Seorang mukmin meyakini 6 rukun iman yang salah satunya adalah iman kepada nabi dan rasul. Nabi adalah seorang laki-laki yang mendapat wahyu dari Allah SWT namun tidak wajib menyebarkan wahyu tersebut kepada orang lain. Adapun Rasul adalah seorang laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan wahyu tersebut kepada orang lain.
Setidaknya ada 25 Nabi dan Rasul yang harus diketahui oleh seorang muslim, meskipun sebenarnya ada lebih banyak lagi jumlah nabi. Para Rasul ini bergelar Alaihis-Salam (AS), khusus untuk Nabi Muhammad gelarnya Shalallahu ‘Alaihi wa Salam (SAW). 25 Nabi dan Rasul tersebut diketahui namanya dari ayat-ayat Al-Quran. Berikut daftar dan kisah singkatnya.
Adam Alaihis-Salam
Setelah Allah menciptakan alam semesta, langit, matahari, bumi beserta isinya, juga malaikat dan jin, Ia kemudian menciptakan Nabi Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah yang ditiupkan nyawa kepadanya. Nabi Adam merupakan cikal bakal adanya peradaban manusia di muka bumi. Kisah penciptaan Nabi Adam terdapat dalam QS. Al-Hijr: 26-29.
Para malaikat sempat khawatir denga penciptaan manusia ini. Mereka takut jikalau makhluk tersebut akan berbuat kerusakan. Namun Allah menegaskan kepada para malaikat bahwa Ia Maha Mengetahui segala sesuatu. Ia tidak menciptakan manusia untuk sebuah kesia-siaan. Terbukti, Adam mengetahui nama-nama benda yang tidak diketahui oleh para malaikat. Kisah kekhawatiran para malaikat ini dapat dibaca pada QS. Al-Baqarah: 30-33.
Allah kemudian memerintahkan kepada jin dan malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam. Sujud ini sebagai tanda penghormatan, bukan penghambaan. Namun, terdapat satu makhluk yang tidak menaati perintah ini yaitu Iblis. Iblis merasa dirinya lebih baik dari Adam karena ia diciptakan dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Akibatnya, iblis diusir dari surga. Kesombongan iblis diceritakan dalam banyak ayat Al-Quran, salah satunya QS. Al-Hijr: 26-40.
Allah menciptakan pasangan hidup Adam yaitu Hawa. Berdua mereka tinggal di surga hingga iblis melancarkan serangan balas dendam. Sesuai janjinya ia melakukan tipu daya terhadap manusia. Adam dan Hawa termakan bujuk rayu iblis hingga memakan buah terlarang. Keduanya merasa berdosa sehingga memohon ampun kepada Allah dan bertaubat. Allah menerima pertaubatan mereka namun Adam dan Hawa diturunkan ke bumi sebagai balasan perbuatan mereka. Sejak saat itu manusia menjadi penghuni bumi. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Al-Baqarah: 35-38.
Idris Alaihis-Salam
Nabi Idris merupakan keturunan dari Qabil dan Iqlima (putra-putri Nabi Adam). Nabi Idris adalah orang pertama yang menerima wahyu melalui Malaikat Jibril, ketika berumur 82 tahun. Tak ada informasi tentang lokasi pasti mengenai kehidupannya. Ada yang menyebut daerah Munaf, Mesir. Ada pula yang menyebut Babilonia. Namun yang pasti Idris sejak kecil belajar tentang banyak ilmu dari Nabi Syis (Putra Nabi Adam) yang kepadanya telah diturunkan wahyu kenabian.
Dalam kitab Tarikh al-Hukama disebutkan bahwa Idris bernama Hurmus Al-Haramisah. Namanya berasal dari bahasa Yunani, Armia. Kemudian diistilahkan menjadi bahasa arab Hurmus. Dinamakan Hurmus karena ia ahli dalam ilmu perbintangan, dan dinamakan Idris karena ia pandai menulis dan suka belajar (daras). Dalam bahasa Ibrani, namanya adalah Khunukh atau diistilahkan dalam bahasa arab menjadi Akhnukh. Penjelasan ini terdapat dalam buku Ibn Katsir, Al-Maghluts, Afif Abdul Fatah, Ahmad Bahjat (Sejarah Nabi-nabi dalam Al-Qur’an) dan lainnya.
Dialah manusia pertama yang pandai baca tulis dengan pena, ia dianggap pula sebagai penemu tulisan dan alat tulisnya. Kepada Idris lah Allah memberikan 30 sahifah yaitu suhuf lembaran-lembaran ajaran Tuhan, berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya.
Nabi Idris ialah orang pertama yang pandai memotong dan menjahit pakaiannya. Orang-orang sebelumnya konon hanya mengenakan kulit binatang secara sederhana dan apa adanya untuk dijadikan penutup aurat. Ia juga pandai merawat kuda, ilmu perbintangan (falaq), sampai ilmu berhitung/matematika. Ia mendapat gelar kehormatan Asadul Usud (singa di atas segala singa) atas sikap gagah beraninya yang tidak takut mati ketika berdakwah kepada anak-cucu Qabil yang saat itu berada dalam kesesatan.
Terdapat empat ayat yang berhubungan dengan Nabi Idris dalam Al-Qur’an, yaitu QS. Maryam; 56-57 dan QS. Al-Anbiya’: 85-86. Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah satu surga selama Mi’raj. Diriwayatkan dari Abbas bin Malik, “… Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, di sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), “Ini adalah Idris; berilah dia salammu.” Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, “Selamat datang, wahai saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.” sebagai balasan salamnya kepadaku.” (Sahih Bukhari, 5:58:227)
Nuh Alaihis-Salam
Nabi Nuh adalah keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari kakek-kakek kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Nama-nama ini diketahui dari QS. Nuh: 23.
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung mereka dalam rangka penghormatan dan sebagai peringatan terhadap mereka. Seiring berjalannya waktu, lama-lama timbul beragam dongeng dan khurafat yang menyebutkan bahwa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus. Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh AS untuk membawa ajaran ilahi kepada kaumnya.
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah/beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa, memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya. Kaumnya tidak beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seratus orang. Menghadapi kondisi demikian, Nabi Nuh berdoa kepada Allah yang diabadikan dalam QS. Nuh: 26-27, ““Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan.”
Menjawab doa tersebut, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat kapal sebab akan didatangkan banjir besar untuk membinasakan kaum kafir. Ia mendapat ejekan dari kaum kafir ketika membuat kapal tersebut, namun hal itu tidak membuatnya berhenti bekerja. Hingga datanglah hari yang dijanjikan, banjir besar datang menggulung seluruh isi bumi. Hanya Nabi Nuh, pengikutnya yang beriman kepada Allah, dan beberapa hewan saja yang selamat karena berada dalam bahtera Nabi Nuh. Anak Nabi Nuh yang bernama Kan’an ikut tenggelam dalam gelombang banjir karena kedurhakaannya.
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surat di antaranya QS. Nuh: 1 – 28 dan QS. Hud: 27-48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.
Hud Alaihis-Salam
Nabi Hud merupakan keturunan dari suku ‘Aad yang hidup di jazirah Arab, di suatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba. Mereka dikaruniai oleh Allah tanah yang subur, dengan sumber-sumber air yang memudahkan mereka bercocok tanam.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya, suku ‘Aad, kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Bagi kaum ‘Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan sesuatu yang tidak pernah mereka dengar. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Kaum ‘Aad pun membangkang ajakan Nabi Hud.
Pembalasan Allah terhadap kaum ‘Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Nabi Hud berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah dan Allah akan menghilangkan siksaan itu jika mereka mau beriman kepada-Nya. Akan tetapi mereka tidak percaya dan justru pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan.
Lalu datang azab kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena mengira bahwa hujan akan segera turun mengakhiri masa kekeringan. Nabi Hud berkata bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin topan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh. Benarlah, angin topan datang memporak-porandakan tempat mereka. Kaum kafir berlarian tak tentu arah. Adapun Nabi Hud dan para pengikutnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum ‘Aad, pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya. Ia berhijrah ke Hadramaut, di sana ia menghabiskan sisa hidupnya hingga wafat dan dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat kurang lebih 50 km dari kota Siwun. Tempat tersebut selalu dikunjungi para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Syaaban.
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surat di antaranya QS. Hud: 50-60 , Al-Mukminun: 31-41, Al-Ahqaf : 21-26, dan Al-Haaqqah: 6 ,7 dan 8.
Shaleh Alaihis-Salam
Nabi Shaleh diutus kepada kaum Tsamud yaitu suatu suku yang oleh ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama ” Alhijir ” terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku ‘Aad yang telah habis binasa disapu angin topan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud. Sama seperti Kamu ‘Aad, Kaum Tsamud juga menyembah berhala, berqurban kepadanya, meminta perlindungan dari segala bala dan musibah kepadanya, dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan juga kepadanya.
Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Shaleh kepada mereka untuk menyembah Allah. Dia telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang dikeluarkan dari celah batu dengan izin Allah. Hal itu untuk menunjukkan kebesaran Allah kepada kaum Tsamud.
Malangnya, kaum Tsamud masih mengingkari ajaran Nabi Shaleh, mereka membunuh unta betina tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang amat dahsyat yaitu dengan satu tempikan dari Malaikat Jibril yang menyebabkan tubuh mereka hancur tercerai-berai.
Kisah Nabi Shaleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya QS. Al-A’raaf: 73-79, Hud: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.
Ibrahim Alaihis-Salam
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh lahir di sebuah tempat bernama Faddam, A’ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Gelarnya yaitu Khalilullah (Sahabat Allah). Ia memiliki 2 orang putra yang di kemudian hari menjadi seorang nabi pula, yaitu Ismail dan Ishaq. Bersama anaknya, Ismail, Ibrahim terkenal sebagai pembangun Ka’bah.Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Nabi Ibrahim hidup di wilayah Kerajaan Babilon pada saat pemerintahan raja yang zalim, yaitu Namrudz bin Kan’aan. Semasa remaja, Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya. Namun ia sebenarnya tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu. Menurutnya, berhala itu tidak berguna. Hal ini mengantarkannya pada pemikiran tentang Tuhan. Pada waktu malam, ia melihat sebuah bintang lalu ia berkata, “Inikah Tuhanku?” Apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula, “Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang”. Apabila dilihatnya bulan terbit dia berkata, “Inikah Tuhanku?” Apabila bulan itu terbenam, berkatalah dia, “Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya menjadilah aku dari kaum yang sesat”. Apabila dia melihat matahari terbit, berkatalah dia: “Inikah Tuhanku? Ini lebih besar”. Apabila matahari terbenam, dia berkata pula, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)”.
Salah satu mukjizat Nabi Ibrahim yaitu ia dapat menghidupkan burung yang telah mati. Saat itu ia ingin meyakinkan dirinya bahwa ia telah berada di jalan yang benar yaitu jalan tauhid, sehingga ia memohon kepada Allah untuk ditunjukkan bagaimana Ia bisa menghidupkan makhluk yang sudah mati. Allah mengabulkan permintaan tersebut dengan memberi perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menghancurkan empat burung ke dalam potongan-potongan kecil dan meletakkannya di empat bukit yang berbeda lalu memanggil keempat burung itu. Maka nyatalah kekuasaan Allah swt, keempat burung itu kembali pada Nabi Ibrahim dalam kondisi hidup. Kisah ini terdapat dalam dalam QS. Al-Baqarah: 260.
Nabi Ibrahim pertama-tama menyerukan tauhid kepada ayahnya, Aazar. Menurut riwayat, Aazar adalah ayah angkat Nabi Ibrahim yang merupakan pamannya. Namun seruannya ini ditolak oleh Aazar. Ia juga mengalami penolakan dari kaumnya. Ia kemudian mengatur tipu muslihat. Tradisi kaumnya adalah pergi bersama-sama selama berhari-hari pada perayaan yang mereka anggap keramat. Ia berpura-pura sakit agar tidak mengikuti perayaan mereka. Ketika sedang sendirian di kotanya ia membawa kapak dan menuju tempat peribadatan kaumnya yang telah ditinggalkan penjaga dan juru kuncinya. Ia kemudian menebas semua patung tersebut dan menyisakan sebuah patung yang paling besar, dikalungkannya kapak yang ia bawa ke leher patung tersebut.
Sudah dapat dipastikan, Raja Namrudz murka mendapati patung-patung berhalanya hancur. Tidak ada tersangka lain kecuali Nabi Ibrabim sehinga ia pun diadili di hadapan seluruh penduduk negeri. Ketika ditanya Raja Namrudz apakah ia yang menghancurkan patung-patung berhala itu, Nabi Ibrahim dengan tenang menjawab, “Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Coba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya.”
Raja Namrudz pun terdiam sejenak. Kemudian berkata, ” Engkau ‘kan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?”
Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja Namrudz itu, ”Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya dipahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan memberimu kuasa kepada kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hinanya kamu dengan persembahan kamu itu.”
Raja Namrudz semakin murka mendengar jawaban Nabi Ibrahim. Ia kemudian memerintahkan prajuritnya untuk membakar hidup-hidup Nabi Ibrahim. Namun, Allah kembali menunjukkan kuasa-Nya. Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api yang menyala-nyala. Tubuhnya tidak terbakar sama sekali. Penduduk yang mendapat hidayah akhirnya menjadi pengikut Nabi Ibrahim. Kisah Nabi Ibrahim dan patung-patung itu dapat dibaca pada QS. Al-Anbiya’: 51-61.
Luth Alaihis-Salam
Nabi Luth adalah keponakan dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Haran (Abara’an) bin Tareh adalah saudara kandung dari Ibrahim, ayahnya kembar dengan pamannya yang bernama Nahor. Silsilah lengkapnya adalah Luth bin Haran bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Ia mengikuti ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim dan mendampinginya dalam semua perjalanan. Sewaktu di Mesir, mereka bekerja sama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik, binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan. Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik mereka dibagi dua, kemudia berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Ia pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sodom.
Kaum Sodom tenggelam dalam maksiat. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks (liwat) di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.
Lalu Allah mengirimkan kepadanya tiga orang malaikat yang menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Ishaq, dan memberitahu kepada keduanya bahwa mereka adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Kedatangan tamu-tamu ini menarik perhatian kaum Sodom yang memang menyukai sesama jenis. Kaum Sodom mendatangi rumah Nabi Luth as bermaksud ingin berbuat maksiat dengan tamu-tamunya yang tampan rupawan. Tentu Nabi Luth yang saat itu belum mengetahui identitas asli para tamunya merasa kalut karena tidak bisa memberi perlindungan kepada mereka dari kaum Sodom yang rusak moralnya. Saat kaum Sadum bertindak di luar kendali dengan berusaha mendobrak pintu rumah Nabi Luth, akhirnya para malaikat itu menunjukkan jati diri mereka dan memintanya untuk membukakan pintu bagi mereka. Ketika pintu terbuka, Kaum Sodom menjadi buta matanya.
Saat para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau, saling berbenturan, dan berteriak apa gerangan yang menjadikan mereka buta, para malaikat berseru kepada Nabi Luth agar segera meninggalkan perkampungannya bersama keluarganya, karena telah tiba masanya untuk menimpakan azab Allah. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya, ketika sedang berjalan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.
Tengah malam, Nabi Luth keluar dari rumahnya bersama seorang istri dan dua putrinya. Mereka berjalan cepat menuju ke luar kota, tidak menoleh kanan-kiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Namun, istri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth berada di belakang rombongan Nabi Luth, berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya. Ketika langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sodom, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sodom, tidak terkecuali istri Nabi Luth yang munafik itu. Lalu terjadi gempa bumi dan hujan batu menimpa mereka. Musnah sudah Kaum Sodom.
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surat di antaranya QS. Al-Anbiyaa: 74-75 , Asy-Syu’ara: 160-175 , Hud: 77- 83, Al-Qamar: 33-39, dan At-Tahrim: 10.
Ismail Alaihis-Salam
Ismail adalah putera dari Ibrahim dan Hajar. Ismail berasal dari dua kata yaitu isma’ (dengarkan/استمع) dan al/il (Tuhan/ايل), yang artinya “Dengarkan (doa kami wahai) Tuhan.”
Nabi Ibrahim hijrah dari Mesir ke Palestina bersama Sarah dan hajar, istrinya. Ketika Hajar sedang mengandung Ismail, kehamilannya itu ia sembunyikan lantaran tidak enak hati kepada Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim yang tak kunjung hamil. Hajar merupakan dayang yang dinikahi Ibrahim atas permintaan Sarah. Kabar kehamilan Hajar akhirnya terbongkar, sehingga Nabi Ibrahim terlihat lebih banyak menghabiskan waktu bersama Hajar terutama ketika Ismail lahir. Hal ini menimbulkan kecemburuan Sarah. Merasa tidak tahan hati jika melihat Hajar, Sarah meminta pada Nabi Ibrahim supaya menjauhkan Hajar dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.
Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim, Allah swt mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah dipenuhi. Maka dijauhkanlah Ismail dan Hajar dari Sarah. Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah, membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang pasti. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya.
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan, tibalah mereka di Makkah. Unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya di sana, maka di situlah ia meninggalkan Hajar bersama putranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering. Merasa cemas, Hajar memohon kepada Nabi Ibrahim dengan mencengkeram bajunya agar ia dan anaknya tidak ditinggalkan di tanah tandus tersebut. Nabi Ibrahim as tidak punya pilihan lain. Meskipun hatinya berat, ia tetap meninggalkan Hajar dan Ismail di sana dan berkata kepada Hajar agar dirinya senantiasa meminta pertolongan kepada Allah swt. Suatu hari, ketika perbekalan telah habis, Hajar berlari bolak-balik dari Shafa – Marwa demi mencari sumber air bagi Ismail. Hal itu terjadi karena gejala alam, fatamorgana. Tanpa disangka, air yang ia cari ternyata berada di bawah kaki Ismail. Itulah cikal bakal air zam-zam yang kini menjadi sumber mata air tiada habisnya. Kisah Hajar dan Ismail yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim terdapat dalam doa Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam QS. Ibrahim: 37.
Nabi Ibrahim sering mengunjungi Hajar dan Ismail di Makkah untuk mengobati kerinduannya. Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail putranya. Bagi seorang Nabi, mimpi adalah salah satu cara Allah menurunkan wahyu-Nya, maka mimpi itu juga berarti sebagai perintah Allah yang harus ia laksanakan. Ia ungkapkan mimpi itu kepada Ismail. Nabi Ismail sebagai anak yang sholih dan sangat taat kepada Allah serta berbakti kepada orang tuanya, tanpa ragu-ragu dan berpikir panjang mendukung ayahnya dengan berkata bahwa ia siap disembelih.
Saat hari penyembelihan tiba, diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata Nabi Ibrahim tergenang air. Dengan mata terpejam, parang diletakkan pada leher Ismail dan penyembelihan dilakukan. Akan tetapi parang yang tajam itu ternyata menjadi tumpul di leher Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Nabi Ibrahim mencoba penyembelihan untuk kali kedua, dan masih gagal. Lalu turun firman Allah yang menyatakan bahwa mereka berdua telah lulus dalam ujian keimanan. Sebagai tebusan ganti nyawa Ismail yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor domba yang telah tersedia di sampingnya. Inilah cikal bakal kewajiban berqurban bagi umat Islam. Kisah Nabi Ismail yang hendak disembelih ini dapat dibaca dalam QS Ash-Shaffat: 102-107.
Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Mereka berdua pun melaksanakan perintah tersebut. Bangunan Baitullah yang dibuat oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memiliki tinggi bangunan 9 (sembilan) hasta, panjangnya dari Hajar Aswad hingga Rukun Syami adalah 32 hasta, lebarnya dari Rukun Syami ke Rukun Gharbi 22 hasta, panjang dari Rukun Gharbi ke Rukun Yamani 31 hasta, dan lebar dari Rukun Yamani ke Hajar Aswad adalah 20 hasta. Rukun yang dimaksud di sini secara harfiah artinya sudut atau pojok. Nabi Ibrahim membuat pintu Ka’bah sejajar dengan tanah dan tidak dibuatkan daun pintunya. Pintu Ka’bah baru dibuat oleh Tuba Al-Humairi, seorang penguasa dari Yaman, dan pintunya ditinggikan dari tanah.
Ishaq Alaihis-Salam
Nama Ishaq berasal dari bahasa Yahudi Yiṣḥāq yang berarti tertawa/tersenyum. Kata itu didapatkan dari ibunya, Sarah yang tersenyum tidak percaya ketika mendapatkan kabar gembira dari malaikat Jibril sebab kala itu sedikit sekali kemungkinan baginya untuk hamil karena usianya sudah senja.
Ishaq adalah putra kedua Nabi Ibrahim setelah Ismail. Ia merupakan orang tua dari Nabi Yaqub. Ishaq diutus untuk masyarakat Kan’aan di wilayah Al-Khalil Palestina. Kisah Nabi Ishaq sangat sedikit diceritakan dalam Al-Qur’an. Nabi Ishaq disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 15 kali. Adapun keutamaan Nabi Ishaq disebutkan 9 kali dan kenabian Ishaq 10 kali. Dikatakan bahwa ia memiliki 2 anak dan meninggal di Alkhalil Hebron Palestina.
Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Quran kecuali dalam beberapa ayat di antaranya adalah QS. Hud: 69 – 74, Maryam: 49, Ash-Shaffat: 112 dan 113.
Ya’qub Alaihis-Salam
Ya’qub (sekitar 1837-1690 SM) ialah salah seorang Rasul yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM. Ia memiliki 12 anak yang kemudian hari dikenal sebagai leluhur suku Israel.
Nabi Ya’qub wafat di Alkhalil Hebron Palestina. Kisah Ya’qub tidak terdapat dalam Al-Quran secara tersendiri, namun disebut-sebut nama Ya’qub dalam hubungannya dengan Ibrahim, Yusuf dan nabi lainnya.
Yusuf Alaihis-Salam
Nabi Yusuf adalah putera ke-7 dari 12 putra-putri Nabi Ya’qub. Ia dikaruniai Allah paras tampan dan tubuh yang tegap. Ia adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutama setelah ditinggal wafat ibu kandungnya yaitu Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun. Perlakuan istimewa sang ayah kepada Yusuf menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya sehingga mereka melakukan tipu muslihat untuk menyingkirkannya dari rumah.
Ketika saudara-saudaranya mengatur strategi penyingkiran Yusuf pada malam hari, saat itu pula Yusuf mendapat mimpi tentang sebelas bintang, matahari, dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya. Yusuf bersegera memberitahukan mimpinya kepada sang ayah yang kemudian menasihatinya untuk tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya. Kisah mimpi Yusuf yang ini dapat dibaca pada QS. Yusuf: 4-10.
Keesokan paginya, saudara-saudara Yusuf meminta izin kepada sang ayah untuk membawanya pergi berekreasi. Permintaan ini tidak serta merta disetujui sang ayah karena ia khawatir Yusuf akan diterka binatang buas. Namun, saudara-saudara Yusuf berhasil meyakinkan sang ayah bahwa mereka akan menjaganya mereka dengan baik. Ketika sudah berada jauh dari rumah, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya sendiri. Mereka pulang dengan sedikit sobekan baju Yusuf dan berkata kepada sang ayah bahwa Yusuf telah mati diterkam binatang buas. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Yusuf: 11 – 18.
Yusuf mencoba menyelamatkan dirinya sendiri dengan berteriak minta tolong. Suara teriakannya didengar oleh kafilah yang saat itu melintasi sumur tempatnya berada. Ia pun berhasil keluar dari dalam sumur dan menjadikannya sebagai budak. Namun, kafilah tersebut menjual Yusuf dengan harga murah karena mereka khawatir jika orang lain tahu bahwa Yusuf mereka temukan di dalam sumur. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Yusuf: 19-21.
Yusuf di tempat barunya menjalankan pekerjaan rumahan dengan tangkas dan cermat. Suatu ketika ia mendapat godaan dari Zulaikha, istri dari tuannya. Zulaikha memanggil Yusuf ke dalam biliknya lalu mengunci rapat pintu bilik tersebut. Yusuf yang sebenarnya juga berhasrat terhadap Zulaikha menolak ajakan wanita itu karena dirinya ingat akan azab Allah. Ketika hendak pergi dari bilik kamar Zulaikha, bagian belakang bajunya koyak karena ditarik Zulaikha. Tepat pada saat itu tuannya pulang. Demi menutupi rasa malu, Zulaikha melakukan fitnah terhadap Yusuf. Dikatakannya bahwa Yusuf secara kurang ajar masuk ke dalam biliknya. Hal ini mengakibatkan Yusuf dijebloskan ke dalam penjara, meskipun terbukti bahwa ia tidak bersalah. Kisah ini dapat dibaca pada QS. 22-35.
Saat berada di penjara, Nabi Yusuf mendakwahi para narapidana agar mereka bertobat. Ia juga menakwilkan mimpi seorang narapidana sehingga Nabi Yusuf dikenal sebagai ahli tafsir mimpi. Kabar ini tersiar hingga kerajaan berkat seorang pelayan Raja yang dulunya adalah teman Nabi Yusuf di dalam penjara. Raja yang membutuhkan seorang tafsir mimpi kemudian membebaskan Nabi Yusuf. Sejak saat itu, nama baik Nabi Yusuf bersih dari fitnah keji Zulaikha. Tafsirnya tentang mimpi Raja juga menjadi nyata, sehingga ia dipercaya memangku jabatan di kerajaan. Kisah ini dapat dibaca pada QS. 43-57.
Musim paceklik datang, saudara-saudara Nabi Yusuf datang ke kerajaan untuk mencari bantuan makanan. Namun, mereka tidak sadar bahwa adik merka, Nabi Yusuf yang dulu mereka buang ke sumur kini telah menjadi pejabat di kerajaan. Nabi Yusuf kemudian membuat tipu muslihat agar dirinya berjumpa kembali dengan ayahnya. Usahanya berhasil, Yusuf pun kembali bersatu dengan keluarganya. Kisah ini dapat dibaca selengkapnya pada QS. Yusuf: 58-101.
Ayyub Alaihis-Salam
Nabi Ayyub ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM dan namanya disebutkan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran. Ia mempunyai 26 anak dan wafat di Huran, Syam. Ia dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar ketika mendapatkan cobaan dari Allah.
Nabi Ayyub adalah seorang yang kaya, dermawan, dan taat kepada Allah. Hal ini menimbulkan kejengkelan pada diri iblis. Iblis melakukan seluruh tipu muslihat untuk menjauhkan Nabi Ayyub dari Allah. Atas izin Allah, iblis melakukan beragam cara sehingga Ayyub kehilangan semua harta bendanya. Hewan ternaknya mati bergelimpangan. Ladang dan kebunnya kering. Gedungnya terbakar habis dimakan api. Akibatnya, Ayyub yang berubah miskin dalam sekejap dijauhi oleh sahabat-sahabatnya. Namun, Nabi Ayyub tidak berbalik dari Allah, ia tetap beriman kepada-Nya.
Iblis kemudian melanjutkan serangannya. Ia menuju gedung yang di sana terdapat anak-anak Nabi Ayyub. Digoncangkannya gedung itu sehingga roboh. Nabi Ayyub kehilangan anak-anak yang sangat disayanginya. Namun, ia tidak berbalik dari Allah, ia tetap beriman kepada-Nya.
Iblis melancarkan serangannya kembali. Ia menaburkan benih penyakit pada diri Nabi Ayyub sehingga tubuhnya jatuh sakit. Diketahui bahwa sakitnya menular, maka ia semakin dijauhi oleh orang-orang. Nabi Ayyub terasing bersama dengan istrinya. Namun Nabi Ayyub tetap bersabar atas ujian yang dihadapinya. Merasa frustasi, Iblis mendekati istrinya agar ia meninggalkan suaminya yang berpenyakit itu. Sang istri termakan hasutan iblis sehingga ia berkata kepada Nabi Ayyub untuk berdoa kepada Allah agar kehidupan mereka kembali seperti sediakala, kaya dan terhormat. Namun Nabi Ayyub menolak permintaan itu karena ia merasa malu kepada Allah, ia telah hidup sejahtera selama 80 tahun sedangkan penderitaannya saat itu berlangsung 7 tahun saja. Sang istri kemudian ia usir dari rumah dan ia pun hidup sebatang kara. Meski demikian ia tidak berbalik dari Allah, ia tetap beriman kepada-Nya.
Iblis kalah, dan Nabi Ayyub mendapatkan balasan dari Allah atas kesabarannya yang luar biasa. Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya setelah minum dan mandi dengan air yang berasal dari hentakan kakinya. Istrinya yang dulu meninggalkannya pun kembali padanya karena hatinya iba. Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada istrinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan menemaninya saat hari-hari sulit. Sesuai firman Allah swt, Ayyub menunaikan sumpahnya untuk mencambuk istrinya yaitu dengan menggunakan cambuk seikat rumput sehingga sang istri tidak merasa kesakitan.
Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam QS. Shaad: 41-44 dan QS. Al-Anbiya’: 83-84.
Syu’aib Alaihis-Salam
Nabi Syu’aib diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur’an dan ia wafat di Madyan.
Dakwah Nabi Syu’aib disambut dengan ejekan dan olok-olok dari kaumnya. Mereka bahkan menantangnya untuk mendatangkan azab yang selalu didengungkan Nabi Syu’aib sebagai balasan terhadap orang-orang yang kafir. Akhirnya, mereka benar-benar ditimpa azab yang dimulai dengan hawa panas dan disusul dengan awan hitam yang menurunkan hujan api.
Nabi Syu’aib disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 17 kali yang terdapat dalam :
- Surat Al A’Raaf sebanyak 5 kali yaitu ayat 85, 88, 90, 92, dan 93.
- Surat Hud sebanyak 7 kali yaitu ayat 84, 85, 87, 88, 91, 92, dan 94.
- Surat Asy Syu’araa’ sebanyak 3 kali yaitu ayat 177, 1898, dan 189.
- Surat Al ‘Ankabuut sebanyak 2 kali yaitu ayat 36 dan 37.
Sementara untuk kisah Nabi Syu’aib disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 40 kali yang dibagi dalam:
- Keburukan kaum Syu’aib: Surat Al A’Raaf:85-86, Surat Hud:84-85, 87, 91-92, Surat Asy Syu’araa’:181-183.
- Diutus ke Ashabul-Aikah: Surat Al Hijr:78 dan Surat Asy Syu’araa’:178.
- Dakwah nabi Syu’aib kepada kaumnya: Surat Al A’Raaf:85-90, 93, Surat Hud:84, 86-87, 89-90, 92-93, Surat Asy Syu’araa’:176-184, Surat Al ‘Ankabuut:36.
- Cobaan nabi Syu’aib: Surat Al A’Raaf:87-90, Surat Hud:87-88 dan 91, Surat Asy Syu’araa’:176, 185-188, Surat Shaad:13, dan Surat Qaaf:14.
- Azab kaum Syu’aib: Surat Al A’Raaf:91-92, Surat At Taubah:70, Surat Hud:94-95, Surat Al Hijr:79, Surat Asy Syu’araa’:189, Surat Al ‘Ankabuut:37.
Musa Alaihis-Salam
Musa adalah anak Amram bin Kehat dari suku Lewi, anak Ya’qub bin Ishaq. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia dilahirkan di kalangan Bani Israil yang saat itu dipimpin oleh Fir’aun yang lalim.
Raja Fir’aun, melalui ajudannya membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir karena ia takut ramalan tentangnya menjadi kenyataan, yaitu adanya seorang laki-laki yang kelak akan menggulingkan kekuasaannya. Ibu Musa cemas ketika melahirkan Musa, hingga Allahmemerintahkannya untuk menghanyutkan bayinya di sungai Nil. Ibu Musa memasukkan bayinya ke dalam keranjang dan melaksanakan perintah itu dengan berat hati. Bayi dalam keranjang itu kemudian ditemukan oleh istri Fir’aun. Merasa belas kasih terhadap si bayi, ia memohon kepada Fir’aun untuk diperbolehkan merawatnya. Meskipun awalnya ragu, Fir’aun memperbolehkan bayi itu hidup di dalam istana. Istri Fir’aum kemudian mencarikannya ibu susu, lalu pilihannya jatuh pada seorang wanita yang ternyata adalah ibu kandung si bayi. Maka bayi itu kembali kepada ibunya, ia hidup bersamanya selama beberapa tahun. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Al-Qashsash: 4-13.
Setelah usai masa penyusuan, Musa kembali ke istana dan hidup sebagaimana anak raja. Musa sadar bahwa dirinya adalah anak angkat yang berasal dari Bani Israil yang tertindas. Oleh karena itu ia bertekad untuk menolong kaumnya itu. Maka ia pergi ke luar istana untuk menjalankan misinya. Di sebuah lorong, ia melihat seorang dari golongan Bani Israil dan seorang kaum Fir’aun sedang berkelahi. Ia berusaha menolong seorang Bani Israil yang berteriak minta tolong, tubuh seorang Bani Israil itu memang kalah jauh dibanding seorang kaum Firaun yang berkelahi dengannya. Malang, pukulan Musa kepada seorang kaum Firaun menyebabkan orang itu mati meskipun ia tidak berniat membunuhnya. Segera, ia beristighfar, memohon ampun kepada Allah swt. Tidak dapat dielakkan, Musa menjadi buronan Fir’aun. Ia pun berusaha menyelamatkan diri dengan meninggalkan kota Mesir.
Musa tiba di kota Madyan, di mana Nabi Syu’aib hidup di sana. Ia istirahat di bawah pohon, lalu ia melihat dua gadis yang sedang menggembala kambing. Kedua gadis itu tidak bisa mengambil air di sebuah sumber karena di sana penuh sesak. Maka Musa membantu kedua gadis itu untuk mengambil air sehingga kambing-kambing mereka mendapat air minum. Mendapat kebaikan dari Musa, ayah kedua gadis itu mengundangnya ke rumah. Ia bekerja padanya dengan mengurus pekerjaan rumah dan gembala. Setelah melihat sifat-sifat baik pada diri Musa, Syu’aib yang sudah lanjut usia menawarkan Musa untuk menjadi menantunya. Kisah dapat dibaca pada QS, Al-Qashash: 22 – 28.
Beberapa tahun kemudian, Musa yang rindu pada tanah airnya bertolak ke Mesir bersama istrinya. Dalam perjalanan, ia menerima wahyu. Saat itu di bukit Thur. Mukjizatnya berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular, tongkat ini dulunya diberikan oleh Nabi Syu’aib. Mukjizat kedua, Allah memerintahkan Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya sehingga tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit. Kisah ini ada pada QS. Taha: 9 – 23.
Nabi Musa melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Bukan hanya karena rindu tanah air, tetapi juga karena misi dakwah. Ia sempat ragu karena sebelumnya pernah membunuh seorang kaum Firaun. Lalu Allah menguatkannya dengan berfirman bahwa Allah akan selalu menjadi penolongnya. Kisah ini terdapat pada QS. Al-Qashash 33-35 dan QS. Taha: 42-47.
Sesampainya di istana Fir’aun, Nabi Musa yang disertai saudaranya, Harun, berdialog dengan Fir’aun. Ia menyerunya untuk menyembah Allah yang Esa dan membebaskan Bani Israil dari siksaannya. Namun, Fir’aun menolak seruan itu. Fir’aun menantang adu kekuatan. Maka pada hari yang disepakati keduanya beradu kembali. Fir’aun memanggil ahli sihirnya yang dapat mengubah tongkat menjadi ular ukuran normal. Nabi Musa melempar tongkatnya hingga berubah menjadi ular raksasa dan melahap semua ular milik ahli sihir. Tampaklah kekuasaan Allah, maka ahli sihir itu membenarkan Musa dan beriman kepada Allah. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Asy-Syu’araa: 18-51.
Musa melanjutkan dakwahnya. Fir’aun semakin berang, sehingga penyiksaannya terhadap bani Israil semakin menjadi-jadi. Tentang hal ini bisa dilihat pada QS. Al-A’raaf : 127-129 serta QS. Al-Mukmin : 28 – 33 dan 38 – 45.
Pengikut Nabi Musa semakin banyak ketika banjir besar melanda Mesir. Orang-orang berduyun-duyun mendatanginya untuk meminta pertolongan kenabiannya. Namun ketika musibah mereka telah berlalu, mereka berpaling dari Allah. Kisah ini bisa dibaca pada QS. Al-Mukmin: 26, Az-Zukhruf: 51-54, Yunus: 88-89, dan Al-A’raaf: 130-135.
Semakin hari, semakin berat siksaan Fir’aun atas Bani Israil. Maka mereka mendatangi Nabi Musa untuk meminta pertolongan agar membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa bersama bani Israil pergi berlari dari Mesir dalam kejaran pasukan Fir’aun. Tiba di Laut Merah, seakan mereka hendak terkejar. Lalu Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut sesuai perintah Allah. Laut itu terbelah sehingga Bani Israil dapat melewatinya. Fir’aun yang terus mengejar akhirnya mati tenggelam karena air laut kembali seperti semula ketika Nabi Musa memukulkan kembali tongkatnya ke laut. Kisah ini dapat dilihat pada QS. Taha: 77-79, Asy-Syu’araa: 60-68, dan Yunus:90-92.
Sebelum tiba di tanah yang dijanjikan, Bani Israil melihat kaum yang menyembah berhala sehingga mereka meminta kepada Nabi Musa untuk dibuatkan patung seperti itu. Tentulah hati Nabi Musa sedih karena kaumnya yang baru saja menerima pertolongan dari Allah justru segera berbalik dan hendak menyembah berhala kembali. Kisah ini ada pada QS. Al-A’raaf: 138- 140 dan 160, serta QS. Al-Baqarah: 61.
Nabi Musa kemudian bermunajat kepada Allah untuk mendapat kitab pedoman hidup. Ia mengajak 70 orang pilihan dan meninggalkan sebagiannya bersama saudaranya yang juga seorang nabi, Harun. Ia bergegas menuju bukit Thur, mendahului 70 orang kaumnya. Setibanya di bukit Thur, Nabi Musa diberi keistimewaan melihat Dzat Allah dan mendapatkan kitab Taurat. Kisah ini bisa dilihat pada QS. Taha: 83-84 dan QS. Al-A’raaf: 142-145.
Nabi Musa kembali kepada kaumnya. Namun alangkah kaget dirinya ketika mendapati kaumnya kembali menyembah berhala berupa patung anak lembu. Ia bahkan sempat menyalahkan Nabi Harun. Maka turun perintah Allah untuk berqurban sapi agar hilang penghambaan mereka kepada hewan tersebut. Kini kita dapati surat terpanjang di dalam Al-Qur’an adalah Al-Baqarah yang artinya sapi betina.
Bani Israil yang keras kepala juga menolak perintah untuk memasuki tanah Palestina karena di sana terdapat kaum Kan’aan yang lebih kuat dari mereka. Akibatnya, mereka mengembara tak tentu arah selama 40 tahun. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Al-Maidah: 20 – 26.
Suatu ketika, timbul kesombongan pada diri Nabi Musa. Saat itu ia ditanya seorang kaumnya, siapa orang terpandai di dunia ini. Tanpa ragu, ia menjawab orang itu adalah dirinya sendiri, Nabi Musa, sang utusan Allah. Demi menyadarkan Musa dari kelalaiannya, Allah memerintahkannya untuk berguru pada Nabi Khidir. kisah selengkapnya terdapat pada QS. Al-Kahfi: 60-82.
Pada masa Nabi Musa, hiduplah Qarun yang tamak. Kisahnya dapat dilihat pada QS. Qashash: 76-82 dan QS. Al-Ahzab: 69. Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama “Nabu”, di mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah suci yang dijanjikan (Palestina) namun tidak sampai memasukinya. Thalut, adalah generasi Bani Israil yang berhasil memasuki tanah Palestina dan meneruskan perjuangan Nabi Musa.
Harun Alaihis-Salam
Harun adalah salah seorang nabi yang telah diminta oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu dakwahnya. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada para Fir’aun Mesir dan Bani Israil. Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Musa. Ia yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman, dan Qarun. Namanya disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran.
Ketika Nabi Musa bermunajat kepada Allah selama 40 hari, ia meminta Harun untuk menjaga Bani Israil agar mereka tetap pada pendirian mereka yaitu menyembah Allah. Namun, sebagian mereka menyekutukan Allah dengan menyembah patung anak lembu buatan Samiri yang terbuat dari emas. Nabi Harun sudah mengingatkan mereka bahwa perbuatan itu adalah dosa besar, tetapi kaumnya bebal.
Selepas bermunajat, Nabi Musa marah kepada Nabi Harun karena mendapati kaumnya kembali sesat. Ia tarik kepala dan janggut Nabi Harun. Kemudian Nabi Harun berkata dengan sabar, “Wahai saudaraku, janganlah engkau merenggut janggutku dan janganlah engkau menarik kepalaku, sesungguhnya aku takut engkau akan berkata, “engkau mengadakan perpecahan dalam Bani Israel dan engkau tidak memelihara perkataanku.”
Kemudian Nabi Musa menemui Samiri, lalu berkata, “Pergilah kamu dari sini bersama pengikutmu. Patung sapi itu yang menjadi tuhanmu akan aku bakar, kemudian aku akan hanyutkan ke dalam laut. Kamu dan pengikutmu pasti mendapat azab.”
Pokok cerita di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak tempat, di antaranya QS. Taha: 85 – 98, Al-A’raaf: 149, 151, 154, 155, dan Al-Baqarah: 55, 56, 63 dan 64.
Setelah Harun dan Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya’ bin Nun. Namun, setelah Yusya’ mati, lama-kelamaan sebagian besar mereka meninggalkan ajaran yang terkandung dalam Taurat. Malah, ada kalangan mereka yang mengubah hukum di dalam kitab tersebut, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Dzulkifli Alaihis-Salam
Riwayat Dzulkifli sedikit sekali disebutkan dalam Al-Qur’an. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran. Ia adalah putra Nabi Ayyub yang lolos dari reruntuhan rumah Nabi Ayyub yang menewaskan semua anak Nabi Ayyub.
Dzulkifli diangkat menjadi raja Rom karena ia seorang yang taat beribadah, puasa pada siang hari dan beribadah pada malam hari. Ia kemudian diangkat menjadi Nabi setelah lulus dari godaan setan. Saat itu setan menjelma seorang musafir yang memaksa masuk istana untuk menemui Dzulkifli pada larut malam. Setan mengadu kepada Dzulkifli tentang kekejaman orang lain terhadap dirinya. Namun Dzulkifli menyuruhnya untuk datang besok malam ketika kedua belah pihak sudah merasa siap untuk bertemu. Setan mengingkarinya dan malah datang pagi hari. Maka Dzulkifli menyuruhnya untuk datang pada malam hari. Setan berjanji dengan bersungguh-sungguh pada Dzulkifli akan datang pada malam hari, namun ia mengingkarinya lagi. Pada hari ketiga, setan datang lagi. Dzulkifli tidak menanggapinya, maka setan menunjukkan jati dirinya. Dzulkifli sangat terkejut melihat jelmaan setan tersebut. Lalu dia pun mengetahui bahwa musafir itu adalah setan yang mencoba membuatnya marah. Akan tetapi setan itu gagal.
Dzulkifli disebutkan dalam ayat QS. Al Anbiyaa’ 85-86 dan QS. Shaad: 48.
Daud Alaihis-Salam
Daud ialah nabi sekaligus raja Bani Israil. Sejak masih muda ia telah menyertai tentera Bani Israil di bawah pimpinan Thalut melawan pasukan bangsa Palestina yang dipimpin Jalut . Daud lah yang berhasil membunuh Jalut, sehingga dipuji sebagai pahlawan perang. Setelah Raja Thalut meninggal, Daud menggantikannya sebagai raja.
Allah mengangkat Daud sebagai nabi dan rasul-Nya. Kepadanyalah diturunkan kitab Zabur. Ia memiliki sejumlah mukjizat, kecerdasan akal, mengerti bahasa burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan tangan kosong dan Daud juga memiliki suara yang paling merdu dari semua suara umat manusia, sama seperti Yusuf yang diberikan wajah yang paling tampan.
Nabi Daud juga memerangai kaumnya yang melanggar kesucian hari Sabtu. Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra’il terdapat dalam QS. Saba’: 11, An-Nisa: 163, Al-Isra’: 55, Shaad: 17-26, dan Al-‘Aaraaf: 163 – 165.
Sulaiman Alaihis-Salam
Sulaiman adalah seorang raja Israil, dan anak Raja Daud. Ia berkuasa tak hanya atas manusia, namun juga atas binatang dan makhluk halus seperti jin dan lain-lain. Ia dapat memahami bahasa semua binatang. Sejak kecil ia telah menunjukkan kecerdasan dan ketajaman pikirannya.
Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 970 SM. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Al-Quran. Pemahamannya terhadap bahasa hewan dapat dilihat pada QS. An-Naml: 16-19.
Ketika ayahnya, Nabi Daud, menjabat sebagai raja, pernah datang kepadanya sebuah aduan. Dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa mereka. Kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah dimasuki oleh hewan ternak kawannya sehingga rusak tanamannya. Daud memutuskan pemilik hewan ternak itu harus menyerahkan binatang peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi. Akan tetapi Sulaiman berkata kepadanya, “Wahai ayahku, menurut pertimbanganku sebaiknya pemilik perkarangan diberikan hewan ternak tetangganya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya. Adapun pekarangannya diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya. Kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya. Kisah ini dapat dilihat pada QS. Shad: 22-24.
Saat menjadi raja, Nabi Sulaiman memiliki istana yang sangat indah. Dibangun gotong royong oleh manusia, binatang, dan jin. Dindingnya terbuat dari batu pualam, tiang dan pintunya dari emas dan tembaga, atapnya dari perak, hiasan dan ukirannya dari mutiara dan intan, berlian, pasir di taman ditaburi mutiara.
Nabi Sulaiman kemudian membangun Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya. Lalu ia meneruskan perjalannya ke Yaman, di sana ia memanggil burung hud-hud untuk diperintah mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata burung hud-hud tidak berada di tempatnya. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan menyembelih burung hud-hud jika nanti ia datang tanpa memberi penjelasan uzur yang syar’i.
Burung hud-hud menyampaikan uzurnya, bahwa ia telah melihat sebuah negeri bernama Saba’ yang diperintah oleh seorang ratu bernama Balqis. Pendududuk negeri itu menyembah matahari. Maka Nabi Sulaiman mengampuni burung hud-hud dan mengutusnya untuk membawa surat dakwah kepada ratu negeri tersebut.
Ratu Balqis datang menemui Nabi Sulaiman. Maka terperanjatlah sang ratu melihat istananya telah berpindah ke tempat Nabi Sulaiman. Sang ratu tidak tahu bahwa atas kepandaian seorang abdi Nabi Sulaiman, istananya dapat dipindah dalam sekejap ke tempat Nabi Sulaiman. Ia semakin takjub ketika memasuki istana Nabi Sulaiman yang memiliki lantai kaca dan dibawahnya terdapat kolam. Akhirnya, Ratu Balqis menerima seruan Nabi Sulaiman untuk beriman kepada Allah swt. Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis dapat dilihat pada QS. An-Naml: 20-44.
Al-Quran mengisahkan bahwa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah mati jika tidak melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Kisah ini dapat dilihat pada QS. Saba’: 12-14.
Ilyas Alaihis-Salam
Ilyas adalah utusan Allah yang merupakan keturunan ke-4 dari Nabi Harun. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 870 SM dan ditugaskan berdakwah kepada orang-orang Finisia dan Bani Israel yang menyembah berhala bernama Baal di Kota Baalbak, Syam. Kota Baalbak diambil dari nama berhala yang mereka sembah. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran.
Nabi Ilyas berulang kali memperingatkan kaumnya, namun mereka tetap durhaka. Oleh karena itulah Allah menurunkan musibah kekeringan selama bertahun-tahun, sehingga mereka sadar bahwa seruan Nabi Ilyas itu benar. Setelah kaumnya sadar, Nabi Ilyas berdoa kepada Allah agar musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah musibah itu berhenti dan perekonomian mereka pulih, mereka kembali durhaka kepada Allah. Akhirnya kaum Nabi Ilyas kembali ditimpa musibah yang lebih berat daripada sebelumnya, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan. Kisah ini dapat dibaca pada QS. ash-Shaffat: 123-132.
Ilyasa Alaihis-Salam
Ilyasa‘ adalah anak dari Safet dan penerus Nabi Ilyas. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 830 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran, di antaranya adalah QS. Shad: 48. Ia wafat di Palestina.
Nabi Ilyasa’ menghadapi sikap penyangkalan Raja dan Ratu Israel terhadap agama sepeninggal Nabi Ilyas. Ia menunjukkan banyak mukjizat untuk menunjukkan kekuasaan Allah, tetapi mereka malah menyebutnya tukang sihir, sama seperti ketika mereka menyebut Nabi Ilyas sebelumnya. Mereka terus membangkang sepanjang hidup Nabi Ilyasa’. Setelah beberapa lama, bangsa Israel ditaklukkan oleh Bangsa Assyria. Bangsa Assyria menghancurkan Kuil Gunung dan menyebabkan kerusakan parah di Israel.
Yunus Alaihis-Salam
Nama Yunus disebutkan sebanyak 6 kali di dalam Al-Quran. Yunus adalah utusan Allah yang ditugaskan berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq, suatu kaum yang keras kepala, penyembah berhala, dan suka melakukan kejahatan. Secara berulang kali Yunus memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau berubah, apalagi karena Yunus bukan dari kaum mereka. Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Oleh karena itu mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Merasa jengkel dengan penolakan kaumnya, Nabi Yunus pergi meninggalkan mereka. Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah karena mendung gelap, wajah mereka pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka takut ancaman Nabi Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar dan berusaha mencari Nabi Yunus untuk mendapat bimbingan.
Di tempat lain, Keadaan Nabi Yunus setelah pergi dari Ninawa tidak menentu. Ia mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa berdosa. Akhirnya ia tiba di sebuah pantai, dan melihat sebuah kapal yang akan menyeberangi laut. Ia menumpang kapal itu, dan ketika telah berlayar tiba-tiba terjadi badai yang hebat. Para penumpang sepakat untuk mengurangi beban dengan membuang salah seorang di antara mereka ke laut. Undian jatuh pada Nabi Yunus. Ia kemudian rela menjatuhkan diri ke laut karena menyadari bahwa hal itu adalah kehendak Allah. Di dalam laut, seekor ikan paus menelannya. Di dalam perut ikan paus, Yunus bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, ia bertasbih selama 40 hari dengan berkata, “Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat dhalim)”. Allah yang mendengar doa Nabi Yunus lalu memerintahkan ikan paus mendamparkan Nabi Yunus di sebuah pantai. Allah menumbuhkan pohon labu agar tubuh Nabi Yunus yang kurus dan lemah tak berdaya dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah pulih, ia diperintahkan kembali ke Ninawa. Setibanya di sana ia kaget melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah beriman kepada Allah. Nabi Yunus kemudian mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan iman mereka.
Kisah Nabi Yunus dan ikan paus tersebar pada beberapa ayat Al-Quran di antaranya, QS. An-Nisaa’: 163, Al-An’aam: 86, Yunus: 98, Al-Anbiyaa’: 87-88, dan Ash-Shafaat: 139-148.
Zakaria Alaihis-Salam
Zakaria diangkat menjadi nabi pada tahun 2 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Nabi Zakariya adalah keturunan Nabi Sulaiman. Namanya disebutkan sebanyak 8 kali di dalam Al-Quran.
Nabi Zakaria adalah pengasuh Maryam bin Imran. Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi Zakariya. Rasa sayangnya terhadap Maryam berubah menjadi rasa takjub tatkala suatu hari saat menengok Maryam, ia melihat ada buah-buahan di dekat Maryam. Ada juga buah-buahan yang bukan musimnya. Maryam menjelaskan bahwa semua itu berasal dari Allah.
Nabi Zakariya ingin mendapat kemuliaan dari Allah seperti Maryam. Maka ia bermunajat kepada-Nya, memohon dikaruniai anak, meskipun ia tahu istrinya adalah seorang yang mandul. Allah berfirman melalui malaikat Jibril bahwa Nabi Zakariya akan akan dikaruniai anak bernama Yahya, dengan tanda tak bisa bicara selama 3 hari 3 malam. Setelah itu istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki dan diberi nama Yahya. Seperti ayahnya, Yahya juga seorang nabi. Kisah Nabi Zakaria dalam Al-Qur’an ada di dalam QS. Maryam : 1 -15.
Yahya Alaihis-salam
Yahya diangkat menjadi nabi pada tahun 28 M dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Damaskus Syiria.
Kisah Nabi Yahya tidak banyak diuraikan dalam Qur’an. Hanya dijelaskan ia dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kanak-kanak. Ia hormat pada orang tuanya, dan tidak sombong ataupun durhaka. Ia pintar dan tajam pemikirannya. Ia beribadah siang malam sehingga tubuhnya kurus kering, wajahnya pucat, dan matanya cekung.
Suatu ketika, Herodes penguasa Palestina berencana menikahi keponakannya yaitu Hirodia yang juga merasa senang jika diperistri oleh raja. Nabi Yahya melarang pernikahan ini karena bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan Zabur. Seluruh istana pun gempar, mereka setuju dengan pendapat Yahya sehingga membuat raja menjadi malu dan murka, kemudian ia dan Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam mulut Nabi Yahya dengan cara apapun. Dikisahkan bahwa Nabi Yahya belum pernah menikahi seorang wanita, karena dia sudah terbunuh di usia muda (diyakini umur 30 tahun) dan dianggap sebagai nabi yang telah mati syahid.
Kisah dan sifat-sifat Nabi Yahya. terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran, yaitu QS. Maryam: 7 dan 12-15, QS. Ali-Imran: 39, QS. Al-An’am: 85. Kisah Nabi Yahya diceritakan kembali oleh Ja’far pada Raja Abyssinia sebelum Migrasi ke Abyssinia.
Isa Alaihis-Salam
Dalam Al-Qur’an, ia disebut Isa bin Maryam atau Isa al-Masih. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 29 M dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran. Kepadanya diturunkan kitab Injil.
Muslim percaya pada kesucian Maryam, yang telah diceritakan dalam Al Qur’an. Maryam yang selalu beribadah dikunjungi oleh malaikat Jibril yang mengatakan bahwa Maryam akan diberikan calon anak yang bernama Isa. Maryam terkejut, karena ia telah bersumpah untuk menjaga kesuciannya kepada Allah dan tetap mempertahankan hal itu. Lantas bagaimana dia bisa hamil tanpa seorang lelaki? Jibril menenangkan Maryam dengan berkata bahwa perkara ini adalah mudah bagi Allah, seperti halnya Ia mudah menciptakan Adam tanpa ibu dan bapak. Kisah Maryam yang terkait dengan kelahiran Isa terdapat dalam QS. Maryam: 21, Ali Imran: 59, dan Al Anbiyaa’: 21.
Maryam mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur ketika mengandung Isa. Ia melahirkan dan beristirahat di dekat sebuah batang pohon kurma. Isa kemudian berbicara memerintahkan ibunya dari buaian, untuk mengguncangkan pohon untuk mengambil buah-buah yang berjatuhan. Ketika lingkungan sekelilingnya menuduh Maryam berzina, Isa yang masih bayi diberi mukjizat oleh Allah sehingga berbicara layaknya manusia dewasa dan mengatakan bahwa Maryam adalah perempuan suci. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Maryam: 30-32.
Tentang Nabi Isa, Al-Qur’an memuat cukup banyak kisah dan jati dirinya bahwa ia adalah seorang Rasul yang mengesakan Allah, bukan mengajarkan trinitas. Di antaranya, QS. Maryam: 30-35, Az Zukhruf: 63-65, Al Maa’idah: 75, Al Maa’idah: 116-117. Al-Qur’an juga menceritakan bahwa Isa diberi mukjizat Ruh Kudus, yaitu dalam QS. Al Baqarah: 253 dan Al Maa’idah: 110.
Nabi Isa memerangi para pendeta yang menjual agamanya, yaitu mereka yang mengajarkan bahwa dosa manusia dapat ditebus dengan cara menyerahkan sebagian harta mereka kepada para pendeta. Nabi Isa sedih karena dengan ajaran tersebut, sebab artinya orang-orang miskin tidak mendapat ampunan atas dosa-dosa mereka. Oleh karena itu ia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah yang Maha Pengampun. Mengetahui dakwahnya berkembang pesat, para pendeta berencana membunuh Nabi Isa.
Al-Qur’an menerangkan dalam surat An Nisaa’:157- 158 bahwa orang-orang yang berniat jahat kepada Nabi Isa itu gagal menjalankan rencana mereka. Isa tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah swt seperti Isa. Nabi Isa diselamatkan oleh Allah dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan di suatu tempat yang hanya Allah yang tahu tentang hal ini.
Sementara itu, pengikut Nabi Isa lainnya yang selamat dari pengejaran, terus berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa secara sembunyi-sembunyi. Sebelum diangkat ke langit, Nabi Isa menyampaikan kabar kepada para pengikutnya bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad. Nabi dan rasul yang dimaksud Nabi Isa ialah penutup dari seluruh nabi dan rasul, yakni Nabi Muhammad. Ahmad sesungguhnya nama lain dari Nabi Muhammad, yang ajarannya akan melengkapi seluruh ajaran nabi dan rasul sebelumnya.
Muslim, berdasarkan keterangan hadist Nabi Muhammad saw, meyakini bahwa menjelang hari kiamat/akhir zaman Nabi Isa akan diturunkan oleh Allah dari langit ke bumi. Kedatangan Isa akan didahului oleh kondisi dunia yang dipenuhi kedzaliman, kesengsaraan, dan peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia. Setelah itu muncul Imam Mahdi yang akan menyelamatkan kaum muslimin, kemudian muncul Dajjal yang akan berusaha membunuh Imam Mahdi. Setelah Dajjal menyebarkan fitnahnya selama 40 hari, maka Nabi Isa akan diturunkan dari langit untuk menumpas Dajjal. Salah satu tugas besar beliau setelah membunuh Dajjal adalah menyelamatkan ummat manusia dari fitnah Ya’juj dan Ma’juj.
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam
Menurut sirah (biografi) yang tercatat tentang Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April 570/ 571, di Makkah dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini). Beliau haram digambarkan dalam bentuk patung ataupun gambar ilustrasi.
Ia lahir dari rahim Siti Aminah. Ayahnya, Abdullah bin Muthalib meninggal dunia ketika ia masih berada dalam kandungan. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Sesuai tradisi, Muhammad dicarikan ibu susu, lalu dipertemukanlah ia dengan Halimah. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternak dan susu kambing-kambing milik Halima semakin bertambah.
Pada usia dua tahun, beliau didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Halimah dan suaminya mengetahui kejadian itu dari anak mereka yang sebaya dengan Muhammad. Merasa khawatir, Halimah mengembalikan Muhammad kepada keluarganya.
Suatu hari, saat usia Muhammad 6 tahun, sang ibu mengajaknya pergi ke Madinah untuk mengunjungi sanak saudara. Dalam perjalanan pulang, ketika mereka sampai di Abwa ibunya meninggal lantaran sebuah penyakit sehingga ia dikuburkan di situ juga. Muhammad lalu dibawa pulang ke Makkah oleh Ummu Aiman. Di Makkah, Muhammad diasuh oleh kakeknya.
Ketika usia Muhammad 8 tahun, kakeknya meninggal sehingga hak asuhnya dilimpahkan kepada sang paman, Abu Thalib. Bersama Abu Thalib, Muhammad berdagang hingga ke negeri Syam. Suatu hari saat di negeri Syam, ketika itu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib yang dapat melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Thalib supaya mereka tidak pergi jauh ke daerah Syam karena khawatir orang-orang Yahudi akan menyakiti Muhammad jika mengetahui tanda-tanda tersebut. Abu Thalib mengikuti nasihat rahib tersebut dan dia tidak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut.
Muhammad muda dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya sehingga ia dijuluki Al-Amin. Ia juga dipercaya menyelesaikan sengketa antarsuku saat renovasi Ka’bah, saat itu semua suku ribut tentang siapa yang berhak meletakkan hajar aswad ke tempatnya semula.
Saat beranjak dewasa ia membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid. Sejak saat itu, Khadijah melihat perilaku beradab Muhammad yang jujur dan bertanggungjawab sehingga keduanya ditakdirkan menikah. Saat mereka menikah, usia Muhammad 25 tahun, adapun Khadijah 40 tahun.
Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu yang pertama dan hal itu menandai pengangkatannya sebagai Nabi sekalian alam. Ketika itu, ia berada di Gua Hira’, bermunajat, merenung, memikirkan nasib umat manusia yang kala itu berada dalam kesesatan. Malaikat Jibril menyapanya dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad yaitu QS. Al-‘Alaq 1-5.
Rasulullah pulang dengan tubuh gementar. Sampai di rumah, ia diselimuti oleh Khadijah supaya merasa tenang. Khadijah kemudian mengajaknya menemui kerabatnya yang seorang rahib, darinya mereka tahu bahwa makhluk yang ditemui Muhammad di gua Hira’ adalah Malaikat Jibril.
Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, pertama ia seru kaum kerabatnya. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabiannya. Disusul kemudian Ali bin Abi Thalib, keponakannya, lalu sahabatnya seperti Abu Bakar. Dakwah sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga tahun.
Kemudian turun wahyu kepadanya untuk berdakwah secara terang-terangan. Namun, penduduk Quraisy menentang ajaran tauhid yang ia bawa. Ia menghadapi tekanan, cemoohan, dan siksaan dari penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman kepada Allah. Bukan hanya dirinya saja, tetapi sahabatnya yang beriman juga turut merasakan penderitaan tersebut seperti Bilal bin Rabah.
Kesedihan Nabi Muhammad SAW semakin bertambah ketika istrinya, Khadijah wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Pada tahun itu juga pamannya, Abu Thalib juga meninggal dunia. Kedua orang inilah yang selama ini membela Nabi Muhammad SAW, orang-orang Quraisy pun segan kepada keduanya sehingga teror mereka terhadap dakwah Islam terkadang masih ditahan-tahan. Maka dengan meninggalnya kedua orang itu, siksaan kaum Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya semakin menjadi-jadi. Untuk menghibur kesedihan Nabi Muhammad SAW, Allah memberikan peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu perjalanan dalam satu malam yang melintasi Masjidil Haram-Masjidil Aqsha-Sidratul Muntaha.
Nabi Muhammad SAW pernah ke Thaif dalam rangka melebarkan dakwahnya yang sulit berkembang di Makkah. Namun penduduk Thaif menolaknya mentah-mentah, bahkan melemparinya dengan batu. Saat itu ia ditawari oleh Malaikat Jibril, jika berkehendak maka ia dapat menggulingkan gunung kepada penduduk Thaif. Namun, Nabi Muhammad saw menolaknya. Ia berdalih penduduk Thaif bertindak kejam karena mereka belum paham dengan ajaran yang ia bawa, Ia pun mendoakan agar kelak penduduk Thaif menjadi orang-orang yang beriman. Ia kemudian berteduh di sebuah kebun milik seorang Nasrani yang di sana ia bertemu seorang pelayan rumah pemilik kebun. Pelayan ini merasa kasihan dan memberikan buah kepada Nabi Muhammad saw. Merasa takjub dengan bacaan basmallah Nabi Muhammad saw, pelayan itu pun berikrar masuk Islam.
Atas ijin Allah, Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya hijrah ke Madinah. Tidak seperti penduduk Makkad dan Thaif, penduduk Madinah lebih terbuka kepada dakwah Islam. Hijrah tersebut dilakukan secara bergelombang. Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah ditemani Abu Bakar pada malam hari ketika pemuda pilihan kaum Quraisy mengepung rumahnya untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Ketika sampai di Madinah, Nabi Muhammad SAW disambut meriah oleh penduduk Madinah. Penduduk Makkah yang berhijrah digelari kaum Muhajirin, adapun penduduk Madinah digelari kaum Anshar. Akhirnya, sebuah negara Islam berdiri di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW.
Negara Islam yang baru dibina di Madinah ditentang kaum Quraisy di Makkah dan diganggu kaum Yahudi serta kaum non-Islam yang lain. Namun demikian, Nabi Muhammad SAW berhasil menumbuhkan sebuah negara Islam yang berlandaskan syariat Islam. Ia dilantik sebagai ketua agama, tentara, dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang sama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah perjanjian tertulis juga telah dibentuk. Piagam ini mengandung beberapa pasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum non-Islam dan merangkum aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan militer. Isi piagam tersebut adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.
Islam adalah agama yang cinta damai. Meski demikian, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentara untuk mempertahankan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang diikuti Rasulllah ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.
Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, disepakati Perjanjian Hudaibiyah antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diakui. Nabi Muhammad SAW kemudian berhasil menaklukkan kota Makkah yang dikenal dengan peristiwa Fathu Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.
Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk yang dimenangkan oleh umat Islam. Pada tahun berikutnya, Rasulullah menunaikan haji bersama-sama dengan 100.000 orang pengikutnya. Ia menyampaikan amanat terakhirnya pada hari itu. Sabdanya, “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Tuhan Maha Esa dan kamu semua berasal dari satu keturunan yaitu keturunan Nabi Adam AS. Manusia yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepadamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika berpegang teguh kepadanya keduanya, yaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah.”
Rasulullah wafat pada bulan Juni tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Kematiannya sempat ditolak oleh beberapa sahabat termasuk Umar bin Khattab. mereka menganggap bahwa Rasulullah seperti Nabi Isa yang diangkat ke langit oleh Allah dan akan kembali ke dunia suatu saat nanti. Namun, akhirnya mereka disadarkan oleh Abu Bakar bahwa Rasulullah adalah manusia biasa yang juga memiliki batas usia. Di dunia ini, setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Kisah Nabi Muhammad SAW tersebar dalam banyak ayat-ayat Al-Quran. Namanya juga menjadi salah satu nama surat dalam Al-Quran. Adapun kisahnya detilnya yang diringkas pada tulisan ini bersumber dari buku Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury.