Kisah ini akan membuat kita memahami bagaimana kondisi saat tahun kelahiran Rasulullah, yakni tahun gajah. Setelah penduduk Nasrani di Yaman dibakar hidup-hidup oleh rajanya, ada satu orang yang selamat. Orang ini berpergian untuk menemui kaisar Romawi.
Ia menemui kaisar Romawi karena ia beragama Kristen. Orang-orang ini berasal dari aliran Kristen yang berbeda. Saat itu bangsa Romawi sudah mengadopsi trinitas dan ketuhanan Isa as.
Orang yang selamat ini menceritakan apa yang telah ia alami dan meminta pertolongan. Kaisar Romawi berkata, “Kami berada terlalu jauh dari Yaman. Yang bisa saya lakukan adalah mengirimkan pesan ke Najasyi raja Habsyi. Ia akan menolongmu.” Raja Najasyi dari Habsyi (Ethiopia) juga beragama Kristen.
Strategi curang Dhu Nawas
Najasyi mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Aryat. Pasukan Aryat menyerang Yaman dan bertarung dengan Dhu Nawas. Saat Dhu Nawas mengalami kekalahan, ia bunuh diri dengan menenggelamkan diri ke Laut Merah.
Setelah kemenangan itu Habsyi menguasai Yaman. Ini mereka lakukan untuk membalas dendam umat Kristiani yang dibunuh oleh orang-orang Yahudi Yaman. Aryat menguasai Yaman untuk beberapa lama. Hingga salah satu jenderalnya memberontak dan orang Habsyi di Yaman kini terbagi 2 faksi, kelompok pendukung Aryat dan kelompok lain dipimpin oleh Abrahah.
Aryat berkata pada Abrahah, “Jika kita saling bertempur, penduduk asli Yaman akan mengambil alih kekuasaan. Bagaimana kalau kita bertarung satu lawan satu?” Abrahah membuat perjanjian rahasia dengan pengawalnya. Jika mereka melihat Abrahah kalah, mereka akan ikut membantu.
Aryat ini perawakannya tinggi sementara Abrahah pendek dan gemuk. Ada orang-orang di sekeliling mereka saat keduanya bertarung. Aryat berhasil menebas Abrahah hingga hidungnya terpotong. Saat itulah pengawal Abrahah datang dan membunuh Aryat.
Kisah di balik sejarah tahun Gajah, tahun kelahiran Muhammad
Sekarang Abrahah mengambil alih kekuasaan sebagai pemimpin Yaman. Abrahah ingin mengubah agama penduduk dan memaksa mereka menganut agama Kristen. Selain itu karena orang-orang Arab sangat terikat dengan Kabah, ia memutuskan untuk membuat tandingan Kabah di Yaman.
Abrahah membangun katedral besar yang disebut Al-Qullais. Bangunan ini digambarkan sebagai karya seni yang mengagumkan. Katedral ini didesain untuk mengalahkan Kabah. Seorang pria tidak suka katedral ini. Ia masuk ke Qullais lalu buang air besar. Kotorannya ini ia sebarkan di dinding katedral lalu melarikan diri.
Abrahah marah besar. Ia memutuskan kalau ia harus menghancurkan Kbah. Abrahah membawa satu pasukan besar dan berangkat ke Mekkah. Di perjalanan ada beberapa pemberontakan dari pasukannya. Salah satu pemimpin kabilah bernama Nufail melawan. Namun ia berhasil dikalahkan dan ditangkap sebagai tawanan perang.
Saat Abrahah mencapai Thaif. Penduduk Thaif membantu Abrahah dan salah satunya menawarkan diri untuk menjadi penunjuk arah. Orang ini bernama Abu Raghadi.
Abu Raghadi berangkat bersama pasukan Abrahah namun beberapa saat setelah meninggalkan Thaif, ia meninggal. Orang-orang Arab sangat kesal pada Aryat. Mereka membangun tugu untuk memperingati kematiannya. Tugu itu mereka lempari batu karena pengkhianatan Aryat.
Abrahah akhirnya tiba di perbatasan kota Mekkah. Ada beberapa penggembala dengan unta-untanya di sana. Abrahah merampas unta-unta mereka. Unta-unta ini ternyata milik kakek Rasulullah saw, Abdul Muttallib.
Abdul Muttallib pergi menemui Abrahah. Abdul Muttallib ternyata sahabat Nufail, yang ditangkap sebagai tawanan perang. Selama perjalanan menuju Mekkah, Nufail menjadi bersahabat dengan Unais, salah satu orang penting di prajurit Abrahah. Unais adalah pengendara gajah.
Abdul Muttallib menemui Nufail dan mengatakan kalau ia ingin bertemu Abrahah. Nufail berkata kalau ia akan mengatur waktu bertemu lewat temannya Unais. Pertemuan dnegan Abrahah pun berhasil dibuat oleh Unais, Abrahah menyambut Abdul Muttallib.
Abrahah datang. Ia dikenal sebagai orang dengan perawakan yang kuat. Orang-orang akan terkagum-kagum hanya dengan melihatnya. Saat Abdul Muttallib masuk, Abrahah menaruh hormat padanya walau mereka belum sempat berbicara.
Biasanya saat orang-orang menemui Abrahah, ia akan duduk di singgasananya sementara orang-orang akan duduk di bawah kakinya. Saat Abrahah melihat Abdul Muttallib, ia merasa tidak nyaman melihat Abdul Muttallib duduk di bawah kakinya. Namun ia juga tidak mau Abdul Muttallib duduk di atas singgasananya. Abrahah pun turun dari singgasananya dan duduk di lantai bersama Abdul Muttallib. Abrahah meminta penerjemah untuk menanyakan keinginan Abdul Muttallib.
Tanpa basa-basi, Abdul Muttallib berkata pada penerjemah, “Abrahah telah merampas 200 unta milikku. Saya ingin unta-unta itu dikembalikan.” Abrahah membalas, “Saat melihatmu, saya merasa penuh hormat. Namun kini rasa hormat itu lenyap. Saya datang untuk menghancurkan kehormatanmu dan juga kehormatan nenek moyangmu. Saya datang untuk menghancurkan kehidupanmu. Saya datang untuk menghancurkan Kabah. Dan kau hanya memintaku untuk mengembalikan unta?”
“Saya adalah pemilik unta. Saya bertanggung jawab atas unta-unta itu. Sementara rumah ini milik Allah. Allah akan melindunginya,” jawab Abdul Muttallib. Abrahah pun memerintahkan pasukannya untuk mengembalikan unta-unta Abdul Muttallib.
Saat kembali ke Mekkah, Abdul Muttallib mengumumkan, “Jangan berperang, keluarlah dari Mekkah.” Abdul Muttallib memberi instruksi yang sangat jelas. Mereka semua pergi ke atas gunung. Abdul Muttallib menjadi orang terakhir yang meninggalkan Mekkah. Sebelum berangkat ia menggantungkan kain Kabah di pegangan pintu Kabah. Ia berdoa supaya Allah melindungi rumah ini lalu pergi.
Abrahah memerintahkan pasukannya untuk maju. Namun gajah menolak untuk maju. Saat mereka memalingkan gajah ke arah yang berlawanan dari Mekkah, gajah mau berlari. Namun ketika menghadap Mekkah, gajah hanya duduk diam. Inilah keajaiban yang Allah turunkan.
Namun ada satu riwayat yang mengisahkan kalau Unais berhasil melepaskan rantai gajah lalu berbicara di telinga gajah, “Ini adalah rumah Allah, jangan serang.” Lalu Unais melarikan diri. Apa pun penyebabnya, gajah menolak untuk bergerak.
Mereka mulai menyiksa gajah, menusuk-nusuknya dengan tombak. Walau berdarah, gajah tetap tak mau bergerak. Pasukan Abrahah pun memutuskan untuk berperang tanpa bantuan gajah. Namun saat mereka mulai bergerak, Allah swt mengirimkan pasukan-Nya.
Makhluk apa pun bisa menjadi pasukan Allah, baik itu air, angin, maupun binatang-binatang. Allah mengirimkan pasukan burung. Tiap burung membawa misil yang dihujankan ke pasukan Abrahah dan menghancurkan mereka. Kejadian ini Allah catat dalam Surat Al-Fil.
Kejadian ini berlangsung pada tahun Rasulullah saw dilahirkan. Rasulullah saw dilahirkan pada tahun gajah.