Perjalanan hidup Rasulullah sungguh menggumkan. Saat masih kecil, beliau telah di gembleng dalam lingkungan yang penuh perjuangan. Dari ditinggal wafat ayahnya, ibunya, sampai kakek yang mengasuhnya.
Saat remaja perjalanan Rasulullah tak kalah mengagumkan. Beliau benar-benar dipersiapkan oleh Allah untuk mengemban amanah dakwah yang berat. Berikut ini perjalanan remaja Muhammad SAW dalam buku Sirah Nabawiyah karya Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthy.
Bertemu dengan Pendeta Bahira
Pada saat Muhammad berusia 12 tahun, beliau diajak pamannya pergi ke Syam dalam suatu kafilah dagang. Rasulullah memang di didik oleh pamannya untuk berdagang sejak remaja.
Saat berada di Bashra, kafilah dagang ini menemui seorang pendeta bernama Bahira. Pendeta nashrani ini memiliki banyak pengetahuan mengenai Injil dan masalah-masalah nashrani.
Pendeta Bahira melihat Muhammad SAW dan mengamatinya. Beliau kemudian bertanya kepada Abu Thalib, “Apa status anak ini disismu”
Abu Thalib menjawab, “Anakku.” Jawaban Abu Thalib ini karena beliau sangat menyayangi Muhammad SAW dan menganggapnya sebagai anak sendiri.
Bahira tidak bertanya. Beliau berkata, “Dia bukan anakmu. Tidak sepatutnya ayah anak ini masih hidup.”
Abu Thalib menjawab, “Dia adalah anak saudaraku.” Bahira kembali bertanya, “Apa yang telah dilakukan ayahnya?”
Abu Thalib menjawab, “Dia meninggal ketika ibu anak ini mengandungnya.”
Bahira berkata, “Anda benar. Bawalah dia pulang ke negerinya dan jagalah dia dari orang-orang Yahudi. Jika mereka melihatnya di sini, pasti akan dijahatinya. Sesungguhnya, anak saudaramu ini akan memegang perkara besar.
Abu Thalib mematuhi saran ini dan segera membawa Muhammad pulang ke Makkah.
Kisah di atas membenarkan firman Allah. Orang-orang Nashrani dan ahli kitab sebenarnya mengetahui bahwa akan ada Rasulullah yang menyeru kepada kebaikan. Namun mereka menyembunyikannya dan mengingkarinya.
Firman Allah mengenai hal ini terdapat pada Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 146.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, pdahal mereka mengetahui.”
Sebagai Penggembala Kambing
Rasulullah bersabda, “Aku dulu menggembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.” (HR Bukhari).
Sebagai pewaris perjuangan Rasulullah, sudah semestinya para penebar kebaikan tidak mengharapkan sedekah dari dakwah yang disampaikan. Bekerjalah mandiri dengan kekuatan dan kemampuanmu agar kamu memiliki derajat yang lebih mulia dibandingkan sekedar mengharapkan sedekah dari dakwah.
Allah Memelihara Rasulullah
Rasulullah pernah bersabda, “Aku tidak pernah menginginkan sesuatu yang biasa mereka lakukan di masa jahiliah kecuali dua kali. Itu pun kemudian dicegah oleh Allah.
Setelah itu, aku tidak pernah menginginkannya sampai Allah memuliakan aku dengan risalah. Aku pernah berkata kepada seorang teman yang menggembala bersamaku di Makkah. ‘Tolong awasi kambingku karena aku akan memasuki Kota Makkah untuk begadang sebagaimana para pemuda.
Kawan tersebut menjawab, ‘Lakukanlah.’ Aku lalu keluar.
Ketika sampai pada rumah pertama di Makkah, aku mendengar nyanyian, lalu aku berkata, ‘Apa ini?’ Mereka berkata, ‘Pesta.’
Aku lalu duduk mendengarnya. Allah kemudian menutup telingaku lalu aku tertidur dan tidak terbangunkan kecuali oleh panas matahari. Aku kemudian kembali kepada temanku lalu ia bertanya kepadaku dan aku pun mengabarkannya.
Pada malam yang lain, aku katakan kepadanya sebagaimana malam pertama. Aku pun masuk ke Makkah lalu mengalami kejadian sebagaimana malam terdahulu. Setelah itu, aku tidak pernah lagi menginginkan keburukan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Atsir dan Hakim dari Ali bin Abi Thalib.
Kehidupan malam di masa jahiliah tentu mengerikan. Muhammad sebagai manusia biasa memiliki kecenderungan sebagaimana fitrahnya. Meskipun beliau belum mendapatkan risalah kenabian, beliau mendapat penjagaan dari Allah.