2 Novel Karya Habiburrahman El Shirazy yang Menggugah Jiwa

Mengubah dunia tidak harus dengan melakukan hal besar seperti menggelontorkan dana ratusan milyar untuk kegiatan sosial. Namun mengubah dunia bisa dilakukan dengan apapun yang menjadi pasion kamu.

Seperti halnya Habiburrahman El Shirazy. Seorang tokoh yang memiliki segudang prestasi sejak muda ini telah mengubah dunia dengan tulisan.

Ya hanya dengan tulisan. Mungkin orang-orang menganggap bahwa profesi seorang penulis sama halnya dengan pekerja serabutan yang tidak jelas penghasilan dan masa depannya.

Namun, Kang Abik begitu akrab disapa telah membuktikan bahwa dengan tulisan tak hanya membuatnya kaya, namun juga mencerahkan banyak orang hingga menembus batas ruang dan waktu.

Berikut ini 2 novel terbaik karya Kang Abik yang membangun jiwa.

Ayat-Ayat Cinta

www.fanpop.com

Novel Ayat-Ayat Cinta membuat nama Kang Abik meledak. Terlebih saat novel ini diangkat ke layar lebar. Perhatian masyarakat tiba-tiba tertuju pada sosok Fahri.

Film ini dirilis pada 28 Februari 2008. Serangkaian kisah menyentuh hati berdurasi 120 menit ini digawangi oleh Hanung Bramantyo.

Sebuah film percintaan yang tak hanya mengisahkan kisah cinta picisan yang cengeng dan lebay. Namun kisah cinta yang disajikan syarat dengan nilai-nilai Islam yang kental dan menggugah.

Tokoh utama film ini adalah Fahri bin Abdillah. Ia adalah seorang mahasiswa miskin asal Indonesia yang dilahirkan sebagai anak petani dan berjuang menempuh gelar Master di Al Azhar. Ia adalah pemuda sholih yang lurus dan sama sekali tak mengenal pacaran.

Sebenarnya ia menaruh hati kepada Nurul, anak seorang kyai yang juga sedang menuntut ilmu di Al Azhar. Namun Fahri cukup tau diri bahwa anak petani tak pantas untuk menikahi anak kyai.

Alhasil Fahri sama sekali tak berani menyatakan perasaannya. Begitu juga dengan Nurul yang hanya menebak-nebak apa yang sebenarnya ada di dalam hati pemuda pujaannya tersebut.

Namun, kisah cinta selanjutnya bukan tentang Fahri dan Nurul. Kisah cinta segitiga antara Fahri, Maria (tetangga flat Fahri penganut kristen koptik yang mengagumi Al Qur’an), dan Aisha (istri Fahri yang berparas jelita, cerdas, dan kaya raya).

Akar dari kisah cinta yang rumit ini sebenarnya karena tokoh antagonis tetangga flat Fahri yang bernama Nouro.

Tokoh Aisha di film inilah yang kemudian mengubah mindset masyarakat bahwa jilbab tak selalu identik dengan teroris. Aisha adalah muslimah bercadar istri pertama Fahri. Aisha memiliki akhlak sangat mempesona.

Bahkan mengizinkan suaminya untuk menikahi Maria. Jilbab dan poligami yang saat itu dianggap sangat tabu di angkat dengan gamblang oleh Kang Abik.

Masyarakat mulai menerima jilbab sebagai simbol ketaatan. Banyak muslimah yang kemudian sadar untuk menutup aurat. Kabarnya novel ini telah memberikan royalti kepada Kang Abik lebih dari 1,5 Milyar.

Ketika Cinta Bertasbih

www.icanhear.wordpress.com

Ketika Cinta Bertasbih merupakan novel karya Kang Abik yang diterbitkan 2 jilid. Novel ini diterbitkan pada tahun 2007. Kemudian difilmkan pada tahun 2009.

Siapa sangka bahwa tokoh utama pada novel ini pada akhirnya hanya berprofesi sebagai tukang bakso. Namun bakso unik yaitu dengan bentuk cinta.

Azzam sang tokoh utama mahasiswa di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir. Dia pemuda dewasa, tegas, dan sangat kuat memegang prinsip-prinsip Islam.

Selain berkuliah, Azzam sebagai tulang punggung keluarganya yang tinggal di Solo juga harus bekerja keras mencari nafkah. Dia bekerja sebagai pembuat tempe, pembuat bakso, dan makanan-makanan Indonesia lainnya di Kairo.

Karena terfokus bekerja, kuliahnya sedikit terbengkalai. Bahkan Furqon, teman kuliahnya dari keluarga kaya hampir menyelesaikan S2. Sedangkan Azam masih belum menyelesaikan S1.

Kisah cinta dimulai antara Azzam dan Eliana. Eliana adalah seorang yang sempurna secara fisik dan merupakan anak dari Duta Besar.

Namun, ia yang merupakan lulusan Universitas Jerman tak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang dipegang teguh oleh Azzam.

Hingga pada akhirnya Azzam menikah dengan Ana Altafunisa, anak Kyai Lutfi di Klaten. Meskipun Ana pernah menikah dengan Furqon, namun ia masih perawan.

Novel ini memberikan pelajaran bahwa perjuangan dalam hidup memang tidak mudah. Namun, kita harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.