Dan seandainya dia tidak tersentuh oleh kotoran-kotoran jahiliah, niscaya setiap orang sakit, dengan penyakit apa pun, yang menyentuhnya akan sembuh.

Bahkan, ada yang meyakini bahwa dengan mengunjungi dan menyentuhnya, maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Ali bin Abi Thalib Ra meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Hurairah RA, ”Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya pada Hajar Aswad itu terdapat 70 malaikat tengah memohonkan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang Muslim dan mukmin dengan tangan-tangan mereka, seraya rukuk, sujud, dan bertawaf. Ia akan memberi kesaksian pada hari kiamat bagi siapa saja yang memegangnya dengan penuh keyakinan dan benar.”

Pada saat Salman Al-Farisi RA tengah berada di antara Zamzam dan maqam (tempat berpijak) Ibrahim, dia melihat orang-orang berdesakan pada Hajar Aswad. Lalu dia bertanya kepada kawan-kawannya, ”Tahukah kalian, apakah ini?” Mereka menjawab, ”Ya, ini adalah Hajar Aswad.” Dia berkata, ”Ia berasal dari batu-batu surga. Dan demi Tuhan yang menggenggam jiwaku, ia akan dibangkitkan kelak dengan memiliki sepasang mata, satu lisan, dan dua buah bibir, untuk memberikan kesaksian bagi orang-orang yang pernah menyentuhnya secara hak (benar).”

Yang terpenting dan harus diperhatian bagi umat Islam, kendati terdapat berbagai kemuliaan pada Hajar Aswad, umat Islam dihimbau untuk tetap menjaga hati dan keimanan kepada Allah SWT saat menyentuh atau menciumnya agar tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menyekutukan Allah.

Misteri  Batu Hajar Aswad

Perintah Allah yang dicontohkan Rasulullah sudah pasti tidak ada yang sia-sia. Seiring dengan perkembangan zaman banyak penelitian-penelitian ilmiah yang menunjukan bahwa  kewajiban dan sunnah-sunnah Islam memiliki manfaat terhadap kehidupan.

Begitu pula dengan sunnah mencium Batu Hajar Aswad yang disunnahkan saat melaksanakan ibadah haji atau umroh. Jika di logika sungguh tak masuk akal manusia yang berakal diperintahkan mencium batu hitam yang letaknya jauh di Kota Makkah.

Khalifah Umar bin Khatab ketika mencium hajar aswad merasa aneh mencium batu. “Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukannya (mencium hajar aswad).”

Tapi tahukah kamu bahwa batu hajar aswad memiliki misteri dan keistimewaan yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Berikut misteri batu hajar aswad.

Asal Batu Hajar Aswad Bukan dari Bumi

Rasulullah SAW bersabda, “Hajar aswad itu di turunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak Adam-lah yang menjadikannya hitam.” (HR Tirmidzi)

Beberapa ahli ada yang berpendapat sebagai batu basalt, batu agate, atau akik, kaca alami, atau yang paling populer adalah meteorit.

Pada tahun 1857 seorang kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria bernama Paul Partsch menerbitkan catatan sejarah yang komprehensif mengenai hajar aswad.

Ia lebih condong bahwa batu tersebut merupakan meteorit. Hal di atas semakin menguatkan fakta bahwa hajar aswad bukanlah batuan biasa yang berasal dari bumi.

Selain sabda Rasulullah SAW terdapat sejarah asal usul hajar aswad pada masa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengumpulkan batu dari berbagai gunung dan kemudian mengangkutnya. Kala itu Ka’bah tidak memiliki atap dan tidak memiliki pintu masuk.

Ketika pembangunan Ka’bah sudah hampir selesai, Nabi Ibrahim merasa terdapat kekurangan sebuah batu untuk melengkapi Ka’bah.

Kemudian Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail, “Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai pertanda bagi manusia.”

Nabi Ismail menaati perintah ayahnya dan mencari batu yang sesuai dari satu bukit ke bukit yang lain.

Ketika Nabi Ismail berada pada suatu bukit, Nabi Ismail dihampiri oleh Malaikat Jibril dan memberikan sebuah batu yang terlihat begitu putih dan begitu bagus.

Muslim Disunnahkan Mencium Hajar Aswad

Sunnah mencium hajar aswad juga berlanjut dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di atas. Setelah mendapatkan batu dari Malaikat Jibril, Nabi Ismail menciumnya dan membawanya kepada ayahnya.

Nabi Ismail mengatakan, “Batu ini ku terima dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril AS).”

Nabi Ibrahim kemudian menciumnya demikian juga dengan Nabi Ismail. Hingga saat ini umat Islam yang pergi ke Baitullah disunnahkan mencium hajar aswad.

Bahkan sebelum Rasulullah mencontohkan ibadah haji, hajar aswad sangat disegani oleh masyarakat arab.

Batu Hajar Aswad Terpecah

Hajar aswad pada mulanya adalah batu utuh besar yang memiliki diameter sekitar 30 cm. Namun, karena beberapa peristiwa, batu tersebut pecah dan menyisakan beberapa fragmen.

Pecahan-pecahan tersebut kemudian disatukan dan dibingkai perak untuk dipasangkan di tempat asalnya.

Batu Hajar Aswad Memiliki Aroma Harum Sampai Sekarang

Meskipun sudah dicium ratusan juta manusia sepanjang sejarah, aroma harum dari hajar aswad masih tercium sampai saat ini. Aroma wangi ini merupakan aroma alami. Belum ada penjelasan ilmiah mengapa batu ini bisa tercium wangi sampai sekarang.

Jika kamu tidak dapat mencium hajar aswad saat beribadah haji atau umroh lantaran sangat berdesak-desakan, kamu dapat melambaikan tangan ke arahnya.

Menjawab Tuduhan Muslim Menyembah Hajar Aswad

Tuduhan bahwa umat muslim menyembag Hajar Aswad merupakan fitnah basi yang sering dibahas di mana-mana. Pertanyaan yang diajukan para pembenci Islam hanya itu-itu saja.

1. Jika seorang msulim berada di suatu tempat yang arah mata anginnya tidak diketahui, maka dia boleh melakukan sholat dengan menghadap ke arah mana saja.

Alloh berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah 115 yang artinya :

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”

Dalam surat Albaqoroh ayat 144, Alloh berfirman :

“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”

Dari dua firman Alloh diatas bisa disimpulkan bahwa umat muslim tidak menyembah Hajar Aswad, karena Ka’bah merupakan sebagai penentu arah sholat bukan objek yang disembah.

2. Pada tahun 930 hingga 951 Hajar Aswad pernah dicuri dan disembunyikan oleh kaum Syiah Islamiliyah Qarmathi. Apakah dengan hilangnya batu tersebut umat islam berhenti melakukan sholat. Selama kurun waktu 21 tahun, umat islam tetap melakukan kewajiban sholat meski Hajar Aswad hilang. Ini membuktikan bahwasanya muslim tidak menyembah batu hitam tersebut.

3. Setelah batu Hajar Aswad ditemukan, banyak sekali cacat pada batu tersebut. Banyak pecahan di sana sini, sehingga beratnya berkurang. Apakah umat islam heboh ? Jawabannya tidak pernah. Ini membuktikan bahwa yang disembah orang islam bukanlah batu melainkan Alloh SWT.

4. Dahulu saat para sahabat melakukan adzan dia atas Ka’bah, apakah Rosululloh SAW marah? Jawabanya tidak. Jikalau Ka’bah itu adalah Tuhan, sudah pasti Nabi SAW sudah menegur dan melarangnya.

5. Hingga saat ini pun, para petugas di Ka’bah naik dan berdiri ketika mengganti Kisywah. Kalaulah umat islam menganggap batu hitam itu sebagi Tuhan. Sudah pasti seluruh umat muslim dunia marah.

6. Ketika melakukan thawaf dengan menaiki unta, Rasulullah SAW pernah tidak mencium batu Hajar Aswad, tetapi menyentuhnya dengan tongkat (HR. Bukhori Juz 2 no 677). Jika saat itu Nabi SAW menyembahnya, mana mungkin beliau berani menyentuh Tuhannya denagn sebatang tongkat.

7. Teladan Rosul juga diikuti oleh para sahabat. Dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh HR. Bukhori Muslim yang berbunyi :

عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ رَأَيْتُ عُمَرَ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ

“Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari). Jikalau Hajar Aswad adalah Alloh, tentu saja Nabi SAW akan marah dan menyangkal perkataan sahabat Umar.