Mungkin nama Abu Ubaid masih asing bagi kebanyakan orang. Biografinya sering luput di antara ulama besar lainnya yang sezaman dengan beliau. Tulisannya pun mungkin hanya sebagian kecil yang masih mengingatnya. Tetapi, tahukah kamu bahwa seorang yang disebut Bapak Ekonomi Modern, Adam Smith, pernah ‘tunduk’ pada karyanya? Oleh karena itu kita akan membahas tentang salah satu ilmuwan ekonomi muslim ini.
Ahmad ibn Hambal adalah orang yang selalu bertambah kebaikannya setiap hari. Ulama sekaliber Imam Syafi’I pun berkomentar bahwa sahabatnya itu paling fasih berbahasa Arab dibanding ulama yang lain. Dan Ishaq pun berkata :
“Abu Ubaid adalah yang terpandai diantara aku, Syafi’I, dan Ahmad ibn Hambal”. Begitulah pernyataan Ishaq, ulama yang pada masanya paling kuat hafalannya.
Dalam pandangan Qudâmah Assarkhâsy, “di antara Syafi’i, Ahmad Ibn Hambal, Ishaq, dan Abu Ubaid, maka Syafi’i merupakan orang yang paling kompeten di bidang fikih (faqih), Ibnu Hambal paling wara’ (hati-hati), Ishaq paling huffadz (kuat hafalannya) dan Abu Ubaid yang paling pandai bahasa Arab (ahli Nahwu)”.
Nama lengkap beliau adalah Abu Ubaid al-Qasim ibn Salam ibn Miskin ibn Zaid al-Azdhi. Bapaknya adalah budak milik seorang warga Harah. Beliau ini banyak menggunakan waktunya untuk menulis dan berkarya. Sehingga menurut Abû ‘Ubaid, satu hari menulis itu lebih utama baginya dari pada menggoreskan pedang di jalan Allah. Berdasarkan kesaksian Abu Bakar ibn Anbari, Beliau membagi malamnya menjadi tiga bagian. Pertama untuk tidur, kedua untuk qiyamullail, dan terakhir untuk menulis.
Ulama cendekiawan ini hidup sezaman dengan para Imam besar seperti Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal. Posisi sejajarnya ini menjadikan Abû ‘Ubaid seorang mujtahid yang mandiri dalam artian tidak dapat diidentikkan pada satu mazhab tertentu.
Perawakan Abu Ubaid adalah berambut pirang dan berjenggot lebat. Beliau kelahiran Khurasan tahun 154 H ini dan telah menciptakan puluhan karya dalam bidang ilmu Nahwu, Qiraat, Fiqih, Syair, dan lainnya. Di antara banyak karyanya itu, salah satu yang paling populer merupakan Kitab Al-Amwal. Hebatnya, kitab klasik yang sampai detik ini masih relevan dengan ekonomi modern sekarang.
Kitab Al-Amwal yang secara definisi berarti harta atau kekayaan, banyak membicarakan masalah keuangan publik (istilah ekonomi modern: kebijakan fiskal dan moneter). Sumber inspirasi Abu Ubaid adalah kehidupan ekonomi zaman Rasulullah dan para sahabat yang banyak menerapkan kaidah maqashid syariah. Beberapa masalah yang diulas Abu Ubaid dalam Al-Amwal seperti fungsi pemerintah dalam mengelola ekonomi, sumber keuangan suatu negara, sampai hal-hal yang mikro seperti hak yang didapatkan orang yang bisa menghidupkan tanah mati dan menjadikannya produktif.
Bisa kita gambarkan bagaimana pada 154 Hijriyah di mana masalah ekonomi belum sekompleks sekarang, seorang Ulama telah banyak memikirkannya terlebih dahulu tentang sumber-sumber keuangan suatu negara, bagaimana seharusnya negara membelanjakan dananya (anggaran fiskal), fungsi uang dalam negara, sampai pengelolahan sistem pertanahan (keadilan bagi pemilik dan pengelola tanah).
Kepintaran ulama keturunan Byzantium ini dalam memecahkan masalah ekonomi makro banyak menginspirasi Adam Smith, Bapak Ilmu Ekonomi Kapitalis. Master piece-nya yang berjudul Wealth of Nations banyak mengutip dari Al-Amwal-nya Abu Ubaid yang juga membahas yang sama dan ditulis ratusan tahun sebelum lahirnya Adam Smith apalagi Wealth of Nations.
Wajarlah jika kemudian Ibnu Robuhah berkata “Kita memerlukan orang seperti Abu Ubaid tetapi Abu Ubaid belum tentu membutuhkan kita”. Kita harus bersyukur dan bangga terhadap beliau, Abu Ubaid.