Bicara mengenai akhak, merupakan sesuatu yang sangat penting pastinya. Saking pentingnya, dalam Al-Quran Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak lebih utama dibandingkan dengan ilmu.
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai akhlak. Yuk, simak dengan seksama.
Pengertian Akhlak
Kata akhlak bisa diartikan sebagai suatu tingkah laku. Namun tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang dan tidak cukup hanya melakukannya sekali saja. Seseorang bisa dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya yang didorong oleh motivasi dari dalam diri. Selain itu dia melakukannya dengan penuh kesadaran tanpa keterpaksaan.
Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli
Adapun pengertian akhlak menurut para ahli adalah sebagai berikut.
- Menurut Abu Hamid Al Ghazali: Akhlak adalah sifat yang tertancap dalam jiwa manusia yang darinya tercipta perbuatan-perbuatan yang dikerjakan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya dan tanpa adanya suatu renungan terlebih dahulu.
- Menurut Ahmad bin Mushthafa: Akhlak adalah sebuah ilmu yang didalamnya bisa diketahui jenis-jenis keutamaan, di mana keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yaitu kekuatan berpikir, marah dan nafsu atau syahwat.
- Menurut Ibnu Maskawaih: Akhlak adalah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin“. Yakni sifat yang terpatri dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk memengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan lagi pemikiran dan pertimbangan.
- Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani: Akhlak adalah sesuatu yang sifatnya (buruk atau baik) terpatri kuat dalam diri manusia, yang darinya tercipta perbuatan-perbuatan dengan mudah dan juga ringan tanpa perlu lagi berpikir dan direnungkan.
Syarat Akhlak
Menurut catatan ‘Akhlak Tasawuf’ yang ditulis Abuddin Nata, ada empat hal yang harus ada jika seseorang ingin dikatakan berakhlak. Antara lain sebagai berikut.
- Perbuatan yang baik atau buruk.
- Kemampuan mengerjakan perbuatan.
- Kesadaran akan perbuatan itu.
- Keadaan jiwa yang membuat cenderung mengerjakan perbuatan baik atau buruk.
Pembagian Akhlak
Masih dalam catatan ‘Akhlak Tasawuf’ yang ditulis Abuddin Nata, akhlak di bagi dalam dua bagian. Antara lain sebagai berikut.
Akhlak Baik (Al-Hamidah)
- Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
- Jujur (Ash-Shidqu).
- Malu (Al-Haya’).
- Murah hati (Al-Hilmu).
- Rendah hati (At-Tawadlu’).
- Sabar (Ash-Shobr).
- Segala bentuk tindakan yang tidak merugikan orang lain.
Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)
- Iri hati.
- Mencuri/mengambil bukan haknya
- Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip).
- Membunuh.
- Segala bentuk tindakan yang bisa merugikan orang lain.
Ruang Lingkup Akhlak
Menurut catatan ‘Akhlak Tasawuf’ yang ditulis Abuddin Nata, ruang lingkup akhlak terbagi ke dalam beberapa bagian. Antara lain sebagai berikut.
Akhlak Pribadi
Maksud dari akhlak pribadi adalah bagaimana akhlak diri kita sendiri. Baik atau buruk perbuatan kita tergantung pada akhlak yang kita miliki. Akhlak pribadi ini sangat penting, karena seseorang dilihat itu berdasarkan akhlaknya. Baik atau buruk seseorang dilihat dari akhlaknya.
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada (sahabat nabi) Al Asaj bin Qais:
“Sungguh di dalam dirimu terdapat 2 sifat yang dicintai Allah, yakni sabar dan tenang.” (kemudian) sahabat tersebut berkata, “ Yaa Rasullah, apakah ke 2 sifat tersebut aku yang mengusahakannya, atau Allah yang memberikannya kepadaku? Beliau menjawab, “Allah menciptakanmu dalam (sifat) akhlak sabar dan tenang.”
Hal di atas secara jelas menunjukan, akhlak sabar dan tenang merupakan akhlak pribadi yang baik.
Contoh penerapannya:
Misalkan dalam sebuah situasi tersebar berita (adanya teroris), namun karena kita bersikap sabar dan tenang. Maka kita tidak akan panik terhadap berita tersebut, dan akan mencari tau, apakah berita tersebut benar? atau hanya kabar burung belaka?
Akhlak Keluarga
Maksud dari akhlak keluarga bagaimana sikap seluruh anggota keluarga baik ayah, ibu ataupun anak dalam kehidupan keluarga. Bentukan akhlak keluarga yang baik sangat ditentukan oleh ajaran yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Namun tetap, akhlak dalam berkeluarga patokannya adalah akhlak pribadi. Bagaimana akhlak keluarga bisa baik namun akhak pribadi sendiri tidak baik.
Contoh penerapannya:
Seseorang dengan akhlak baik, pastilah akan menghormati kedua orang tuanya. Terlepas dari keadaan yang terjadi saat itu.
Allah SWT berfirman, “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku, sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulillah keduanya di dunia dengan baik … “ ( Al Qur’an: Surah Luqman (31) : 15 )
Berdasarkan ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk tetap berlaku baik kepada kedua orang tua. Walaupun kala itu mereka mengajak kita untuk menyekutukan Allah, tapi kita dilarang untuk berbuat kasar dan jahat kepada mereka.
Akhlak Masyarakat
Akhlak masyarakat mencakup bagaimana akhlak kita dalam menjalani hidup bermasayarakat dengan orang lain. Masyarakat ini pun mencakup akhlak dengan tetangga sekitar kita. Penting sekali kita memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini sesuai dengan sabda nabi SAW, dimana (sahabat) Jabir meriwayatkan,
“Rasullah SAW bersabda, Orang beriman itu bersifat ramah, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah, dan sebaik-baik kalian (manusia) adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. “
Hadist shahih, dan terkandung didalam kitab Ash Shahihah karangan Syaikh Al Albani. Hadist di atas menunjukan bahwa, tidaklah baik iman seseorang sebelum dia bersikap (baik) ramah kepada tetangga, dan lingkungannya.
Akhlak Negara
Akhlak negara mencakup bagaimana akhlak kita terhadap negara. Misalnya dengan mentaati seluruh kebijakan yang pemeritah keluarkan dan menjadi warga yang baik merupakan salah satu akhlak terhadap negara
Akhlak Agama
Manusia mempunyai kewajiban moral kepada Tuhan. Oleh karena itu, kita harus memiliki akhlak yang bagus kepada Tuhan. Dalam konteks ini, kita harus mentaati segala perintah Tuhan dan menjauhi segala laranganNya. Semua hal tersebut sudah tercantum dalam agama.
Demikian sedikit penjelasan mengenai akhlak. Semoga Allah memudahkan kita untuk memperoleh akhlakul karimah. Yuk, saling berkomentar untuk memperdalam materi di artikel ini.